Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sifat Buruk Orang Dewasa Akibat Terlalu Banyak Pujian saat Kecil

Ilustrasi sekelompok orang sedang melihat laptop (Pexels.com/ Ivan Samkov)
Ilustrasi sekelompok orang sedang melihat laptop (Pexels.com/ Ivan Samkov)
Intinya sih...
  • Kepercayaan diri berubah jadi arogan
  • Sulit menerima kritik
  • Takut gagal dan ketergantungan pada validasi orang lain
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pujian memang penting untuk membangun rasa percaya diri anak. Namun, ketika pujian diberikan terlalu sering atau tanpa alasan yang jelas, efeknya bisa berbeda dari yang diharapkan.

Anak bisa tumbuh dengan kepercayaan diri yang tidak seimbang atau bahkan membawa kebiasaan tertentu hingga dewasa. Bukan berarti pujian itu buruk, tetapi kalau berlebihan, dampaknya bisa membentuk sifat yang kurang sehat dalam jangka panjang.

Sebagai orang dewasa, mungkin kamu pernah menyadari ada sifat tertentu dalam dirimu atau orang sekitar yang ternyata berasal dari pola asuh penuh pujian. Mengetahui hal ini bukan untuk menyalahkan, melainkan agar kamu lebih paham apa yang perlu diperbaiki.

Berikut enam sifat buruk yang biasanya terbentuk ketika seseorang terlalu banyak menerima pujian saat kecil.

1. Kepercayaan diri yang berubah jadi arogan

ilustrasi percaya diri (pexels.com/Daniela Elena Tentis)
ilustrasi percaya diri (pexels.com/Daniela Elena Tentis)

Rasa percaya diri itu bagus, tapi kalau terlalu berlebihan bisa berubah jadi kesombongan. Anak yang sejak kecil selalu dipuji bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya lebih istimewa dari orang lain. Akhirnya, saat dewasa mereka bisa terlihat arogan tanpa disadari.

Perbedaan antara percaya diri dan arogan tipis sekali. Kalau percaya diri biasanya membuatmu tetap rendah hati, sedangkan arogan bisa bikin orang lain merasa ilfil. Kalau kamu sering merasa paling benar atau lebih unggul dari orang lain, mungkin itu sinyal untuk menyeimbangkan rasa percaya dirimu dengan sikap rendah hati.

2. Sulit menerima kritik

ilustrasi gak semangat kerja (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi gak semangat kerja (pexels.com/cottonbro studio)

Orang yang sejak kecil lebih sering mendapat pujian ketimbang masukan biasanya tumbuh jadi pribadi yang sensitif terhadap kritik. Bagi mereka, kritik terdengar seperti serangan pribadi, bukan kesempatan untuk berkembang.

Contohnya, ketika mendapat evaluasi kerja dari atasan, bukannya dijadikan bahan belajar, justru bisa bikin hati hancur dan motivasi menurun. Padahal, kritik konstruktif sebenarnya penting untuk proses perbaikan diri. Jadi, kalau kamu merasa tersinggung setiap kali dikritik, mungkin itu dampak dari pola pujian berlebihan di masa kecil.

3. Takut gagal

ilustrasi takut (freepik.com/Freepik)
ilustrasi takut (freepik.com/Freepik)

Terlalu banyak pujian bisa membuat anak tumbuh dengan tekanan untuk selalu berhasil. Mereka terbiasa dengan kalimat seperti “kamu pintar sekali” atau “kamu hebat banget”, sehingga merasa gak boleh gagal. Akhirnya, saat dewasa muncul ketakutan berlebihan terhadap kegagalan.

Ketakutan ini bisa membuatmu ragu mencoba hal baru atau menghindari tantangan karena khawatir gak memenuhi ekspektasi. Padahal, gagal itu bagian wajar dari proses belajar, lho. Kalau rasa takut gagal terlalu kuat, potensi perkembanganmu jadi terhambat.

4. Ketergantungan pada validasi orang lain

ilustrasi jabat tangan (pexels.com/Khwanchai Phanthong)
ilustrasi jabat tangan (pexels.com/Khwanchai Phanthong)

Kalau sejak kecil terbiasa mendapat pengakuan lewat pujian, kamu bisa tumbuh jadi orang dewasa yang selalu butuh validasi dari luar. Rasanya kurang puas kalau hasil kerja atau keputusanmu gak dipuji orang lain.

Kebiasaan ini bisa membuatmu sulit merasa bahagia tanpa pengakuan eksternal. Akhirnya, motivasi hidup hanya berputar pada bagaimana orang lain menilai, bukan bagaimana kamu menilai dirimu sendiri. Belajar memberi apresiasi pada diri sendiri jadi langkah penting untuk lepas dari pola ini.

5. Ekspektasi diri yang gak realistis

ilustrasi lembur (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi lembur (pexels.com/cottonbro studio)

Pujian berlebihan bisa membentuk gambaran diri yang terlalu tinggi. Anak terbiasa dianggap hebat, pintar, atau selalu bisa, sehingga saat dewasa mereka merasa harus selalu sempurna. Ekspektasi diri pun jadi terlalu tinggi dan kadang gak masuk akal.

Akibatnya, ketika hasil gak sesuai harapan, muncul rasa kecewa yang besar. Kamu bisa jadi terlalu keras pada diri sendiri, merasa tidak cukup baik, bahkan mengalami stres. Padahal, gak semua hal bisa berjalan sempurna. Menurunkan ekspektasi ke level yang realistis justru membuatmu lebih sehat secara mental.

6. Perfeksionis berlebihan

ilustrasi perfeksionis (freepik.com/Lifestylememory)
ilustrasi perfeksionis (freepik.com/Lifestylememory)

Perfeksionisme sering kali lahir dari kebiasaan selalu ingin tampil hebat agar terus mendapat pujian. Kamu merasa harus melakukan segalanya dengan hasil terbaik, tanpa celah kesalahan sedikit pun.

Masalahnya, perfeksionis berlebihan bikin hidup jadi melelahkan. Kamu mungkin butuh waktu lama untuk menyelesaikan sesuatu karena takut dianggap kurang baik.

Lama-lama, hal ini bisa membuatmu stres dan kehilangan produktivitas. Belajar menerima bahwa “cukup baik” juga sudah cukup bisa membantu melepaskan tekanan ini.

Pujian tetap penting, tapi kalau diberikan tanpa batas justru bisa meninggalkan jejak yang kurang sehat sampai dewasa. Beberapa sifat seperti arogan, sulit menerima kritik, takut gagal, butuh validasi berlebihan, punya ekspektasi gak realistis, dan perfeksionis adalah contoh nyata dampaknya.

Kalau kamu merasa punya salah satu sifat ini, bukan berarti harus menyalahkan masa lalu. Anggap saja ini sebagai bagian dari proses memahami diri sendiri.

Dengan kesadaran, kamu bisa belajar menyeimbangkan kepercayaan diri, menerima kritik dengan lapang dada, serta menikmati proses tanpa harus selalu sempurna. Pada akhirnya, hidup akan lebih ringan kalau kamu bisa menerima diri sendiri apa adanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Pilih Ombak, Kami Tebak Apa yang Kamu Sembunyikan dari Dunia

14 Sep 2025, 16:24 WIBLife