5 Novel Berlatar Pandemik COVID-19 yang Gambarkan Masa Sulit

Pandemik COVID-19 telah mengubah kehidupan kita secara dramatis sehingga menjadi latar yang kuat bagi banyak karya sastra. Novel yang ditulis selama periode ini menangkap realitas isolasi dan ketidakpastian. Setiap cerita menawarkan perspektif unik tentang bagaimana orang-orang beradaptasi dan bertahan dalam masa-masa sulit.
Novel-novel tersebut mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman kolektif selama pandemik. Masing-masing buku menawarkan wawasan yang kaya tentang bagaimana pandemik mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial. Berikut ini deretan novel berlatar pandemik COVID-19 yang menarik untuk dibaca.
1. The Sentence – Louise Erdrich

Novel ini menceritakan tentang perempuam bernama Tookie yang bekerja di toko buku independen di Minneapolis. Tookie dihantui oleh hantu pelanggan paling menjengkelkan di tokonya bernama Flora. Selain pandemik COVID-19 yang semakin mengemuka, novel ini juga mengangkat pembunuhan George Floyd dan protes yang mengikutinya.
Louise Erdrich berhasil menggabungkan elemen-elemen supranatural dengan realitas sosial yang keras sehingga menciptakan sebuah narasi menggugah pikiran. Penggambaran tokoh Tookie yang kompleks serta setting realistis menjadikan novel ini sebagai bacaan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi banyak hal untuk direnungkan.
2. Companion Piece – Ali Smith

Novel ini berpusat pada seorang perempuan bernama Sandy yang harus menghadapi puncak lockdown COVID-19 di Inggris. Sandy terhubung kembali dengan seorang teman sekelas lama dan harus menghadapi ayahnya yang dirawat di rumah sakit. Sambil menjalani isolasi, Sandy belajar untuk membuka dirinya kepada orang lain.
Selain cerita utama tentang COVID-19, novel ini juga menampilkan kilas balik tentang seorang perempuan selama masa pandemik. Gaya penulisan yang puitis dan reflektif membuat novel ini menjadi bacaan yang mengharukan. Smith berhasil menangkap esensi dari rasa kesepian membuat pembaca merenungkan kembali hubungannya sendiri di masa pandemik.
3. Delphi – Claire Pollard

Delphi mengikuti profesor di London saat pandemik COVID-19 melanda. Narator yang tidak disebutkan namanya dalam novel ini terlibat dalam penelitiannya tentang ramalan kuno saat lockdown. Penelitiannya berubah menjadi obsesi untuk memprediksi masa depan. Obsesi tersebut mengalihkan perhatiannya dari pernikahan dan perannya sebagai ibu.
Novel ini dengan sangat baik menggambarkan kecemasan dan ketidakpastian. Pollard berhasil menciptakan atmosfer yang membuat pembaca terhanyut dalam dunia akademis penuh tekanan. Kelebihan novel ini terletak pada penulisannya sehingga menjadikan Delphi sebagai bacaan yang sangat relevan tentang masa pandemik.
4. Joan is Okay – Weike Wang

Novel ini mengikuti seorang dokter bernama Joan yang bertempat di New York selama puncak pandemik COVID-19 dan meningkatnya sentimen anti-Asia. Perspektif Joan sebagai perempuan Amerika Tionghoa yang berada di garis depan pandemik dan menghadapi konflik keluarga sangat tajam dan relevan.
Meskipun ketegangan pandemik menjadi latar utama, yang paling mengesankan dari novel ini adalah karakter Joan sendiri yang hangat, lucu, tetapi cerdas. Sosok yang pastinya ingin dikenal oleh semua orang dalam kehidupan nyata. Melalui novel ini, Wang sukses menggambarkan realitas pandemik dengan kepekaan dan humor yang tajam.
5. The Fell – Sarah Moss

The Fell mengisahkan perempuan bernama Kate yang meninggalkan rumahnya selama lockdown untuk berjalan-jalan di moor dan jatuh. Ia terluka dan tidak bisa bergerak serta kesulitan menghubungi keluarganya atau tetangga. Ancaman pasif dari kebosanan dan kecemasan berubah menjadi ancaman aktif yang menunggu Kate di moor.
Novel ini menggambarkan kebosanan, klaustrofobia, dan kecemasan selama lockdown dengan realisme yang tajam. The Fell memperlihatkan tentang perjuangan pribadi dan psikologis di masa pandemik dengan narasi yang kuat. Moss berhasil menangkap ketegangan dan ketakutan yang dialami banyak orang sehingga menjadikan bacaan ini menggugah pikiran.
Deretan novel di atas tidak hanya menghibur, tetapi juga membantu pembaca memahami dan menghadapi realitas pandemik COVID-19 yang dihadapi bersama. Kalau kamu sendiri tertarik untuk membaca yang nomor berapa, nih?