Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Novel Bertema Pengakuan Kejahatan Kriminal dari dalam Penjara

buku Lolita (Instagram.com/kitaa_bae)

Pengakuan dalam penjara selalu menjadi tema yang menarik dalam sastra karena menyoroti kompleksitas moralitas, penebusan, dan kejujuran diri. Dalam novel-novel ini, para tokohnya menceritakan kisahnya dari balik jeruji sehingga mengundang pembaca untuk memahami tindakan dan pikiran terdalam mereka.

Melalui gaya narasi yang penuh dengan introspeksi dan pengakuan dosa, pembaca seakan diajak menyelami kehidupan batin para tokoh yang penuh dengan konflik dan penyesalan. Mari telusuri lebih dalam setiap novel berikut yang menggunakan sudut pandang narapidana untuk mengeksplorasi kejahatan mereka.

1. Lolita – Vladimir Nabokov

sampul buku Lolita (goodreads.com)

Naratornya, Humbert Humbert, adalah seorang pria yang terobsesi dengan Lolita atau seorang gadis muda. Novel ini dimulai dengan Humbert berbicara kepada para hakim yang akan mengadilinya. Sepanjang cerita, kita dibawa dalam perjalanan emosional di mana Humbert mencoba membuat kita bersimpati padanya, meskipun kejahatannya sangat mengerikan.

Nabokov menggunakan bahasa yang memukau untuk mengeksplorasi tema obsesi dan moralitas. Pembaca terpesona oleh kecemerlangan gaya penulisannya, tetapi pada saat yang sama merasa jijik dengan tindakannya. Ironi muncul ketika Humbert kehilangan Lolita kepada Quilty, sosok yang bahkan lebih jahat darinya.

2. Cracks – Sheila Kohler

sampul buku Cracks (sheilakohler.com)

Cracks adalah contoh luar biasa dari permintaan maaf atas kejahatan yang dilakukan di masa lalu. Novel ini dibuka dengan mantan siswa dari sekolah asrama putri di Afrika Selatan yang kembali untuk reuni. Ternyata ada seorang teman sekelas yang hilang dan seorang guru meninggalkan sekolah dalam keadaan misterius.

Kohler menggunakan struktur alur dua cerita untuk memperpanjang ketegangan hingga mencapai puncaknya, di mana kebenaran akhirnya terungkap. Protagonisnya menarik pembaca untuk mempercayai dan memaafkan mereka meskipun tindakannya sangat kelam. Kohler menggambarkan kompleksitas moralitas yang membuat pembaca terus terlibat hingga akhir.

3. The Stranger – Albert Camus

sampul buku The Stranger (britannica.com)

The Stranger menampilkan protagonis antihero melakukan kejahatan yang tidak dapat dijelaskan dan harus mempertanggungjawabkannya. Novel ini dimulai dengan kalimat terkenal "ibunya telah meninggal" dan perjalanan Meursault untuk menguburnya. Namun, beberapa minggu kemudian, Meursault secara impasif membunuh seorang pria Arab tanpa alasan yang jelas.

Camus mengeksplorasi absurditas kehidupan melalui karakter Meursault yang tidak menunjukkan penyesalan atau emosi terhadap tindakannya. Di bagian kedua novel ini, fokus pada proses pengadilannya dan pencerahan Meursault tentang ketidakpedulian alam semesta membuat pembaca merenungkan makna moralitas.

4. Schroder – Amity Gaige

sampul buku Schroder (amitygaige.com)

Schroder dinarasikan oleh seorang ayah yang tidak dapat dipercaya dan menculik putrinya. Pembaca pun diajak untuk menyelami pikiran Schroder yang memiliki masa lalu kelam dan terungkap melalui perjalanan darat bersama putrinya. Meskipun Schroder sering kali tampak seperti monster, kita juga dapat merasakan penderitaannya sebagai seorang ayah.

Gaige menunjukkan dualitas karakter Schroder, antara bagaimana ia menggambarkan dirinya sendiri dan ia sebenarnya. Dinamika yang tidak stabil ini membuat pembaca terus-menerus berada dalam ketegangan, percaya, tidak percaya, dan terus menerus menilai ulang karakter utama.

5. Book of Evidence – John Banville

sampul buku Book of Evidence (britannica.com)

Book of Evidence dinarasikan oleh Freddie Montgomery, pria kaya dan tidak bermoral. Ia mengisahkan kehidupannya dan peristiwa yang mengarah pada penangkapannya karena pembunuhan seorang pelayan di sebuah perkebunan di Irlandia. Freddie bersembunyi di rumah teman keluarga sambil menceritakan kisahnya yang sering kali mengaburkan kebenaran.

Banville menulis dengan gaya yang memikat membuat pembaca merasa terpesona oleh kecerdasan Freddie meskipun jijik dengan tindakannya. Berdasarkan kasus nyata pembunuh Malcolm MacArthur, novel ini mengeksplorasi tema penebusan dan manipulasi naratif. Novel ini menggambarkan betapa rumitnya kejahatan dan keadilan.

Dari cerita tentang seorang pria yang terobsesi dengan gadis muda hingga kisah seorang ayah yang menculik putrinya, setiap novel di atas menawarkan pandangan unik tentang pengakuan kejahtan dan dampaknya pada jiwa manusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us