Deretan Kasus Ledakan Gudang Peluru TNI, Tahun 1984 Paling Memilukan

Jakarta, IDN Times - Gudang Amunisi Daerah milik Kodam Jawa yang terletak di Ciangsana, Jawa Barat meledak pada sekitar pukul 18.10 WIB. Meski tidak ada korban jiwa, namun ledakan peluru milik TNI ini mengingatkan tragedi ledakan gudang amunisi pada 2014 dan Oktober 1984 yang menelan korban jiwa.
Tiga kejadian gudang peluru milik TNI ini tentu mengejutkan publik. Pasalnya, tempat tersebut berisi udang amunisi TNI untuk untuk mengamankan negara Maka itu, gudang-gudang tersebut sangat dijaga ketat oleh para prajurit TNI AL
Berikut ini deretan kasus ledakan peluru milik TNI yang terjadi di Indonesia.
1. Ledakan dahsyat di gudang peluru KKO 1984

Tepat pada 40 tahun silam pada 29 Oktober 1984, ledakan dahsyat terjadi di sebuah gudang peluru milik Korps Marinir Angkatan Laut, Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Tragedi tersebut membuat ratusan warga sekitar mengungsi.
Bak perang, banyak peluru milik TNI AL yang meledak dan beterbangan kemana saja peluru itu terpental sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran. Ratusan orang yang menjadi korban dilarikan ke berbagai rumah sakit seperti Rumah Sakit Pertamina, RS Yayasan Jakarta. Bahkan, ada juga peluru yang mental sampai ke Condet yang jaraknya 7 kilometer dari Cilandak.
Empat mobil pemadam kebakaran didatangkan sesegera mungkin. Begitu mereka menyemprotkan air, ada sejumlah titik letusan api lagi di berbagai area. Hal ini pun membuat mereka perlu mengerahkan segala kekuatan, bahkan para anggota Marinir dikerahkan untuk ikut menyelamatkan tank dan panser.
2. Sebanyak enam korban tewas dan hanguskan 2 ton amunisi

Dikutip dari Majalah Tempo edisi 3 November 1984, kompleks ini memiliki enam gudang yang dipakai untuk menyimpan segala kebutuhan militer. Di antaranya adalah sejumlah peluru tembak, bom, ranjau, dan granat. Ada pula ranjau untuk tank dan peluru roket yang dinilai dapat mengakibatkan seseorang muntah darah dan jantungnya berdebar hanya dengan jarak 100 meter saja.
Ledakan tersebut membuat 11 orang terluka dan 6 tewas. Kebakaran ini telah meludeskan 2.000 ton amunisi yang terdiri dari peluru roket BM-14 (Rusia), howitzer 122 milimeter, mortir, granat, dan lainnya. Sementara sumber dari ledakan diduga disebabkan oleh peluru mortir 80 milimeter buatan Yugoslavia. Sebab jenis peluru ini memakai mesiu cair.
Presiden Soeharto menyempatkan untuk berkunjung ke tempat kejadian. Seperti disiarkan TVRI dalam Dunia Dalam Berita, Soeharto dengan pakaian dan tongkatnya bersama Jenderal Benny menengok ke lokasi kejadian. Total kerugian setidaknya mencapai Rp 1,3 miliar.
3. Ledakan peluru milik Kopaska di Jakut buat prajurit terluka

Pada 5 Maret 2014, gudang amunisi milik Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut (AL) di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara meledak. Ledakan amunisi milik Kopaska yang terjadi pada pukul 10.30 WIB menyebabkan satu orang tewas dan 87 lainnya terluka yang sebagian besar merupakan prajurit TNI.
Apabila dibandingkan dengan ledakan peluru di tahun 1984, ledakan amunisi tidak besar karena hanya menyimpan sejumlah senjata ringan, dan bahan peledak yang tidak besar daya ledaknya. Selain itu, gudang peluru ini juga terletak di Pulau Dayung yang merupakan pulau terisolir dan memiliki akses terbatas atau tidak semua oarng bisa masuk dalam gudang penyimpanan milik pasukan katak tersebut.
4. Ledakan amunisi Ciangsana dari peluru yang kedaluwarsa

Pada Sabtu (30/3/2024) sekitar pukul 18.05 WIB, gudang Amunisi Daerah (Gudmurah) Ciangsana, Jawa Barat milik Kodam Jaya yang meledak. Panglima Kodam Jaya, Mayjen TNI Mohammad Hasan mengklaim sejauh ini tidak ada korban jiwa baik dari warga sipil atau prajurit TNI. Begitu pula korban luka juga diklaim nihil.
"Tidak ada korban luka pada prajurit TNI. Korban jiwa pun juga tidak ada," ujar Hasan menjawab pertanyaan IDN Times di Gedung Amunisi Daerah (Gudmurah) milik Kodam Jaya di Kabupaten Bogor, pada Sabtu malam (30/3/2024).
Hasan mengatakan indikasi awal penyebab ledakan gudang amunisi di Gudang Amunisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya karena amunisi yang sudah kedaluwarsa. Amunisi itu, kata Hasan sudah dikembalikan. Ia mengatakan amunisi itu sudah diminta untuk dihapus.
Diamengatakan gudang amunisi itu sudah berdiri sejak 1982 dan memiliki 16 gudang. Hasan juga menyebut lokasi amunisi itu berada di bawah tanah atau bunker.
"Gudang nomor 06 itu berisi amunisi yang sudah kedaluwarsa dan pengembalian dari satuan (TNI) yang berada di wilayah Jakarta. Total ada 160 ribu jenis amunisi dan gudang yang meledak itu," ujar Hasan pada Sabtu malam (30/3/2024).