Curhat Pengungsi Afghanistan di RI: Kami Khawatir Kondisi Keluarga

Jakarta, IDN Times – Hakmat, seorang pengungsi Afghanistan di Jakarta, menceritakan kekhawatirannya akan kondisi keluarganya yang berada di Afghanistan, negara yang kini dikuasai kelompok Taliban.
Pria yang mengaku telah tinggal di Indonesia dalam keadaan limbo sejak 2013 itu, menyebut keluarganya dalam bahaya.
“Keluarga dan kerabat saya kembali ke Afghanistan. Selama beberapa minggu terakhir saya benar-benar khawatir tentang keselamatan dan kesejahteraan keluarga saya. Mereka berada dalam bahaya langsung,” ujarnya dalam pernyataan kepada IDN Times, Senin (23/8/2021).
1. Banyak perempuan meninggalkan Afghanistan

Hakmat mengatakan kondisi Afghanistan benar-benar tidak kondusif, utamanya untuk perempuan. Ia mengatakan pada Jumat lalu dirinya menerima pesan teks dari salah satu anggota keluarganya yang mengatakan dia sangat khawatir dan bahwa semua orang di desa mereka telah mengirim anak perempuan mereka keluar dari Afghanistan.
“Dan banyak lainnya telah meninggalkan desa dan telah bermigrasi ke luar negeri karena para pejuang Taliban mengambil gadis-gadis muda dengan paksa untuk dijadikan pengantin mereka,” jelasnya.
“Semua orang takut karena situasi saat ini dan berusaha mati-matian untuk melarikan diri. Kami benar-benar khawatir tentang keluarga, orang-orang, dan negara saya,” tambah Hakmat.
2. Pengungsi Afghanistan akan aksi damai di depan kantor UNHCR

Dalam pernyataannya kemarin, Hakmat mengaku dirinya dan rekan-rekan pengungsi lainnya telah merencanakan untuk menggelar aksi damai pada Selasa (24 /8/2021) pagi pukul 09.00 WIB di depan kantor Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di Jakarta.
Pada kesempatan itu ia mengatakan ingin menyuarakan kekhawatiran mereka tentang kondisi Afghanistan agar didengar dunia.
“Kami mengadakan protes ini untuk menekan UNHCR, pemerintah Australia dan negara-negara lain yang menerima pengungsi dari Indonesia untuk mengerjakan proses pemukiman kembali yang sudah terlalu lama,” ujarnya.
“Ribuan pengungsi telah menunggu di sini di Indonesia selama 8-10 tahun untuk dimukimkan kembali,” tambah Hakmat.
3. Tidak ada pilihan lain selain berdemo

Hakmat menyatakan sepenuhnya menyadari situasi COVID-19 saat ini di Indonesia dan bahwa pemerintah telah memberlakukan penguncian yang tidak mengizinkan pertemuan atau protes apapun, tetapi mereka juga tidak punya pilihan.
“Kami tidak berdaya dan tidak memiliki solusi lain selain mengangkat suara kami dan memberitahu dunia tentang masalah dan kekhawatiran yang kami miliki untuk keluarga, orang, dan negara kami,” katanya.
Menurut kabar yang diterima IDN Times, ada sekitar 200 sampai 500 orang yang mengikuti protes pagi ini.