Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Ershad, Ubah Tumpukan Limbah Jadi Perhiasan Perak Berkelas Dunia

WAYANG PERAK. Seorang perajin mengerjakan pesanan miniatur wayang yang terbuat dari logam perak. Foto oleh Fariz Fardianto/Rappler
WAYANG PERAK. Seorang perajin mengerjakan pesanan miniatur wayang yang terbuat dari logam perak. Foto oleh Fariz Fardianto/Rappler

Oleh Fariz Fardianto

DEMAK, Indonesia —Sinar mentari terasa menghangat di Desa Mijen Barat RT 04/RW I, Kebonagung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Kamis 16 Maret pekan lalu. Namun, di sebuah rumah sentra perhiasan perak Zem Silver ujung gang desa, aktivitas ibu-ibu setempat mulai menggeliat.

Sedari pagi jemari tangan mereka sudah menari-nari di atas meja. Raut wajahnya tampak tekun tatkala mengerjakan pembuatan bros dan ragam pernak-pernik perhiasan lainnya.

"Ketimbang nganggur di rumah, enakan kerja seperti ini, Mas," kata Sumiyati, seorang warga desa setempat, dengan logat Jawa kental saat ditemui Rappler, sembari membuat perhiasan dengan telaten.

Sumiyati berujar saban hari ia mampu mengerjakan pesanan 10 buah aksesoris perhiasan mulai bros, untaian kalung dan sejenisnya. Baginya ini adalah pekerjaan sampingan agar dapurnya tetap ngepul. "Sehari dapat upah Rp 50 ribu. Sudah mendingan bisa buat uang belanja tambahan," sergahnya.

Ia yang sudah bekerja selama setengah tahun sebagai perajin perhiasan perak mengaku, jika semula menemui kendala saat menggarap pesanan. Selain diburu waktu, banyak peralatan yang kurang memadai. Kendati demikian, hambatan mulai dapat diatasi berkat ketelatenannya setiap hari.

Senada juga diungkapkan Mudrikah, buruh perhiasan perak lainnya. Butuh ketelatenan tinggi untuk mengerjakan pesanan dengan kualitas terbaik, katanya. Biar hasilnya bagus, ia mengaku harus teliti memasang untaian benang logam yang diperoleh dari limbah pabrik.

"Ini lagi bikin isian buat bros. Kesulitannya kalau pas pasang kabel logamnya lepas, saya harus mengulanginya dari awal lagi. Biar bagus dan awet," jelasnya.

Keluar dari zona nyaman

Menurut Mudrikah, kejelian usaha pembuatan perhiasan perak yang ditekuni warga desanya tak lepas dari sosok Ershad. Pria berusia 31 tahun itu merupakan orang yang getol mendorong para ibu dalam menekuni pembuatan perhiasan perak.

Dengan mendirikan sebuah badan usaha yang bergerak di bidang UKM perhiasan perak, Ershad memulai semuanya dari nol. Dari semula mempekerjakan satu dua warga. Kini jumlah pekerjanya tak kurang ada 30 orang.

"Saya dulunya pilot di perusahaan penerbangan swasta. Tapi saat melihat perekonomian masyarakat di sini sangat pas-pasan, kemudian saya putuskan keluar dan pulang desa. Kebetulan istri saya asli desa ini," ungkapnya. "Pelan-pelan saya memulai usaha ini memakai sedikit dari tabungan saya, lalu memberdayakan warga supaya bisa bangga jadi perajin. Syukurlah, sampai lima tahun terakhir banyak permintaan perhiasan perak dari luar maupun dalam negeri," tambahnya.

Default Image IDN
Default Image IDN

Di sela obrolan dengan Rappler, ia tak canggung memperkenalkan beberapa pelanggannya yang mampir melihat proses produksi perhiasan peraknya. "Ini salah satu costumer kita dari Galeri Nusantara Jakata. Mereka sedang melihat wadah keris yang diproduksi di sini," ujarnya lagi.

Dalam sebulan, diakuinya pesanan rata-rata mencapai 5.000-10 ribu perhiasan berbagai jenis. Pesanan paling banyak datang dari luar negeri. Sebuah perhiasan ia banderol dengan harga termurah Rp 80 ribu sampai Rp 4 juta.

Sentra industri logam

Ershad mengatakan memilih menekuni bisnis perhiasan perak karena tidak banyak pesaing di Indonesia. Praktis, katanya sentra industri logam di Indonesia cuma terdapat di Boyolali, Tegal, Yogyakarta dan Bali.

"Jika di daerah tersebut hanya memfokuskan pada satu kerajinan perak misal handycraft. Nah kalau di sini, kami siap memproduksi semua produk kerajinan. Mulai perhiasan, wadah keris, bros dan pernak pernik sampai miniatur hiasan perak bisa diproduksi," sambungnya.

Karenanya, ia sangat berambisi untuk menguasai pasar domestik maupun menjadi pemain utama di kancah global. Ambisinya itu didasari pada melimpahnya sumber bahan baku logam yang gampang ditemui di lingkungan rumahnya.

Ershad menyebut ada banyak pengepul barang bekas yang rutin memasok bahan baku logam kepada dirinya. "Pengepul logam biasanya datang kemari. Malahan orang yang cari sampah sekitar sini banyak sekali yang memasok logam bekas. Ini tentunya juga sejalan dengan permintaan pesanan yang meningkat pesat selama ini," terangnya.

Ia menyatakan atas jerih payahnya tersebut, pada Agustus nanti Desa Mijen Barat Kebonagung, akan diresmikan sebagai sentra industri logam oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto. Namun, sebagai pelaku usaha mikro, dirinya masih berupaya keras untuk mencari uluran tangan pemerintah agar membantunya memperoleh peralatan produksi yang modern. "Sebab, karyawan kita masih pakai manual. Kita butuh banyak alat-alat modern lagi untuk menunjang produksi kerajinan logam," sergahnya.

Kebanjiran pesanan dari luar negeri

Sementara itu, pemilik Galeri Nusantara, Adi Wijaya, mengakui kualitas perhiasan perak yang dihasilkan di Desa Mijen Barat terbilang sangat memuaskan.

Ia berpendapat perhiasan buatan warga Desa Mijen Barat bisa booming di Eropa mengingat perilalu orang-orang bule yang menggandrungi perhiasan perak dengan ciri khas nuansa budaya yang sangat kental. "Orang Barat suka pernak pernik khas Jawa. Di sana lagi booming. Makanya, saya selalu pesan kemari untuk diekspor ke Perancis, Belanda dan Suriname," katanya.

Sedangkan, Daniel Teguh Basuki, selaku manajer pemasaran Galeri Nusantara mengklaim, perhiasan buatan warga Desa Mijen Barat sempat dipakai seorang kontestan Indonesia yang berlaga dalam ajang Miss Universe. "Kualitasnya bisa menandingi barang ekspor lainnya. Untuk itulah, kita percaya pada kualitas perajinnya," tuturnya.

Default Image IDN
Default Image IDN

Di lain pihak, Sucahyo, Kepala Seksi Pemasaran Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, menambahkan, sentra industri logam di Desa Mijen Barat Kebonagung menjadi salah satu UKM binaan yang diminati pasar luar negeri. Secara umum, pihaknya mencatat ada 6,3 juta UMKM di wilayahnya sesuai sensus ekonomi 2006. Ironisnya yang tersentuh program dinasnya baru 16.000 UMKM. Alasannya, karena karakter pelaku usaha yang kurang berinovasi sehingga kesulitan menembus pasar global.

"Sehingga, kita sebagai pemerintah hanya bisa memberikan fasilitasi pembekalan lewat program-program yang ada saat ini. Kita punya anggaran Rp 40 miliar dan yang digunakan untuk akses pemasaran UMKM hanya Rp 3 miliar. Itu nanti dimanfaatkan latihan marketing online sekaligus pengenalan produk skala nasional maupun internasional."

—Rappler.com

Share
Topics
Editorial Team
Yetta Tondang
EditorYetta Tondang
Follow Us