Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Edukasi Digital Aman untuk Anak, Psikolog: 5 Tahun Pertama Krusial

Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo di acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Herka Yanis)
Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo di acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Herka Yanis)
Intinya sih...
  • Usia 0–2 tahun: anak belum boleh terpapar layar, kecuali untuk video call
  • Usia 3–5 tahun: boleh gadget, tapi dengan durasi ketat dan pendampingan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, memaparkan tahapan edukasi yang tepat agar anak tetap aman di dunia digital. Menurut dia, lima tahun pertama kehidupan anak menjadi fase krusial untuk membangun pre-digital skills, yaitu keterampilan dasar seperti pengelolaan emosi dan kemampuan menahan diri yang akan menentukan kesiapan anak untuk memasuki dunia digital. 

Pada tahap ini, kata dia, perilaku orangtua dalam menggunakan gawai juga menjadi contoh utama yang akan ditiru anak dalam kehidupan sehari-hari.

“Jadi di 5 tahun pertama itu kita fokusnya, ada istilah pre-digital skills. Jadi skills-skills yang sebenarnya dibutuhkan untuk keseluruhan kehidupan anak nantinya, tidak hanya untuk dunia digital saja. Jadi seperti apa, contohnya manajemen emosi, kemampuan dia untuk mengatur emosi,” ujar Vera dalam Talkshow Inspiratif: “Tunggu Anak Siap” yang digelar di IDN HQ The Plaza, Jakarta Selatan, Selasa (2/12/2025).

1. Usia 0–2 tahun, anak belum boleh terpapar layar

Fifi Aleyda Yahya - Komdigi HYP01188.jpg
Praktisi pendidikan dan momfluencer Galih Sulistyaningra di acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Herka Yanis)

Vera mengatakan, anak usia di bawah dua tahun tidak diperbolehkan menggunakan gawai dalam bentuk apa pun, baik layar kecil maupun layar besar.

“Usia sebelum 5 itu masih boleh, yang tidak boleh adalah 2 tahun ke bawah. Itu sama sekali tidak boleh, kecuali untuk video call gitu ya. Misalnya, bapaknya kerja di luar kota, kangen sama anaknya terus video call, itu boleh,” kata dia.

2. Usia 3–5 tahun: Boleh gadget, tapi dengan durasi ketat

Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo dan praktisi pendidikan Galih Sulistyaningra di acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Ridho Fauzan)
Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo dan praktisi pendidikan Galih Sulistyaningra di acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Ridho Fauzan)

Pada usia 3-5 tahun penggunaan gawai masih diperbolehkan dengan pendampingan ketat dan waktu yang terbatas, yaitu 30 menit hingga 1 jam per hari. Vera mengatakan, yang dimaksud gawai atau gadget termasuk TV sehingga durasi layar besar dan kecil dihitung sama.

“Usia SD atau usia TK itu sudah boleh diperkenalkan, tapidengan pendampingan dan dibatasi juga durasinya. Biasanya kalau usia TK maksimal,ya usia3-5 itu maksimal 30 menit sampai 1 jam sehari,” kata dia.

“Dan kalau saya bilang gadget atau gawai, berarti TV termasuk, gitu. Karena sering kali ada orangtua bilang, 'Saya gak kasih kok, Bu, gadget, nonton TV aja.' Ya sama aja, gitu,” kata dia.

3. Usia SD: Mulai dikenalkan pada dunia digital secara aman

Seorang peserta membagikan pengalamannya dalam mendampingi anak di dunia digital dalam acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Herka Yanis)
Seorang peserta membagikan pengalamannya dalam mendampingi anak di dunia digital dalam acara Talkshow Inspiratif: Tunggu Anak Siap, yang digelar pada Selasa (2/12) di IDN HQ Jakarta. (IDN Times/Herka Yanis)

Memasuki usia sekolah, kata Vera, anak sudah dapat diperkenalkan pada penggunaan internet, tetapi tetap harus dalam pengawasan dan batasan yang jelas. 

Pada tahap ini, Vera mengatakan, orangtua perlu mulai membekali anak dengan literasi digital dasar, seperti cara menggunakan perangkat dan internet secara aman. Anak juga harus diajarkan untuk tidak membagikan informasi pribadi kepada siapa pun di dunia maya, termasuk nama lengkap, alamat, nomor telepon, atau detail keluarga. 

Selain itu, penting bagi anak untuk memahami bahwa media sosial memiliki risiko, karena di dalamnya terdapat berbagai tipe orang, baik yang berniat positif maupun yang memiliki niat buruk. Dengan pemahaman ini, anak dapat belajar mengenali potensi bahaya dan lebih berhati-hati saat berinteraksi di ruang digital.

4. Usia remaja: Akses lebih luas, tapi komunikasi wajib intens

Talkshow Inspiratf.jpg
Talkshow Inspiratif: “Tunggu Anak Siap” (Dok. IDN Times/Regina Sofya)

Vera menjelaskan, saat anak memasuki usia remaja, ruang geraknya di dunia digital menjadi jauh lebih luas. Meski begitu, orangtua tetap perlu menjaga komunikasi yang terbuka dan rutin agar dapat memantau apa yang dilihat anak, konten apa yang mereka konsumsi, serta siapa saja yang mereka temui atau ajak berinteraksi secara online.

“Nah, di usia remaja tentu keluasannya lebih luas lagi, tapi tentu tetap ada komunikasi yang intens antar kita samaanak, supaya kita tetap pantau apa yang dia lihat, apa yang dia konsumsi,” pungkasnya

Dengan keterlibatan yang hangat dan tidak menghakimi, orang tua dapat tetap menjadi tempat yang aman bagi anak ketika mereka menghadapi berbagai risiko digital, sekaligus membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak di dunia maya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us

Latest in News

See More

Ridwan Kamil Nyaris 6 Jam Diperiksa KPK Soal Kasus Korupsi Iklan BJB

02 Des 2025, 16:55 WIBNews