Cerita Pilot TNI AU Bawa Pesawat Airbus A400M dari Spanyol ke Indonesia

- Riki Sihaloho menjadi salah satu penerbang pertama yang membawa pesawat Airbus A400M dari Spanyol ke Indonesia
- Riki harus banyak belajar ketika beralih ke Airbus A400M yang dilengkapi sistem otomatisasi dan teknologi canggih
Jakarta, IDN Times - Mayor TNI Riki Sihaloho masih belum bisa menutupi rasa bangganya. Pilot Skadron 31 TNI Angkatan Udara itu menjadi salah satu penerbang pertama yang membawa pulang pesawat angkut berat Airbus A400M dari Sevilla, Spanyol, ke Indonesia. Dia menyebut pengalaman itu sebagai perjalanan bersejarah sekaligus penuh tantangan di balik langit yang tampak tenang.
“Puji Tuhan, semuanya berjalan lancar. Kami berangkat dari Sevilla pukul 12 siang waktu lokal, kemudian menginap di Dubai sebelum melanjutkan penerbangan ke Medan dan akhirnya tiba di Halim pukul 07.30 pagi,” ujar Riki saat ditemui wawancara usai mendaratkan pesawat A400M di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Perjalanan udara itu menempuh total waktu sekitar 9 jam dari Sevilla ke Dubai, disambung rute Dubai–Medan–Jakarta. Tantangan utama datang saat memasuki wilayah Indonesia.
“Semuanya hanya dari Dubai sampai ke Medan. Menjelang masuk wilayah Indonesi, kita tahu sendiri untuk akhir tahun, pasti akan rain season. Jadi kita, ya, lumayan masuk weather, cuaca sehingga kita tadi hampir, sebenarnya hampir telat 15 menit untuk kedatangan,” kata Riki.
1. Dari Hercules ke A400M, menyatu dengan teknologi langit baru

Riki sebelumnya adalah pilot pesawat Hercules C-130H. Dia mengaku harus banyak belajar ketika beralih ke Airbus A400M yang dilengkapi sistem otomatisasi dan teknologi canggih seperti fly-by-wire.
“Kalau perbedaannya sendiri yang pertama, sebelumnya saya kan mengawaki pesawat Hercules yang untuk H model. Jadi dia belum otomatisasi. Beda dengan A400 ini, ya dengan capability dia dengan otomasisasi sehingga saya harus butuh belajar banyak. Karena dia beda dengan yang tipe lama," kata dia.
"Tapi untuk handling, Hercules yang tipe lama itu masih menggunakan yoke. Dengan A400 yang MRTT ini sekarang sudah side by stick, jadi fly by wire seperti pesawat tempur. Jadi beda untuk handling-nya. Hercules pakai yoke sedangkan A400 sendiri menggunakan stick. Jadi harus butuh penyesuaian," sambung dia.
Selama pelatihan di Sevilla, dia dan rekan-rekannya belum menerbangkan A400M secara nyata, melainkan melalui simulator canggih dengan tingkat realisme tinggi.
“Jadi kita sudah melaksanakan simulator kurang lebih 200 jam terbang simulator, CBT, computer based training, 100 jam terbang," kata Riki.
Nantinya, pelatihan mengendalikan Airbus A400M akan dilanjutkan di Lanud Halim Perdanakusuma dengan pendampingan pilot dari Airbus.
"Jadi ditemani untuk melaksanakan real dengan menggunakan pesawat A400 kurang lebih 30 hari kerja. Kurang lebih 120 jam sampai 130 jam dengan menggunakan pesawat real," ujar Riki.
2. Kebanggaan dan tanggung jawab membawa “raksasa langit”

Menjadi salah satu dari delapan pilot terpilih untuk mengawaki A400M, Riki merasa terhormat dan bersyukur.
“Ya, saya kira untuk yang terpilih menjadi salah satu menjadi awak pesawat A400M sendiri saya sangat senang, sangat bersyukur. Karena ini merupakan suatu anugerah, rezeki yang dikasih oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu kita harus melaksanakannya dengan sebaik-baiknya,” kata dia.
Adapun empat pilot di gelombang pertama sudah menjalani pelatihan di Spanyol, sementara empat lainnya kini masih menempuh batch kedua. Semua berasal dari Skadron 31 yang kini akan mengoperasikan dua jenis pesawat, Super Hercules dan Airbus A400M.
A400M sendiri disebut mampu menjalankan berbagai misi dari pengangkutan logistik, penerjunan pasukan, hingga air refueling atau pengisian bahan bakar di udara.
“Logistik bisa, untuk tactical air refueling bisa, kemudian untuk delivery seperti terjun personel, delivery terjun CDS, container delivery system, semua bisa,” kata Riki.
3. Spesifikasi canggih pesawat angkut Airbus A400M

Kekuatan angkut TNI AU bertambah dengan kedatangan pesawat angkut berat Airbus A400M pertama pesanan Indonesia.
Pesawat yang dirakit di Seville, Spanyol ini merupakan bagian dari kontrak pengadaan dua unit A400M yang ditandatangani oleh Kementerian Pertahanan RI pada tahun 2021. Kedatangan pesawat ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan proyeksi kekuatan dan mobilitas udara TNI AU di seluruh Nusantara.
Sebelum tiba di Tanah Air, A400M melakukan penerbangan selama tiga hari dari Spanyol ke Indonesia dengan menempuh rute Sevilla, Dubai, Medan, dan Jakarta. Adapun prajurit TNI AU yang ikut dalam rombongan pesawat ini adalah Letkol Pnb Putut Satriya, Mayor Pnb Riki Sihaloho, Mayor Pnb Fathir Muhammad, dan Kapten Pnb Indra Kusuma.
Kedatangan pesawat berukuran jumbo dengan empat baling-baling itu langsung disambut tradisi water salute. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Mohamad Tonny Harjono, bersama Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau), Marsdya TNI Tedi Rizalihadi dan perwira tinggi TNI Angkatan Udara (TNI AU) tampak menyambut kedatangan alutsista anyar tersebut.
KSAU bersama Wakasau langsung mengalungkan bunga kepada para pilot A400M sebagai simbol selamat datang.
Airbus A400M Atlas adalah pesawat angkut militer multi-eran yang dirancang untuk mengisi celah antara pesawat angkut taktis medium dan pesawat angkut strategis berukuran besar.
Ditenagai oleh empat mesin turboprop Europrop International TP400-D6 yang kuat, pesawat ini menawarkan kombinasi unik antara kecepatan tinggi dan kemampuan operasi di landasan yang minim persiapan.
Kapasitas angkut masif A400M mampu membawa muatan kargo maksimal hingga 37 ton. Ruang kargonya yang memiliki volume 340 meter kubik dengan dimensi 4x4 meter memungkinkan pengangkutan berbagai jenis perlengkapan militer dan nonmiliter, seperti kendaraan taktis, helikopter ringan, hingga alat berat untuk bantuan kemanusiaan.
Pesawat ini memiliki kecepatan maksimal hingga mach 0,72 dan dapat terbang di ketinggian 40 ribu kaki. Jarak tempuhnya sebagai pesawat pengangkut bisa mencapai 8.900 kilometer atau terbang sejauh 2.400 mil laut dengan muatan 30 ton, memungkinkannya menjangkau seluruh wilayah Indonesia dari Jakarta.
Dimensi pesawat A400M memiliki panjang 45,1 meter, tinggi 14,7 meter dengan lebar sayap mencapai 42,4 meter.
Sementara dari segi kemampuan taktis, salah satu keunggulan utama A400M adalah kemampuannya untuk lepas landas dan mendarat di landasan pacu yang pendek dan tidak beraspal (unpaved/soft runways). Hal ini krusial untuk operasi di daerah terpencil atau saat merespons bencana alam di wilayah kepulauan Indonesia.
Pesanan Indonesia untuk A400M hadir dalam konfigurasi multiperan sebagai pesawat angkut dan tanker (MRTT - Multi-Role Tanker Transport). Selain menjalankan misi pengangkutan logistik dan pasukan, pesawat ini juga dapat berfungsi sebagai tanker pengisian bahan bakar di udara.



















