7 Cara Tetap Bertahan di Tengah Masa Sulit, Bangkit Lebih Tangguh!

Ketika tidak memiliki ketahanan atau resiliensi yang kuat, seseorang akan cenderung panik saat menghadapi tantangan atau krisis yang penuh ketidakpastian. Ia akan terus bertanya-tanya jalan mana yang harus ditempuh, apa keputusan yang harus dibuat, atau bagaimana ia harus merespon situasi tersebut. Tak jarang, beberapa orang memilih menghindari masalah atau bahkan terjebak di dalamnya tanpa merasa punya jalan keluar.
Untungnya, resiliensi merupakan hal yang bisa dilatih dan dikembangkan. Seiring berjalannya waktu, ketika kamu menemukan cara yang efektif untuk belajar bertahan di masa sulit, kamu akan mampu menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri. Kamu mungkin bisa memulainya dengan melakukan tujuh hal di bawah ini.
1. Berlatih untuk berdamai dengan ketidaknyamanan

Dalam hidup, kita tentu akan menghadapi situasi yang tidak pasti atau terus berubah-ubah, seperti misalnya menghadapi proyek baru, pindah tempat kerja, berganti rekan tim atau atasan, hingga ketika melangkah ke jenjang pernikahan. Sebagian dari kita juga mungkin merasa takut atas perubahan itu karena membuat kita terpaksa keluar dari zona nyaman. Terkadang, perubahan-perubahan itu membawa rasa tidak nyaman yang sangat ingin kita hindari.
Padahal, rasa tidak nyaman merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini adalah perasaan fluktuatif yang bisa berlalu seiring berjalannya waktu tanpa perlu kita takuti atau hindari secara berlebihan. Cobalah untuk berdamai dengan diri sendiri dan situasimu saat ini, tanpa berusaha mengelak atau menepisnya. Tenangkan suara batin dari ketakutan, rasa bersalah, atau kebencian, dan tahan keinginan untuk menciptakan keputusan impulsif seputar ketidakpastian yang kamu hadapi.
Nilailah situasi dari sudut pandang yang netral, sadari bahwa tidak apa-apa untuk merasa benar-benar tidak nyaman pada saat tertentu. Ketahanan emosional atau resiliensi akan perlahan terbangun saat kamu menggunakan waktu ini untuk berlatih menerima dan percaya pada diri sendiri, meskipun ada ketidaknyamanan yang kamu rasakan.
2. Menjadi lebih fleksibel dengan dirimu

Seringkali kita mengalami kesulitan untuk belajar “mengikuti arus”. Sifat keras kepala, ego, pandangan yang kaku, ekspektasi, dan kebiasaan kita adalah beberapa hal yang membuat kita menolak perubahan. Padahal perubahan adalah hal yang tidak akan terelakkan dalam hidup kita, seperti yang tadi sudah disebutkan pada poin sebelumnya.
Semakin kita menolak untuk berkompromi terhadap perubahan dengan memaksakan seluruh kehendak kita, semakin berat dan sulit yang akan kita rasakan. Dalam situasi seperti ini, lebih bijaksana untuk mempraktikkan penerimaan dan mengakui bahwa situasinya telah berubah. Kita perlu menyadari jika kita tidak bisa mengendalikan semuanya, ada banyak hal yang ada di luar kendali kita. Namun, kita selalu bisa mengendalikan diri kita sendiri, termasuk untuk bersikap fleksibel terhadap perubahan yang terjadi.
3. Belajar untuk terbiasa dengan perubahan

Heraclitus, filsuf Yunani Kuno, pernah berkata: “Satu-satunya hal yang konstan adalah perubahan.” Sehingga salah satu hal yang bisa kita latih adalah menormalisasi dan terbiasa menghadapinya.
Di sisi lain, melakukan hal yang sama berulang kali dapat membuat kita lelah karena kebosanan yang akumulatif. Di situlah kita butuh perubahan, karena ia melahirkan sesuatu yang berbeda dan membuat segalanya kembali menarik. Upaya baru merangsang potensi pertumbuhan melalui pengalaman baru.
Kemampuan kita untuk merespons inilah yang diuji di sini. Semakin kita melatih kemampuan kita dalam merespon perubahan, kita akan semakin bertumbuh dan merasa santai dengan keragaman kehidupan.
4. Berlatih self-compassion

Di saat-saat sulit, penting untuk melatih rasa menyayangi diri sendiri. Bersikaplah baik kepada diri sendiri untuk meningkatkan kepercayaan dirimu. Tidak masalah kalau kamu butuh meluangkan waktu untuk melampiaskan kekecewaan atau beristirahat dari rutinitas.
Jalan-jalan atau menghabiskan waktu untuk grounding di alam mungkin berguna untuk memproses pikiran dan melepaskan emosi yang terpendam. Kamu juga bisa mengatur pola makan lebih sehat untuk membantu mengingatkan dirimu akan pentingnya self-care dan bersikap baik terhadap diri sendiri.
Self-compassion tidak hanya soal merawat dirimu secara fisik. Bersikap baik terhadap dirimu adalah termasuk dengan tidak menyalahkan diri sendiri terhadap apa yang sudah terjadi, berhenti mengkritik diri berlebihan, dan memperluas sudut pandang dari kamu yang merasa gagal menjadi kamu yang sedang belajar untuk bertumbuh.
5. Belajar dari kesalahan

Trial and error adalah bagaimana cara kita belajar. Jangan takut melakukan kesalahan, karena hal itu akan membuat Anda lebih tangguh secara emosional jika kamu mau belajar dari kesalahan tersebut. Uji beberapa pendekatan baru untuk melihat mana strategi yang berhasil dalam situasi ini.
Setelah kita beradaptasi dengan perasaan tidak nyaman, kita baru dapat memposisikan diri pada tantangan yang ada dan sering kali memicu banjirnya ide-ide baru. Coba jelajahi pikiran, emosi, dan ide positif yang muncul dalam krisis yang mungkin sedang kamu hadapi. Mungkin kamu akan belajar untuk berkomunikasi dan terkoneksi dengan diri sendiri, atau kamu akhirnya belajar menerapkan pendekatan baru terhadap situasi yang terus berubah.
6. Berdiskusi dengan orang lain

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, kamu bisa melibatkan orang lain dalam perjalanan trial and error yang kamu hadapi. Kamu bisa berdiskusi dan bertukar pandangan dengan teman, keluarga, rekan kerja, atau siapapun yang kamu percaya. Tetaplah terbuka terhadap saran, namun pertahankan ide yang benar-benar kamu yakini. Hindari meminta saran dari terlalu banyak orang atau pada orang yang sama sekali tidak pernah mengalami apa yang sedang kamu hadapi.
7. Rayakan keberhasilanmu

Rayakanlah keberhasilanmu setelah semua upaya yang telah kamu lakukan untuk melewati masa dan situasi yang sulit atau saat kamu bangkit kembali setelah pengalaman yang berat. Jangan lupa beri dirimu penghargaan atas upaya yang kamu lakukan, terlepas dari apapun hasilnya.
Ucapkan terimakasih pada diri sendiri dan berkomitmen untuk melanjutkan perjalanan pembelajaranmu. Berlatihlah untuk bersyukur atas dirimu yang dulu dan dirimu yang sekarang. Karena ketahanan emosional lebih dari sekadar pulih dari keterpurukan, tetapi tentang bagaimana kita bisa berkembang dari menghadapi tantangan tersebut.
Kamu bisa saja melewati krisis dan masa sulit dengan begitu saja, atau memilih mengisinya dengan makna yang membuatmu terus belajar mengapresiasi diri atas usaha bertahan di masa sulit yang selama ini kamu lakukan.