7 Plus Minus Banyak Tetangga Berjualan, Mikir Keras jika Ingin Usaha

Hunian yang ideal perlu dilengkapi dengan kemudahan akses ke warung, pasar, atau toko. Repot apabila kamu tinggal di lingkungan yang tidak ada orang berjualan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dirimu mesti pergi jauh. Artinya, kebutuhan akan kendaraan pribadi juga meningkat.
Pengeluaran buat biaya transportasi berlipat-lipat dari seandainya banyak tetanggamu membuka warung atau toko. Akan tetapi, dikelilingi oleh banyak tempat usaha milik tetangga sendiri bukan gak ada dramanya. Keberadaannya di satu sisi memudahkan, di sisi lain bisa menyusahkanmu.
Meski kamu tidak ikut buka usaha, tetap perlu kehati-hatian dalam bersikap. Di bawah ini sisi plus dan minus apabila tetangga berjualan di sekitarmu. Apakah kamu bakal selamanya hanya menjadi pembeli atau suatu saat nanti juga ikut meramaikan persaingan dagang yang ada?
1. Cari apa saja mudah, gak usah pergi jauh-jauh

Seperti disinggung dalam pembuka artikel, aneka warung tetangga berjasa sekali buat memudahkan hari-harimu. Kamu bisa berbelanja sabun, bahan makanan, sampai pakaian ke tetangga. Tinggal di tengah kegiatan ekonomi yang terus bergerak begini bikin kehidupanmu amat praktis. Kapan saja dirimu membutuhkan sesuatu gak perlu cemas.
Kamu bahkan bisa tinggal chat atau menelepon tetangga buat memesan sesuatu. Nanti barangnya diantar atau diambil sendiri saat dirimu ada waktu. Makin lengkap jenis usaha yang dijalankan para tetangga, kamu bisa gak perlu kendaraan pribadi. Hampir semua barang kebutuhan sehari-hari sudah berada dalam jangkauan. Cukup kamu berjalan kaki dari ujung ke ujung kompleks sekalian buat olahraga.
2. Dapat harga khusus

Tanpa kamu meminta diskon pun, tetangga yang berjualan biasanya sudah otomatis memberikan diskon khusus tetangga. Barangkali harga spesial begini memang tidak setiap hari diberikan. Namun, tentu sangat lumayan daripada kamu berbelanja di luar tanpa pernah mendapatkan potongan harga.
Bayangkan jika di satu kompleks ada 10 tetangga saja yang berjualan macam-macam. Tanpa terasa dalam sebulan dirimu memperoleh diskon yang cukup banyak ketika membeli ini itu di warung mereka. Jika tidak dalam bentuk diskon, tetangga biasanya memberikan bonus produk. Mana pun dari keduanya yang lebih sering diperoleh, kamu sebagai konsumen yang paling diuntungkan.
3. Barang di satu warung kosong, tinggal geser ke sebelahnya

Apabila hanya ada satu warung di sekitar tempat tinggalmu, itu menjadi tumpuan harapanmu ketika membutuhkan apa pun. Sayangnya, barangnya bisa habis atau memang gak dijual di sana. Begitu dirimu mendapatkan informasi begitu pasti langsung pusing. Kamu mesti mencarinya ke tempat yang lebih jauh.
Tambah repot kalau dirimu tidak punya kendaraan pribadi atau barangnya sangat mendesak dibutuhkan. Dengan adanya banyak tetangga yang buka usaha, kamu lebih mungkin mendapatkan barang kebutuhan meski harus mendatangi lebih dari satu toko atau warung. Terpenting dirimu tidak pulang dengan tangan kosong.
4. Ada yang iri kalau kamu berbelanja di warung lain

Namun, di balik berbagai kemudahan yang dirasakan olehmu juga ada sisi gak enaknya. Terutama kalau beberapa tetangga membuka jenis usaha yang sama. Seperti sama-sama warung kelontong atau warung makan. Mungkin akan ada tetanggamu yang seakan-akan tidak terima apabila kamu berbelanja di warung lain.
Sebenarnya itu hak penuhmu. Dirimu boleh jadi punya alasan untuk membeli di warung yang lain atau sekadar otomatis saja kakimu melangkah ke sana. Akan tetapi, reaksi tetangga yang iri dagangannya gak dibeli bisa membuatmu sebal. Dia bersikap seolah-olah kamu telah berpihak pada pemilik warung itu. Padahal, perasaanmu sebagai pembeli sekaligus tetangga mereka semua sesungguhnya netral saja.
5. Gak enak ditanya-tanya tentang dagangan di warung lain

Bukan rahasia lagi bahwa dua tetangga atau lebih dengan jenis usaha yang sama sering kali saling memata-matai. Ini dilakukan buat mengetahui seberapa berbahaya persaingan usaha yang telah terjadi. Salah satu cara buat mematai-matai usaha tetangga yang serupa adalah dengan memanfaatkan pembeli sepertimu.
Kamu bakal sering ditanya-tanya tentang pengalaman berbelanja di warung sebelah. Tujuannya adalah mengorek informasi yang bisa digunakannya buat memajukan warungnya sendiri. Bahkan sedikit saja informasi darimu dapat dipakai buat menjelek-jelekkan usaha orang lain. Dirimu wajib sangat berhati-hati memberikan pernyataan apa pun.
6. Di jam-jam ramai kamu mungkin agak terganggu

Bukannya kamu gak suka dengan kemajuan usaha tetangga. Namun mengingat rumah kalian berdekatan, sangat mungkin dirimu bakal terganggu ketika banyak pembeli datang. Mereka memarkir kendaraan sembarangan sampai di depan pagar rumahmu. Kamu menjadi kesulitan jika hendak mengeluarkan kendaraan.
Atau, keramaiannya bikin keamanan lingkungan agak menurun. Seiring banyaknya orang dari luar kompleks yang masuk demi membeli sesuatu di warung tetanggamu, kejahatan bisa meningkat. Terutama pencurian dengan modus pelaku bersikap seolah-olah bagian dari calon pembeli. Namun ketika orang-orang mengantre dan tetanggamu sibuk melayani, dia menyelinap ke rumahmu buat mengambil barang berharga.
7. Bila ingin buka usaha juga harus lebih kreatif

Apabila rumahmu belum dikepung oleh usaha para tetangga, kamu punya peluang bagus buat merintis usaha sendiri. Berjualan galon air minum, bukan warung kelontong, tempat makan, dan sebagainya belum ada pesaing. Dirimu menjadi pelopor dari UMKM di lingkungan tersebut. Para tetangga pun berduyun-duyun membeli produk yang kamu jual.
Akan tetapi kalau banyak tetanggamu telah membuka usaha, dirimu kudu lebih kreatif mencari ide usaha yang belum ada. Apabila kamu sekadar menjiplak usaha tetangga, ini sama seperti satu kue yang semula dinikmati tetangga sendirian menjadi dibagi dua denganmu. Target pasar kalian sama dan baik usahamu maupun usahanya menjadi kurang berkembang. Selain itu, rasa persaingan bisa bikin hubungan kalian rusak.
Kamu tentu perlu mendukung usaha milik tetangga biar sebisa mungkin semuanya laris manis. Namun bila persaingan di antara mereka mulai memanas, jangan sampai dirimu berpihak pada salah satunya. Jika tetangga berjualan, tetaplah menjadi pembeli yang netral dan tidak terpengaruh oleh konflik antarpemilik usaha.