Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Istilah Unik yang Muncul pada Pesta Demokrasi 2019

IDN Times/Irfan fathurohman
IDN Times/Irfan fathurohman

Jakarta, IDN Times - Kontestasi politik menjadi hal banyak diperbincangkan tahun ini. Hiruk pikuk pesta demokrasi 2019 bahkan sudah mulai terasa dari akhir tahun sebelumnya. Terutama, ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia mulai mengumumkan pasangan calon presiden (capres)- calon wakil presiden (cawapres).

Tidak hanya masyarakat, banyak para petinggi partai dan tokoh politik yang juga dikejutkan dengan pengumuman KPU mengenai koalisi capres-cawapres 2019 ini. Perubahan konstelasi politik dan berbagai dinamikanya telah melahirkan banyak istilah yang akhirnya ngetop di telinga masyarakat. Apa saja itu?

1. Cuitan Andi Arief soal "jenderal kardus"

Andi Arief (IDN Times/Axel Jo Harianja)
Andi Arief (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Banyak pihak yang merespon koalisi pasangan capres-cawapres, salah satunya Andi Arief. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat ini menjelaskan cuitannya di Twitter yang menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. Istilah yang diakuinya timbul karena kekesalannya semata itu akhirnya menjadi istilah yang dikenal luas oleh warganet. 

"Saya juga kaget itu bisa jadi viral. Yang saya maksud jenderal kardus itu kardus itu kan gampang dilipat-lipat, gampang dibuat bentuk a, format b, format c," kata Andi di depan kediaman Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Padahal, menurutnya, seorang jenderal seharusnya bisa mengambil sikap dan bersikap tegas.

2. Tidak asing dengan istilah politik genderuwo?

IDN Times/Teatrika Handiko Putri
IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Ungkapan politik genderuwo sempat viral beberapa waktu lalu. Bagaimana tidak, ungkapan ini disampaikan langsung oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

Presiden Jokowi mengungkapkan istilah ini ketika pidato pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Dalam pidatonya, Jokowi melihat banyak politikus yang melakukan propaganda dan menakut-nakuti rakyat.

“Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat menjadi, memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat, benar nggak ya, benar gak ya?” ujarnya.

3. Kamu tim mana? cebong atau kampret?

IDN Times/Teatrika Handiko Putri
IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Istilah cebong dan kampret mulai muncul ketika rivalitas Jokowi dan Prabowo pada Pemilu 2019 dimulai kembali setelah kontestasi politik pada 2014 lalu. Kedua Istilah tersebut terus memenuhi linimasa media sosial dan pemberitaan.

Asal mula istilah cebong merujuk pada kegemaran Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Salah satu hobinya ialah memelihara kodok. Sehingga para pengikutnya dinamai cebong yang mana merupakan anak kodok. Sementara, istilah kampret berasal dari partai pendukung Prabowo pada 2014 yang menamai diri mereka sebagai Koalisi Merah Putih yang disingkat KMP. Oleh pihak pro-Jokowi, singkatan tersebut diplesetkan menjadi kampret.

4. Prabowo dibisiki setan gundul

IDN Times/Irfan fathurohman
IDN Times/Irfan fathurohman

Setelah muncul politik genderuwo, makhluk halus kembali muncul dalam ranah politik saat ini. Setelah memviralkan istilah jenderal kardus, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief sempat menyebutkan istilah baru yaitu setan gundul pada salah satu cuitannya di Twitter Senin (6/5).

“Dalam koalisi adil makmur ada Gerinda, Demokrat, PKS, PAN, Berkarya, dan rakyat. Dalam perjalannya muncul elemen setan gundul yang tidak rasional, mendominasi dan cilakanya Pak Prabowo mensubordinasikan dirinya. Setan gundul ini yang memasok kesesatan menang 62 persen”

Andi Arief tidak pernah menyebutkan siapa setan gundul sesungguhnya secara jelas. Namun, akibat dari cuitannya tersebut, muncul reaksi dari salah satu petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merespon bahwa angka 62 persen tersebut merupakan hasil survei internal Partai Demokrat atas kemenangan Prabowo. Wasekjen Partai Demokrat ini akhirnya meluruskan yang benar 62 persen kader Partai Demokrat mendukung pencalonan Prabowo menjadi capres.

5. Teletubbies effect menurut Sandiaga adalah hal yang menyejukan

IDN Times/Irfan Fathurohman
IDN Times/Irfan Fathurohman

Salah satu kandidat wakil presiden pada pemilu 2019 ini, sempat melontarkan kata-kata nyeleneh, salah satunya Teletubbies effect sesaat setelah momen pesilat Hanifan Yudani, merangkul Jokowi dan Prabowo usai meraih medali emas pada ajang Asian Games di Jakarta.

Mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut mengatakan itu adalah hal positif untuk masyarakat yang selama ini kerap terpecah belah karena pilihan politik.

"Bahwa kita menyikapi ini sebagai proses kontestasi yang mudah-mudahan memperkuat persatuan dan kesatuan kita, bukan justru memecah belah. Jadi, Teletubbies Effect itu kan berpelukaaaan, itu sangat menyejukkan gitu," ujar pengusaha yang menjadi cawapres ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

TNI AD Siagakan 10 Batalyon Amankan Malam Tahun Baru 2026

31 Des 2025, 17:33 WIBNews