Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kalimat Umum yang Secara Tak Sadar Memanjakan Anak

ilustrasi keluarga (pexels.com/Снежана)

Tidak ada anak yang lahir manja. Setiap anak lahir seperti layaknya kanvas kosong. Kepribadian yang dimilikinya, merupakan hasil didikan orangtua dan cara orangtua berkomunikasi dengan anak. Ann-Louise Lockhart, psikolog anak yang dilansir dari Huffpost mengatakan, caramu berbicara dengan anak, tanpa disadari membentuk anak menjadi manja.

Kabar baiknya, sikap manja adalah sikap yang bisa diubah. Jadi jika ingin anak tidak menjadi manja, yang pertama berubah adalah orangtua terlebih dahulu. Terutama cara orangtua berbicara dengan anak, atau memperlakukan anak, dapat mengubah sikap manja tersebut. Terlebih lagi, ini kalimat yang harus dihindari orangtua. Karena tanpa disadari, kalimat ini bisa menjadikan anak manja.

1. "Kalau kamu jadi anak baik, kamu boleh makan snack atau dapat hadiah"

ilustrasi anak makan (pexels.com/Alexander Dummer)

Menggunakan kalimat ini secara konsisten, akan membuat anak berpikir dia hanya akan berperilaku baik untuk mendapatkan sesuatu. Sebagai gantinya, orangtua sebaiknya tidak membahas anak baik atau tidak di depannya dia. Jika dia sedang berperilaku baik atau tidak, orangtua bisa menggunakan pilihan kata dari tindakan dan konsekuensi yang dilakukan anak. Misalnya, "Mama minta kamu tidak berteriak-teriak ketika kita di mall. Karena kamu tidak berhenti teriak, maka kita akan pulang sekarang juga."

2. "Kamu tidak perlu melakukannya kalau tidak mau"

ilustrasi keluarga (pexels.com/Monika Balciuniene)

Jika kalimat ini sering digunakan, itu artinya orangtua mengizinkan anak untuk tidak melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Biasanya, kalimat ini keluar ketika anak ingin berhenti dari les atau ekstrakurikuler yang diminta sebelumnya. Daripada mengizinkan anak berhenti, ganti dengan akui perasaan mereka tapi juga ingatkan anak dengan komitmen yang mereka buat.

3. "Oke boleh, tapi kali ini saja ya"

ilustrasi keluarga (pexels.com/Daria Obymaha)

Misalnya, anak menangis karena minta cokelat di minimarket. Karena tak tahan, akhirnya orangtua mengizinkan beli dan mengatakan, "Baiklah, kali ini saja ya." Akhirnya, anak belajar kalau batasan itu bisa dilanggar kalau dia 'cukup gigih' memaksa. Untuk mengatasinya, lebih baik bikin perjanjian apa yang boleh dan apa yang tidak dengan anak. Jika memang anak memaksa meminta di luar yang dia mau, orangtua harus berani bilang tidak. Berpegang teguh pada perjanjian yang sudah dibuat, itu lebih susah di orangtua lho.

4. "Mama kasih sekarang, tapi nanti janji harus jadi anak baik"

ilustrasi keluarga (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Kemungkinan terbesar yang dialami adalah, anak tidak bertingkah laku seperti yang diharapkan orangtua. Pada akhirnya, orangtua kecewa dan marah pada anak. Daripada melabeli anak baik dan anak nakal, lebih baik fokus pada konsekuensi yang diterima anak. Misalnya, jika anak tidak mau pakai baju, orangtua bisa katakan, "Kalau kamu cepat pakai baju, kamu bisa main dulu sebelum sekolah."

5. "Papa sudah bilang tiga kali lho ya"

ilustrasi keluarga (pexels.com/Josh Willink)

Jika orangtua perlu memberitahu anak berkali-kali, tanpa sadar orangtua melatih anak untuk belajar mengabaikan mereka. Jadi supaya efektif, lakukan kontak mata dengan anak saat ingin memberitahu anak sesuatu. Pilih kalimat perintah yang langsung to the point, jangan bertele-tele. Anak akan dengan mudah mengabaikan itu semua. Jika kalimat langsung seperti, "Ayo pakai sepatu sekarang." Anak akan lebih mengerti dan langsung melakukannya.

Bukan cuma berkomunikasi di dunia kerja yang butuh skill, tapi juga dengan anak. Dan anak tidak bisa diharapkan akan langsung mengerti seperti layaknya orang dewasa. Jadi sebagai orangtua, itu tugasmu untuk memilah kata agar tidak menjadikan anak manja. Jangan sampai, kamu menyesal karena keputusan yang sudah kamu buat sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Liem Ling
EditorLiem Ling
Follow Us