5 Tanda Kamu Mengalami Delay Grief, Cek Yuk!

Kehilangan seseorang yang dicintai memang menyakitkan, tetapi setiap orang punya cara berbeda dalam menghadapi duka. Ada yang menangis seketika, ada juga yang tampak baik-baik saja, tetapi sebenarnya belum benar-benar merasakan kehilangan. Delay grief atau kesedihan tertunda sering kali tidak disadari, bahkan oleh diri sendiri.
Emosi yang seharusnya muncul setelah kehilangan justru baru terasa berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Penasaran apakah kamu mengalaminya? Simak lima tanda delay grief berikut ini agar bisa memahami kondisi emosional dengan lebih baik.
1. Merasa datar tanpa emosi saat kehilangan terjadi

Respons alami setelah kehilangan biasanya melibatkan kesedihan, tangisan, atau rasa hampa. Namun, seseorang yang mengalami delay grief justru merasa datar dan tidak menunjukkan emosi yang kuat. Bukan berarti tidak peduli, tetapi otak secara otomatis menunda reaksi sebagai mekanisme pertahanan diri.
Perasaan tersebut bisa berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama. Ketika orang lain sudah mulai menerima kenyataan, kamu justru baru mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa disadari, emosi yang tertunda ini bisa meledak di kemudian hari dengan intensitas yang lebih besar.
2. Sulit mengingat kenangan tentang orang yang pergi

Kenangan seharusnya menjadi bagian dari proses berduka yang alami. Namun, delay grief sering kali membuat seseorang sulit mengingat detail tentang orang yang telah pergi. Ingatan terasa buram atau bahkan sengaja dihindari karena alam bawah sadar menolak untuk menghadapi kenyataan.
Ketika ditanya tentang momen kebersamaan, kamu mungkin merasa kosong atau bingung. Bukan karena lupa, tetapi karena emosi yang terpendam menghambat akses terhadap kenangan tersebut. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa proses berduka belum benar-benar terjadi.
3. Munculnya ledakan emosi di situasi yang tidak terduga

Kesedihan yang tertunda bukan berarti hilang, melainkan tersimpan di dalam diri tanpa disadari. Suatu hari, perasaan tersebut bisa muncul secara tiba-tiba di situasi yang tidak berkaitan dengan kehilangan. Misalnya, menangis saat menonton film atau merasa marah tanpa alasan jelas.
Ledakan emosi ini sering kali membingungkan karena tidak sesuai dengan keadaan saat itu. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah akumulasi perasaan duka yang tidak tersalurkan dengan baik. Ketika sudah sampai pada titik ini, biasanya tubuh dan pikiran mulai memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang belum terselesaikan.
4. Menghindari hal-hal yang berkaitan dengan orang yang telah pergi

Menjaga jarak dari sesuatu yang memicu kenangan adalah salah satu tanda delay grief. Tanpa sadar, kamu bisa saja menghindari tempat-tempat tertentu, benda-benda milik almarhum, atau bahkan percakapan tentangnya. Bukannya tidak peduli, tetapi ada ketakutan untuk menghadapi rasa kehilangan yang belum benar-benar diterima.
Beberapa orang bahkan mengganti rutinitas atau menghindari orang-orang yang mengingatkan pada sosok tersebut. Semakin lama dilakukan, semakin sulit untuk benar-benar menghadapi kenyataan. Akibatnya, proses pemulihan menjadi lebih panjang dan emosional semakin tertekan.
5. Munculnya gejala fisik tanpa sebab yang jelas

Kesedihan yang tertunda tidak hanya berdampak pada emosi, tetapi juga bisa memengaruhi kondisi fisik. Beberapa orang mengalami sakit kepala, gangguan pencernaan, atau nyeri tubuh tanpa sebab medis yang jelas. Hal ini terjadi karena stres emosional yang tidak disadari mempengaruhi sistem tubuh secara keseluruhan.
Sering kali, gejala fisik ini muncul berulang tanpa ada diagnosis yang pasti. Setelah melalui berbagai pemeriksaan medis dan tidak ditemukan masalah, barulah disadari bahwa akar masalahnya berasal dari emosi yang belum terselesaikan. Tubuh berusaha memberi tanda bahwa ada sesuatu yang perlu dihadapi.
Delay grief bukan sesuatu yang salah, tetapi perlu disadari agar tidak menumpuk menjadi beban yang lebih berat. Menghadapi kehilangan memang tidak mudah, tetapi menunda perasaan hanya akan memperpanjang proses penyembuhan. Jika merasa mengalami tanda-tanda di atas, cobalah untuk berbicara dengan orang yang dipercaya atau mencari bantuan profesional.