5 Karya Arsitek Indonesia yang Mendapat Penghargaan Dunia

Indonesia memiliki banyak arsitek hebat dengan karya-karya yang tak kalah bagusnya dengan arsitek luar negeri. Karena Indonesia kaya akan adat, budaya dan material alami, menjadikan karya arsitek kita sangat beragam, baik dari segi desain maupun material yang digunakan.
Sebuah karya arsitektur dikatakan berhasil jika memenuhi berbagai kriteria, mulai dari desain, fungsi bangunan, penggunaan material hingga keterikatan dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa arsitek Indonesia menerapkan kriteria ini dengan sangat baik pada karyanya sehingga berhasil meraih penghargaan tingkat dunia. Simak lima karya arsitek Indonesia yang menerima penghargaan internasional berikut ini.
1. Microlibrary Warak Kayu

Bangunan karya SHAU ini adalah sebuah perpustakaan mini yang berlokasi di Semarang. Dibangun dengan tujuan meningkatkan minat baca, bangunan ini didesain berupa ruang publik yang multi fungsi dengan desain dan material yang ramah lingkungan. Seluruh bangunan terbuat dari material kayu yang diprefabrikasi oleh PT. Kayu Lapis Indonesia.
Perpustakaan ini dibuat dengan model rumah panggung, yang memungkinkan lantai bawahnya digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti duduk-duduk santai di tangga atau menonton film. Sedangkan ruang membaca untuk anak, terletak di lantai atasnya. Anak-anak bisa memilih untuk membaca sambil duduk di kursi seperti biasa, duduk di atas lemari pendek sambil menikmati pemandangan atau sambil berbaring di atas jaring yang terbentang.
Keunikan bangunan ini membuatnya meraih penghargaan dari Architizer A+ Awards pada tahun 2020 dalam kategori perpustakaan. Kemudian pada tahun 2021, perpustakaan ini juga memenangkan penghargaan Building of The Year 2021 kategori Public and Landscape Architecture yang diadakan Archdaily.
2. The Twin House

Rumah berdesain unik karya DELUTION ini juga berhasil meraih penghargaan dari Architizer A+ Awards pada tahun 2020 dalam kategori Architecture + Living Small. Rumah mungil dengan luas 70 meter persegi ini terletak di daerah padat penduduk di Cipulir, Jakarta Selatan.
The Twin House dibangun dengan konsep rumah adik-kakak. Rumah ini terdiri dari 2 bangunan dengan bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda. Kedua bangunan terpisah oleh semacam area publik semi terbuka, yang bisa diakses dari tiap-tiap bangunan. Masing-masing penghuni bangunan memiliki zona privasinya sendiri, tetapi tetap bisa saling berkomunikasi melalui area publik tersebut.
3. Dancing Mountain House

Rumah karya Budi Pradono Architects ini didesain untuk suami istri dosen yang sudah pensiun. Terletak pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, yaitu pada punggung bukit Gunung Merbabu, rumah ini memiliki lima atap bambu curam yang dilengkapi skylights. Desain dan materialnya menyesuaikan dengan lingkungan perumahan dan pegunungan sekitarnya.
Rumah yang berlokasi di Salatiga ini berhasil meraih penghargaan sebagai perumahan terbaik se-Asia dalam Arcasia Architecture Awards tahun 2015. Desain ruangnya berupa denah terbuka, dengan ketinggian yang berbeda mengikuti kemiringan lahannya. Konstruksinya menggunakan teknologi rendah yang dibangun oleh masyarakat lokal, agar memberikan keuntungan ekonomi dan budaya terhadap area sekitarnya.
4. Dra House

Rumah vila yang berlokasi di Sanur, Bali ini memang memiliki desain yang elegan. Dengan luas keseluruhan lebih dari 1000 meter persegi, rumah ini terdiri dari 2 lantai dan terbagi menjadi beberapa struktur bangunan. Keunikan desain serta penggunaan material lokal membuat bangunan ini mendapatkan penghargaan dari Arcasia Architecture Awards pada kategori proyek residensial.
Lantai bawah dimanfaatkan untuk ruang-ruang bersama, seperti ruang makan dan ruang keluarga, dengan desain denah yang terbuka. Lantai atas didesain seperti melayang, dengan balkon-balkon yang memiliki jendela kayu yang bisa ditutup ketika hujan. Seluruh ruang tidur berada di lantai dua. Material yang digunakan didominasi kayu ulin berwarna gelap yang menghadirkan suasana hangat sekaligus elegan.
5. SMK St.Aloisius di Ruteng

Sekolah kejuruan yang terletak di ujung barat Pulau Flores ini, adalah sebuah proyek sosial dari biro arsitek SASO Architects. Karya ini diikutsertakan dalam ajang penghargaan 5th Global Lafarge Holcim Awards for Sustainable Construction pada tahun 2018 dan ternyata menang!
Walaupun fungsi utamanya sekolah, tetapi arsiteknya ingin agar bangunan ini bisa menjadi sarana untuk warga berinteraksi di dalamnya. Konsep bangunan multi fungsi ini akhirnya menciptakan ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan masyarakat, seperti aula, amphitheatre dan perpustakaan.
Material yang dipilih, bambu flores, adalah material lokal dengan konstruksi yang sederhana agar dapat melibatkan masyarakat sekitar dalam pembangunannya. Bambu flores adalah salah satu yang terbaik di dunia, dan penggunaannya memberikan keterikatan yang kuat antara bangunan dengan lingkungannya. Dengan memakai material lokal, tidak terlalu banyak energi yang dihabiskan untuk mendapatkan bahan tersebut, sehingga mengurangi jejak karbon yang ditinggalkannya.
Keren sekali kan karya arsitek Indonesia di atas? Tidak heran karya mereka meraih penghargaan dunia, karena memang didesain dengan cermat dan memberikan manfaat yang maksimal untuk pengguna dan lingkungannya. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang sedang belajar untuk menjadi arsitek ya!