Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Manfaat Mengajarkan Anak Mengatur Emosi Sejak Dini, Wajib Dicoba

ilustrasi ibu dan anak melakukan yoga (pexels.com/yankrukov)
ilustrasi ibu dan anak melakukan yoga (pexels.com/yankrukov)

Mengajarkan anak mengenali dan mengatur emosinya sejak dini bukan cuma soal mencegah tantrum. Lebih dari itu, keterampilan ini menjadi bekal penting dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Anak-anak memang belum sepenuhnya mampu memahami apa yang mereka rasakan, apalagi mengekspresikannya dengan tepat. Tapi dengan bantuan orangtua, proses belajar ini bisa dimulai lebih awal. Yuk, simak manfaatnya agar kamu makin semangat membantu anak memahami emosinya!

1. Mengurangi ledakan emosi dan tantrum

ilustrasi anak kecil berkumur (pexels.com/mikhailnilov)
ilustrasi anak kecil berkumur (pexels.com/mikhailnilov)

Mengutip Parents, menurut Dr. Rachit Bhatt, PSY.D, seorang Psikolog Klinis, anak yang diajarkan cara mengelola emosinya cenderung lebih tenang dalam menghadapi situasi sulit. Mereka jadi tahu kapan harus bicara, kapan perlu menenangkan diri, dan bagaimana mengungkapkan perasaan dengan cara yang sehat. Ini membuat frekuensi tantrum atau ledakan emosi jadi jauh berkurang.

Dengan regulasi emosi yang baik, anak bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan tanpa perlu berteriak atau menangis keras. Orangtua pun jadi lebih mudah memahami apa yang sedang anak alami. Hal ini memperkuat komunikasi dua arah antara anak dan orangtua.

2. Membantu meningkatkan prestasi akademik

ilustrasi anak membaca (pexels.com/olly)
ilustrasi anak membaca (pexels.com/olly)

Kemampuan mengatur emosi membantu anak lebih fokus saat belajar dan menghadapi tekanan di sekolah. Mereka jadi tidak mudah panik saat menghadapi ujian atau tugas yang menumpuk. Ini berdampak positif pada prestasi akademik secara keseluruhan.

Anak yang bisa mengelola stres lebih siap beradaptasi dengan perubahan seperti naik kelas atau pindah sekolah. Mereka juga lebih percaya diri saat berinteraksi dengan guru dan teman sekelas. Akibatnya, proses belajar jadi lebih menyenangkan dan efektif.

“Siswa dengan kecerdasan emosional yang lebih tinggi mungkin lebih mampu mengelola emosi negatif seperti kecemasan, kebosanan, dan kekecewaan, yang bisa berdampak negatif pada kinerja akademik,” ujar Carolyn MacCann, Ph.D., seorang Associate Professor Psikologi di Universitas Sydney, dilansir American Psychological Association.

3. Meningkatkan kemampuan sosial anak

ilustrasi anak kecil bermain (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi anak kecil bermain (pexels.com/cottonbro)

Anak yang paham emosinya cenderung lebih empati dan bisa membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka tahu kapan harus mendengarkan, kapan memberi dukungan, dan bagaimana menjaga perasaan orang lain. Ini membuat mereka lebih mudah punya teman dan diterima dalam lingkungan sosial.

Adanya pemahaman emosi membantu anak mengembangkan keterampilan interpersonal yang lebih baik. Anak juga jadi lebih peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Ini penting untuk membentuk pribadi yang hangat dan disukai banyak orang.

“Anak dengan kecerdasan emosional mungkin lebih mampu mengelola interaksi sosial di sekitar mereka, menjalin hubungan yang lebih baik dengan guru, teman sebaya, dan keluarga. Semua itu penting untuk keberhasilan belajar,” kata MacCann.

4. Mencegah depresi dan kecemasan sejak dini

ilustrasi anak bermain boneka tangan (pexels.com/ivansamkov)
ilustrasi anak bermain boneka tangan (pexels.com/ivansamkov)

Anak yang bisa mengenali dan mengelola emosinya lebih tahan terhadap tekanan dan stres. Mereka tahu cara menghadapi kesedihan, kekecewaan, atau ketakutan tanpa merasa kewalahan. Hal ini bisa mengurangi risiko depresi dan gangguan kecemasan di kemudian hari.

Lisa Firestone, Ph.D., seorang psikolog klinis, dilansir Psychology Today, menyebutkan bahwa, praktik mindfulness terbukti membantu mengurangi gejala stres, depresi, dan kecemasan pada anak-anak. Mindfulness adalah alat yang sangat efektif untuk membantu anak membangun kemampuan regulasi emosi yang sehat sejak dini.

Dengan mengenali emosinya sejak dini dan belajar mengelolanya dengan sehat, anak-anak dapat terhindar dari tekanan emosional yang berisiko memicu gangguan mental di kemudian hari. Mereka juga lebih terbuka untuk meminta bantuan saat mengalami masalah. Hal ini membuat proses pemulihan berlangsung lebih cepat dan efektif.

5. Membentuk pribadi yang mandiri dan percaya diri

ilustrasi anak bermain di depan laptop (pexels.com/nicolabarts)
ilustrasi anak bermain di depan laptop (pexels.com/nicolabarts)

Kemampuan mengatur emosi membentuk anak yang lebih mandiri dan tidak mudah bergantung pada orang lain. Mereka tahu cara menenangkan diri saat kecewa, serta mampu mengambil keputusan dengan bijak. Ini membantu membangun kepercayaan diri mereka sejak dini.

Anak yang percaya diri akan lebih berani menghadapi tantangan dan mencoba hal-hal baru. Mereka juga lebih mampu bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Karakter seperti ini sangat penting untuk kesuksesan di masa depan.

Mengajarkan anak mengatur emosi sejak dini bukan cuma soal menghindari tantrum, tapi juga bekal penting untuk masa depannya. Semakin dini dimulai, semakin kuat fondasi emosional yang dimiliki anak. Yuk, mulai praktikkan dari hal-hal kecil yang bisa bantu anak lebih mengenal dan mengelola perasaannya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us