6 Alasan Gak Mencibir Orang yang Menikah Lagi setelah Cerai

- Cerai hidup dan cerai mati adalah dua jenis perceraian, dimana duda atau janda memiliki hak untuk menikah lagi setelah pernikahan pertamanya berakhir.
- Menikah lagi bukanlah hal yang salah, karena setiap orang berhak untuk berbahagia dan membuka lembaran baru dalam hidupnya.
- Kesetiaan pada pasangan pertama sudah gugur setelah perceraian, dan seseorang tidak perlu menunggu waktu lama sebelum menikah lagi. Jangan mencela atau menghakimi orang yang memutuskan untuk menikah kembali.
Ada dua jenis perceraian pasangan suami istri, yaitu cerai hidup dan cerai mati. Cerai hidup artinya sepasang suami istri memutuskan untuk mengakhiri perkawinannya secara agama dan hukum. Sementara cerai mati bermakna salah satu dari mereka meninggal dunia sehingga otomatis pihak yang ditinggalkan menjadi duda atau janda.
Tidak semua duda atau janda kemudian membangun rumah tangga kembali. Ada orang yang menyendiri atau hanya membesarkan anak-anak sampai akhir hayatnya. Akan tetapi, menikah lagi juga bukan hal yang salah atau buruk. Hanya saja, pernikahan kedua dan seterusnya setelah seseorang bercerai kerap terlalu disorot dan dikomentari secara negatif.
Di lingkungan tempat tinggal, kantor, sampai keluarga besar pun kadang malah dijadikan bahan pergunjingan. Kamu tak boleh menjadi bagian dari mereka yang suka mencibir duda atau janda yang menemukan pasangan baru. Di bawah ini enam alasannya. Ingat, setiap orang berhak untuk berbahagia.
1. Dia berhak melanjutkan hidup bersama pasangan baru

Kamu gak memiliki hak sedikit pun atas kehidupan orang lain. Termasuk dalam hal menentukan seseorang boleh menikah kembali atau tidak selepas perkawinan pertamanya berakhir. Ia sendiri yang paling berhak buat memutuskan arah hidupnya serta dengan siapa dia hendak melaluinya.
Baik ia memilih untuk menikah lagi atau gak, dirimu cukup menjadi saksi saja. Memang tanpa dia menikah lagi, kehidupannya tidak lantas terhenti. Ia masih hidup dan sepertinya kehidupannya baik-baik saja. Namun bila baginya kehadiran pasangan baru membuat hari-harinya lebih indah, kenapa tidak?
Membuka lembaran baru dalam hidup bersama seseorang yang mencintai serta dicintai selalu menjadi anugerah besar untuk sepasang insan. Haknya menikah sama dengan hakmu buat melakukan hal serupa kalau dirimu juga lajang. Memangnya kamu suka apabila hakmu untuk berumah tangga diusik oleh siapa pun? Ikutlah berbahagia dengan kabar pernikahannya kembali.
2. Sudah resmi cerai, ia tak mengkhianati siapa pun

Baik cerai hidup atau mati, komitmen dalam pernikahan mereka dulu sudah gugur. Jangan ada pandangan seakan-akan orang yang menikah lagi sedang mengkhianati kesetiaan mantan pasangannya. Mereka memang tidak lagi saling bersetia. Dua orang yang memutuskan untuk cerai hidup sama-sama sudah dalam posisi siap menjalani kehidupan sendiri-sendiri.
Begitu hakim mengetuk palu, komitmen lama tak lagi berlaku dalam kehidupan mereka berdua. Siapa pun boleh duluan menikah kalau memang telah menemukan jodohnya. Begitu pula pasangan yang cerai mati. Teman, tetangga, atau saudaramu sudah amat berbakti pada pasangannya selagi ia sakit keras.
Dia selalu menunggu dan mengurus segala kebutuhannya. Jangan memberatkan sisi psikisnya dengan menuduhnya gak setia pada istri atau suaminya yang telah wafat hanya lantaran ia menikah lagi. Kesetiaan dan pengabdiannya pada pasangan pertama boleh jadi melebihi apa yang dapat kamu berikan pada pasanganmu.
3. Boleh jadi anaknya menginginkan figur ayah atau ibu

Orangtua mana pun paling sulit menutup telinga dari keinginan anak. Apalagi keinginan itu bukan tentang benda-benda seperti mainan atau makanan. Tanpa sepengetahuanmu, anak buah pernikahan pertamanya amat merindukan figur ayah atau ibu yang sudah lama tak ada dalam kehidupannya.
Kalaupun ayah atau ibu kandungnya masih hidup, mungkin tempat tinggalnya sangat jauh sehingga mereka jarang bertemu. Dapat pula ayah atau ibunya itu sudah kembali berumah tangga dan lebih fokus pada keluarga barunya. Bahkan bisa juga memang sosoknya tidak bertanggung jawab pada darah daging sendiri sehingga rumah tangga mereka dulu kandas.
Permintaan anak yang terus-menerus akan ayah atau ibu tentu membuatnya mempertimbangkan buat menikah lagi. Sekalipun dia sendiri masih ada rasa trauma, ia bertekad untuk menyembuhkan diri lebih cepat demi anak. Kamu mungkin gak tahu rasanya menjadi anak yang merindukan figur orangtua lengkap. Namun, dirimu harus tetap bisa menghargainya.
4. Pasangan lama memintanya tak ragu menikah lagi jika dia meninggal

Selalu ingat bahwa dirimu hanyalah orang luar yang tak tahu apa-apa tentang kehidupan pasangan mana pun. Walau salah satu dari mereka masih sahabat atau saudaramu, kamu tetap gak mengerti apa saja yang pernah dibicarakan keduanya. Tak sedikit orang yang dalam kondisi sakit keras mulai membicarakan kematian dengan pasangannya.
Dalam obrolan tersebut, mereka bisa menyinggung banyak hal. Termasuk wasiat agar pasangannya tidak ragu untuk menikah lagi selepas kepergiannya. Mereka gak mau pasangannya menyendiri sampai tua dan gak ada yang menjaga serta mendampingi.
Barangkali ini pula yang menjadi salah satu permintaan terakhir pasangan seseorang. Tentu dia gak perlu mengatakan wasiat itu padamu atau siapa pun. Kamu yang mesti membuka pikiran dengan tak menganggap negatif orang yang menikah lagi setelah pasangannya meninggal dunia. Pasangan pertamanya saja ikhlas, kenapa dirimu malah ribet?
5. Tak ada kata terlalu cepat atau tua bila jodoh sudah datang

Di luar masa idah bagi perempuan muslim yang bercerai, memangnya sampai kapan seseorang harus hidup tanpa pasangan? Apakah kamu dapat memberikan standar yang jelas berikut alasan yang masuk akal? Seperti seharusnya seseorang menduda atau menjanda 10, 15, bahkan 20 tahun baru pantas menikah lagi.
Ingat bahwa rezeki, jodoh, dan maut ada dalam kuasa Tuhan. Hanya Dia yang tahu kapan seseorang akan dipertemukan dengan jodohnya. Soal mana jodoh sejatinya nanti, pasangan pertama atau keduanya, kamu tidak perlu ambil pusing. Kembali lagi, Tuhan yang paling tahu siapa jodoh hamba-Nya.
Kalau seseorang menikah lagi belum ada setahun dari berakhirnya pernikahannya, ini bukan hal yang terlarang. Tidak dilarang berarti juga gak perlu dicela. Begitu pula kalau orang yang menikah sudah termasuk lansia. Hindari berkomentar seakan-akan ia hanya mengejar hawa nafsu.
Menikah kembali bukan sekadar untuk tujuan memuaskan nafsu seksual. Apalagi di usia senja, sering kali seseorang cuma butuh teman bicara dan menua bersama. Meski ada anak serta menantu, mengobrol dengan mereka terasa lain bila dibandingkan dengan pasangan.
6. Daripada sibuk mencibir, mending mengurus kehidupan sendiri

Memangnya hidupmu sudah sesempurna apa sampai sempat-sempatnya sibuk mencela orang lain yang menikah lagi? Siapa pun dia, bukankah banyak hal dalam kehidupanmu mesti lebih diperhatikan? Jika kamu masih single, mending memantaskan diri buat menemukan jodoh sejatimu atau fokus bekerja.
Apabila dirimu juga sudah berumah tanggga, pusatkan perhatian pada keluargamu saja. Jangan sampai kamu sibuk mencibir pernikahan orang lain, tetapi kehidupanmu kurang terurus. Orang yang mendengarmu sibuk mencela otomatis terdorong buat lebih mengamati kehidupanmu sampai ke ranah yang paling pribadi.
Mereka lantas membandingkan kamu dengan orang yang dicela gara-gara menikah lagi. Belum tentu menurut mereka diri serta kehidupanmu lebih baik daripada seseorang yang terus dicibir itu. Maka diam lebih baik dan mudah supaya orang-orang juga tidak menyoroti kehidupanmu.
Saat dirimu mendengar kabar seseorang hendak atau sudah menikah lagi selepas perpisahannya dari pasangan sebelumnya, sikapi secukupnya saja. Juga pastikan sikapmu positif dengan mendoakan yang terbaik untuk mereka. Bukan kamu berkomentar singkat, tetapi sinis.