"Filosofi dari keperawatan itu sendiri adalah the light in the darkness. Jadi, kalau tahu filosofi dari keperawatan, pada awalnya keperawatan modern itu adalah the lady with the lamp. Perempuan yang berjalan, membawa lampu sentir, menjadi cahaya pada saat perang dunia. Nah, saya tuh pengen jadi sosok seperti itu," ungkap Reza.
Lewat SAUS, Reza Riyady Wujudkan Akses Air Bersih di Pelosok Bali

Di tengah kepopuleran pariwisata dan alam Bali yang memukau, masih ada sebuah desa di pelosok yang sudah lama mengalami krisis air bersih. Di mana warganya sehari-hari menghadapi tantangan besar untuk mendapatkan kebutuhan paling dasar ini. Desa itu adalah Desa Ban yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali.
Namun, di balik cerita pilu tersebut ada kisah inspiratif tentang seorang pemuda pemberani yang tak hanya peduli melihat kesulitan tersebut, tetapi juga berinisiatif untuk mewujudkan akses air bersih yang layak di sana. Dengan semangat kegigihan dan rasa kemanusiaan yang tinggi, usaha-usahanya dimulai dari penggalangan dana, kolaborasi dengan berbagai pihak, hingga pemanfaatan teknologi sederhana untuk membangun sistem penyediaan air yang diidamkan oleh penduduk Desa Ban.
Ia adalah Reza Riyady Pragita. Bersama komunitas Bali Tersenyum ID, Reza menggagas sebuah program bernama SAUS (Sumber Air untuk Sesama) yang bertujuan untuk membangun sebuah akses air bersih bagi warga Desa Ban. Cerita perjuangan Reza membawa air bersih ke Desa Ban begitu menginsipirasi dan layak untuk kita teladani.
1. Menggagas program SAUS karena tekadnya menjadi perawat yang bermanfaat

Reza Riyady adalah seorang perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Profesinya sebagai perawat inilah yang membuatnya selalu ingin mengabdi kepada masyarakat.
Dalam wawancara bersama Reza pada Selasa (21/10/2025), ia bercerita bahwa sumber inspirasinya adalah filosofi dari keperawatan modern, yaitu "The light in the darkness". Reza ingin menjadi seorang perawat yang mampu menjadi penerang di tengah kegelapan. Ia ingin membantu masyarakat tak hanya dari dalam rumah sakit, tapi juga ingin terjun ke lapangan.
Awal mula Reza dan Bali Tersenyum.id menggagas program SAUS di Desa Ban, Karangasem ini juga karena ia tergerak ingin menginisiasi sebuah program bantuan kepada warga di pelosok Bali Timur yang terdampak erupsi Gunung Agung yang terjadi pada Juni 2019.
Saat melihat kondisi Desa Ban secara langsung, dirinya melihat sekelompok ibu-ibu yang sedang mengisi air ke dalam jeriken. Ibu-ibu tersebut ternyata berjalan jauh dari rumahnya untuk mengambil air bersih, sebab di Desa Ban sendiri tidak ada akses air bersih terlebih lagi saat musim kemarau.
Kenyataan pilu itu membuat Reza terenyuh. Ia membayangkan bagaimana beratnya kehidupan ibu-ibu tersebut dan juga warga Desa Ban sehari-hari yang kesulitan mendapatkan air bersih. Padahal, air adalah kebutuhan paling mendasar makhluk hidup.
"Saya tuh cukup terharu ya, karena ibu itu harus masukin air ke jeriken gitu kan. Ya... ber-drum-drum, terus dorong dengan jarak berkilo-kilometer. Itu sekitar lima kilometer lah. Jadi, kalau saya ngomong-ngomong bilang itu saya jadi sedih," cerita Reza sambil berkaca-kaca.
2. Menerapkan pendakatan Community As Partner agar bantuan yang diberikan lebih tepat

Program SAUS yang digagas oleh Reza ini terlaksana dengan baik karena ia menerapkan pendekatan Community As Partner (CAP), dimana dalam pelaksanaanya ia selalu melibatkan masyarakat setempat. Menurutnya, dengan pendekatan ini sebuah program akan jadi lebih tepat, sebab hanya warga Desa Ban sendiri yang tahu apa permasalahan mereka hadapi dan apa solusi yang paling tepat untuk mereka.
"Community As Partner itu dimana masyarakat bukan sebagai objek asuhan keperawatan kita, tapi masyarakatlah yang akan menyelesaikan masalahnya mereka sendiri. Nah, ini salah satunya musyawarah dengan masyarakat desa," ungkap Reza.
Sebelum mengetahui kondisi dan realita yang terjadi di Desa Ban, Reza berniat untuk menggagas program renovasi rumah warga yang rumahnya hancur karena dampak erupsi Gunung Agung. Namun, setelah berdialog bersama warga desa Ban serta melalukan riset yang matang, justru masalah utama yang dihadapi adalah akses air bersih.
Dengan berkolaborasi bersama dengan warga Desa Ban, Reza bisa mengetahui apa solusi yang paling memungkinkan untuk direalisasikan oleh warga Desa Ban sendiri. Solusinya adalah dengan membuat bak penampungan air yang lebih dekat di sekitar Desa Ban.
3. Sempat terbentur masalah biaya dan hasil penggalangan dana yang tak mencukupi

Perjuangan Reza untuk dapat merealisasikan program SAUS di Desa Ban ini pastinya tak selalu berjalan mulus. Banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari kurangnya bantuan materi dari pemerintah kabupaten setempat hingga kurangnya biaya untuk membangun bak penampungan air.
Biaya untuk membangun bak penampungan dan saluran air di Desa Ban tentu tidak murah, yaitu mencapai Rp30 juta. Untuk mendapatkan modal tersebut, Reza berinisiatif untuk membuka donasi melalui platform penggalangan dana online. Selain itu, ia juga mencoba mencari bantuan melalui jalur politik. Sayangnya, pemerintah kabupaten setempat belum bisa memberikan bantuan. Reza justru banyak mendapatkan dukungan bantuan dari rekan-rekannya di luar daerah Kabupaten Karangasem.
"Saya sempat down karena bahkan saya melewat jalur politik pada saat itu, minta bantuannya, tapi nggak berhasil juga. Malah yang membantu kebanyakan masyarakat Klungkung dan juga teman-teman saya di luar daerah, bahkan ada yang di Jakarta dan Medan," ungkapnya.

Hingga hari terakhir penggalangan donasi ditutup, uang yang terkumpul ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Uang donasi yang terkumpul hanya sebesar Rp2,8 juta. Hal ini membuat Reza hampir menyerah. Ia mulai ragu atas usaha dan inisiatifnya membantu warga Desa Ban.
Namun, Reza adalah seorang pejuang pantang pulang sebelum berjuang. Ia teringat akan tekad dan janjinya kepada warga Desa Ban. Ia berkeyakinan bahwa niat baiknya yang tulus lahir dari hati, pasti akan sampai ke hati orang-orang baik lainnya. Hingga akhirnya sebuah keajaiban datang menghampiri tanpa disangka-sangka.
Tepat di saat Reza akan menutup penggalangan dana tersebut, ia dihubungi oleh sesesorang dari Medan, Sumatera Utara yang berniat ingin mengirimkan donasi. Siapa sangka, donasi yang diberikan cukup besar dan mencukupi seluruh kebutuhan untuk membangun bak penampungan air di Desa Ban, yaitu sebesar Rp30 juta.
"Apa yang dikerjakan dengan tulus dari hati akan mengena ke hati lainnya. Bim salabim, pada saat itu ada seseorang, nge-chat saya malam hari via DM. Yang bikin saya shock, mereka tuh bilang cuma mau kasih Rp6 juta. Ternyata mereka bener-bener berdonasi Rp30 juta," cerita Reza.
Dengan uang hasil donasi itu, tanpa berlama-lama Reza langsung menepati janjinya untuk mewujudkan pembangunan saluran dan bak penampungan air di Desa Ban, Karangasem, Bali.
4. Program Saus berdampak pada perilaku hidup bersih dan sehat warga Desa Ban

Pembangunan saluran dan bak penampungan air yang dikerjakan bersama-sama dengan warga setempat tentu saja membawa manfaat yang berlimpah. Program SAUS merupakan program yang lahir dari solusi masyarakt Desa Ban sendiri. Sehingga, kehadirannya bagaikan anak kandung sendiri yang telah lama dinanti-nanti.
Reza sendiri tak menyangka bahwa program SAUS akhirnya terlaksana dan dapat membawa berkah bagi masyarakat Desa Ban. Desa yang bertahun-tahun mengalami krisis air bersih ini sekarang puya bak penampungan air bersih, dan ibu-ibu di Desa Ban tak perlu lagi berjalan berkilo-kilo meter sambil membawa jeriken untuk mendapatkan air.
"Mereka itu sekarang udah lebih gampang dapet akses air bersih, gitu. Walaupun cuma mungkin beberapa dusun saja yang lebih dekat , tapi buat saya kayak, wah ternyata apa ya, hal sederhana yang mungkin kita bisa kasih itu berarti banget. Itu cuma air lho, dan ternyata itu bisa ngefek besar ke masyarakat," ungkapnya.
Adanya bak penampungan air yang aksesnya lebih dekat dan mudah djangkau membawa dampak yang positif bagi warga Desa Ban. Tak hanya akses mendapatkan air jadi lebih dekat dan mudah, tapi dampak positif lain yang dirasakan oleh warga tentu saja pada sektor kesehatan. Dengan adanya akses air yang mudah, perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Ban jadi membaik. Angka dehidarsi akibat diare di Desa Ban juga semakin menurun.
Perjuangannya mengalirkan sumber air ke Desa Ban, Karangasem, Bali juga membuat Reza terpilih menjadi penerima Satu Indonesia Award 2022 di bidang kesehatan. Satu Indonesia Award merupakan program apresiasi yang digagas oleh PT Astra Internasional Tbk kepada generasi muda Indonesia yang telah berkontribusi terhadap dampak dan perubahan positif di berbagai bidang.
Reza masih punya banyak impian dan harapan yang lebih besar dan berkelanjutan bagi warga Desa Ban dan sekitarnya. Ia berharap, di masa depan warga Desa ban bisa mendapatkan kualitas hidup sehat yang lebih baik, serta hidup mandiri meski tanpa bantuan darinya. Kisahnya perjuangan Reza Riyady rasanya patut untuk diapresiasi dan menjadi teladan kita semua. Tekadnya yang besar dan tak mudah menyerah terbukti dapat membawa dampak yang bermanfaat bagi sesama.


















