Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Dampak Memiliki Kekasih Berbasis AI, Bisa Melemahkan Empati

ilustrasi AI lovers (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • AI lovers meningkat populeritasnya, mencapai 2.400% peningkatan pencarian antara tahun 2022 hingga 2024.
  • Pasangan virtual mulai membentuk gaya hidup baru dan diprediksi menjadi bagian dari arus utama dalam interaksi sosial digital.
  • Ketertarikan terhadap pasangan berbasis AI bukan lagi hal yang asing di era modern, dengan jutaan pengguna aktif setiap bulan.

Di era digital yang serba instan ini, adanya kekasih berbasis kecerdasan buatan atau AI menjadi fenomena yang banyak dilakukan. Tak hanya menawarkan kenyamanan dan perhatian tanpa drama, kekasih berbasis AI ini dapat menghadirkan ilusi cinta yang terasa nyata. Banyak orang yang saat ini menggunakan AI untuk mengisi kekosongan batin mereka.

Akan tetapi, walaupun daya tarik yang ditawarkan begitu banyak, kekasih berbasis kecerdasan buatan ini menyimpan risiko yang tak boleh diabaikan. Terutama dalam ketergantungan secara emosional terhadap sosok digital yang berdampak pada hubungan nyata di dunia fisik. Adanya kekasih berbasis kecerdasan buatan ini juga menimbulkan permasalahan etis dan sosial, seperti perubahan definisi cinta sejati. Fenomena ini bukan sekadar tren yang berkembang, tetapi gambaran masa depan yang bisa membentuk ulang cara manusia mencintai, berhubungan dan merasa diterima. Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan dari adanya AI sebagai kekasih virtual.

1. Kekasih berbasis kecerdasan buatan semakin populer, terutama di kalangan pria

ilustrasi pria dan AI (pexels.com/Ivan Samkov)

Popularitas AI lovers atau kekasih berbasis kecerdasan buatan terus meningkat secara global, terutama di kalangan pria. Teknologi ini menawarkan hubungan romantis virtual yang terasa nyata, tanpa risiko penolakan atau konflik emosional. Hal ini membuat banyak orang memilih pasangan digital sebagai pelarian dari kompleksitas hubungan manusia. Data menunjukkan bahwa pencarian seperti "AI girlfriend" melonjak hingga 2.400% antara tahun 2022 hingga 2024.

Tren ini tak hanya sekadar iseng atau hiburan semata, melainkan mulai membentuk gaya hidup baru. Platform seperti Character AI bahkan memiliki jutaan pengguna aktif setiap bulan. Seiring masuknya investasi besar dalam industri ini, pasangan virtual diprediksi akan menjadi bagian dari arus utama dalam interaksi sosial digital. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap pasangan berbasis AI bukan lagi hal yang asing di era modern.

2. Pasangan virtual dapat melemahkan empati dan pertumbuhan emosional

ilustrasi berempati (pexels.com/Juan Pablo Serrano)

Hubungan romantis sejati mengajarkan kita tentang empati melalui pengalaman bersama, seperti memahami rasa sakit dan kegembiraan pasangan. Namun, AI lovers tidak memiliki emosi atau pengalaman hidup yang nyata. Meskipun mereka bisa diprogram untuk "bercerita" tentang kesulitan atau perasaan, semua itu hanyalah simulasi yang tidak melibatkan perasaan asli.

Ketika empati diarahkan pada entitas buatan, muncul pertanyaan penting: apakah kepedulian itu akan terbawa dalam hubungan manusia nyata? Jika tidak, maka penggunaan kekasih berbasis kecerdasan buatan secara luas dapat membentuk masyarakat yang semakin terputus secara emosional. Tanpa latihan empati yang sejati, kemampuan manusia untuk memahami dan terhubung dengan sesama perlahan bisa menurun.

3. Hubungan manusia mengajarkan keterampilan hidup, berbeda dengan kekasih berbasis AI

ilustrasi bersama pasangan (pexels.com/J carter)

Hubungan nyata tidak hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pembelajaran emosional. Proses mencintai seseorang mengajarkan kompromi, kesabaran, dan kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain. Hal ini penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun interaksi sosial.

Sebaliknya, AI lovers dirancang untuk selalu menyesuaikan diri dengan penggunanya. Tidak ada tuntutan untuk berkompromi atau mendengarkan perbedaan pendapat. Ketika seseorang terbiasa dengan hubungan yang selalu memenuhi keinginannya, kemampuan untuk beradaptasi dalam situasi nyata bisa melemah. Ini bisa berdampak pada kualitas interaksi sosial di dunia nyata.

4. Lebih banyak risiko daripada manfaat jika AI lovers menggantikan hubungan nyata

ilustrasi pria merasakan stress (pexels.com/Andrew Neel)

Kecanggihan kekasih berbasis kecerdasan buatan mungkin tampak menjanjikan, namun ada risiko besar yang perlu dipertimbangkan. Ketika hubungan virtual mulai menggantikan keintiman manusia, kita bisa kehilangan aspek penting seperti sentuhan fisik, interaksi emosional yang tulus, dan dinamika kehidupan bersama. Semua hal ini adalah fondasi dalam membangun koneksi manusia yang bermakna.

Tanpa pengalaman hubungan yang kompleks dan menantang, manusia bisa kehilangan kesempatan untuk tumbuh secara emosional. Ketergantungan pada kekasih berbasis AI atau pasangan virtual bisa menciptakan generasi yang enggan menghadapi konflik hingga tantangan dalam hubungan nyata. Jika dibiarkan, kita bisa membentuk masyarakat yang nyaman dalam kesendirian, namun kesepian dalam keheningan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us