5 Sisi Negatif Kecanduan Konten Toksik di Media Sosial

Media sosial adalah simbol dari kebebasan. Seseorang bisa menemukan berbagai informasi di dalamnya. Sedikit banyak pasti mempengaruhi pola pikir. Apalagi saat kamu mulai kecanduan konten-konten yang bersifat toksik.
Jika kamu berpikir ini hanya sekadar keseruan di waktu luang, tentu menjadi kesalahan. Kecanduan konten toksik di media sosial bukan persoalan sepele. Jika kamu tidak segera menyadari dan berbenah, lima sisi negatif kecanduan konten toksik berikut ini akan mulai terasa. Apa kamu mau terjerumus di dalamnya?
1. Kehilangan kemampuan berpikir realistis

Perkembangan media sosial memang tidak bisa dicegah. Semua pasti terjadi seiring berjalannya waktu. Konten-konten yang disajikan tidak semuanya bersifat inspiratif. Beberapa diantaranya adalah konten toksik yang tidak patut diikuti.
Kalau kamu termasuk orang yang kecanduan konten toksik di media sosial, sekarang sudah saatnya menyadari. Sisi negatif dibaliknya adalah kehilangan kemampuan berpikir realistis. Kamu tidak bisa mempertimbangkan risiko dan dampak negatif secara cermat. Kehidupan hanya terpaku pada gambaran semu di media sosial.
2. Gampang terombang-ambing oleh pengaruh negatif

Tidak dapat dimungkiri jika konten toksik membawa sejumlah pengaruh kurang baik. Contohnya saja kamu menjadi orang yang gampang kecanduan tren. Atau kehilangan kendali atas sikap sopan santun. Keberadaan media sosial dianggap sebagai simbol kebebasan yang sesungguhnya.
Tapi di balik itu semua, juga ada sisi negatif yang mengintai. Seseorang yang kecanduan konten toksik di media sosial gampang terombang-ambing pengaruh negatif. Ia kerap terjerumus pada tindakan bertentangan dengan aturan. Sampai-sampai tidak mempedulikan lagi nilai dan etika yang dianut.
3. Kehilangan pedoman dalam menjalani hidup

Kehidupan harus memiliki pedoman yang pasti agar tidak gampang salah arah. Karena sekali kamu terjerumus, akan sangat susah untuk berputar kembali. Tapi menjadi permasalahan tersendiri saat kamu menjadi orang yang kecanduan konten toksik di media sosial.
Jika tidak segera berbenah, pasti kehilangan pedoman dalam menjalani hidup. Akibat mengikuti tuntutan konten toksik, kamu kehilangan prinsip dan pendirian. Kamu tidak memperhatikan lagi kehidupan yang tertata dan bermakna.
4. Selalu merasa gelisah tanpa alasan yang jelas

Tentu kamu tidak ingin merasakan hidup yang dipenuhi dengan rasa cemas dan kegelisahan. Jika sampai mengalami kondisi seperti ini, kehidupan akan jauh dari kebahagiaan. Bahkan kamu tidak pernah bisa memetik esensi kehidupan yang sesungguhnya. Namun demikian semua kembali lagi dari ketegasan diri yang kamu terapkan.
Perlu introspeksi saat kamu mulai kecanduan konten toksik di media sosial. Ternyata juga ada sisi negatif yang akan menghancurkan hidup. Akibat kecanduan konten toksik, kamu didominasi perasaan gelisah tanpa alasan yang jelas. Sampai-sampai tidak bisa berkonsentrasi meraih tujuan hidup.
5. Tumbuh menjadi orang yang rendah diri

Menjalani hidup harus memiliki sikap optimis. Karena ini berkaitan dengan keberanian mengambil keputusan. Sekaligus keterampilan menghadapi tantangan. Akan sangat fatal jadinya jika kamu menjalani hidup dengan didominasi sifat rendah diri.
Pastinya menjadi perhatian penting bagi kita semua. Akibat kecanduan konten toksik di media sosial, bisa memicu perasaan rendah diri berlebihan. Kamu merasa minder dalam menjalani lika-liku kehidupan. Bahkan sering menyalahkan diri secara berlebihan jika tidak bisa mengikuti tuntutan konten di media sosial.
Tidak dapat dimungkiri jika media sosial ibarat pisau bermata dua. Selain menyajikan keseruan dan kemudahan berkomunikasi, juga ada sisi negatif yang menyertai. Termasuk sisi negatif kecanduan konten toksik. Jika kita tidak ingin merasakan sejumlah dampak negatif, tentu harus lebih bijaksana lagi yang menyaring konten yang ada di media sosial.