Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bentuk Mental Barrier yang Menjadi Penghalang Kesuksesan

ilustrasi kegagalan (unsplash.com/Fransisco De Legarreta C)

Mental barrier atau hambatan mental adalah pikiran atau keyakinan internal yang dapat menghalangi seseorang untuk maju dan berkembang. Memang, ada banyak faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesuksesan, baik itu pengaruh positif atau pun negatif. Namun, kita harus memastikan bahwa pengaruh negatif tidak datang dari dalam diri kita, sebab ini adalah suatu hal yang dapat kita kontrol.

Mental barrier atau hambatan mental adalah pikiran atau keyakinan internal yang membatasi kemampuan seseorang untuk maju dan berkembang. Beberapa bentuk dari  mental barrier yang umum terjadi adalah sebagai berikut.

1. Rasa takut gagal

ilustrasi perasaan takut gagal (pexels.com/Inzmam Khan)

Dalam hidup, kegagalan adalah suatu keniscayaan yang akan terjadi pada semua orang. Bahkan seorang ahli pun pernah mengalami kegagalan sebelum berada di fase suksesnya. Justru, dari kegagalan kita dapat belajar dan mengevaluasi diri sebagai bekal untuk perbaikan ke depannya. Seharusnya, kegagalan bukanlah suatu hal yang ditakuti karena dapat menjadi hambatan terbesar untuk meraih kesuksesan. 

Hal ini karena rasa takut gagal akan menghalangi seseorang untuk mencoba hal baru, mengejar peluang bahkan mengambil risiko. Dengan berani mencoba hal baru, kita akan memiliki dua kemungkinan, yaitu gagal dan berhasil. Namun, jika kita tidak berani mencoba, kita tidak akan memiliki kemungkinan untuk berhasil.

2. Perfeksionisme

ilustrasi orang perfeksionis (unsplash.com/Austin Distel)

Perfeksionisme merupakan kecenderungan ingin melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Hal ini dapat menjadi hambatan besar, karena kesempurnaan adalah suatu hal yang hampir mustahil untuk diraih. Seorang yang perfeksionis cenderung suka mengkritik berlebihan dirinya sendiri atau hasil kerjanya berdasarkan pada standar yang sangat tinggi dan cenderung tidak realistis. 

Sifat ini dapat membuat proses seseorang menjadi tidak efisien. Mereka cenderung menghabiskan banyak waktu untuk memperbaiki hal-hal kecil yang mungkin tidak begitu berdampak. Akibatnya, produktivitas menurun dan waktu yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan tugas yang lebih penting justru dihabiskan pada hal-hal kecil yang tidak berdampak. 

3. Pemikiran fixed mindset

ilustrasi seseorang dengan fixed mindset (unsplash.com/Andrea Piacquadio)

Seseorang dengan fixed mindset atau pola pikir tetap cenderung merasa bahwa keberhasilan mutlak dipengaruhi oleh bakat atau kemampuan dasar. Mereka percaya bahwa kemampuan yang dimiliki saat ini sudah tidak dapat diubah atau dikembangkan.

Pola pikir seperti ini akan membuat seseorang enggan untuk belajar atau mencoba hal baru. Padahal, sejatinya ada berbagai macam kemampuan yang dapat diraih melalui proses pembelajaran yang panjang. 

4. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain

ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain (pexels.com/Elina Fairytale)

Seseorang yang terlalu sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain cenderung menjadi tidak percaya diri. Hal ini karena mereka cenderung akan membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang terlibat lebih sukses. Terlalu fokus melihat pencapaian orang lain dapat membuat seseorang lupa pada tujuannya.

Padahal, tiap orang memiliki garis awal, kemampuan dan privilege yang sama sekali berbeda. Daripada melihat apa yang dimiliki orang lain, lebih baik fokus pada diri sendiri dan terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi.

5. Kurangnya ketahanan mental (mental resilience)

ilustrasi seseorang dengan ketahanan mental (pexels.com/RDNE Stock project)

Perjalanan menuju kesuksesan seringkali dipenuhi oleh kesulitan, ketidakpastian dan kegagalan. Tanpa ketahanan mental, seseorang cenderung lebih mudah menyerah dalam proses menuju tujuan mereka. 

Mental resilience memungkinkan seseorang untuk tetap bertahan dalam menghadapi tantangan, mengelola stres, bangkit dari kegagalan, dan tetap termotivasi sepanjang perjalanan menuju kesuksesan. Dengan ketahanan mental yang kuat, seseorang dapat mengatasi rintangan dan tetap berfokus pada tujuan mereka sehingga meningkatkan peluang untuk meraih sukses.

Mengatasi berbagai macam hambatan mental memerlukan kesadaran diri, kemauan untuk mengubah pola pikir negatif dan menghadapi ketakutan. Jika seseorang dapat mengatasi mental barrier mereka, maka jalan menuju kesuksesan makin terbuka lebar. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lulu Fatikhatul Maryamah
EditorLulu Fatikhatul Maryamah
Follow Us