FJPI: Jurnalis Harus Bisa Jaga Integritas di Era AI

- Integritas adalah hal terutama yang harus dimiliki jurnalis Indonesia, menurut Uni Lubis, Ketua Umum FJPI.
- AI membuka peluang dan kesempatan bagi jurnalis, namun harus tetap hati-hati karena dapat memproduksi misinformasi dan disinformasi.
- AI juga dapat membawa masalah pada hak cipta, Dewan Pers telah membuat pedoman penggunaan AI di newsroom sebagai solusi.
Jakarta, IDN Times - Menutup masa jabatannya sebagai Ketua Umum Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Uni Lubis menegaskan, integritas adalah yang terutama yang harus dimiliki jurnalis Indonesia. Ia menegaskan, integritas ini membangun FJPI lebih maju lagi.
"Jadi jurnalis itu, nomor satu adalah integritas. Saya waktu itu mau menjadi ketua umum FJPI dengan satu syarat, integritas itu harus menjadi pegangan dari kita semuanya di FJPI," kata Uni Lubis yang juga adalah Pemimpin Redaksi IDN Times.
Dalam Kongres FJPI, Uni Lubis menegaskan, berorganisasi bukan untuk mencari uang. Dalam FJPI, jurnalis perempuan harus saling dukung dan belajar bersama.
"Dan itu justru soal integritas kita, yang harus semakin kita jaga," katanya.
1. Integritas tetap harus dijaga di era AI

Uni menegaskan, integritas harus semakin dijaga di era kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, AI membuka peluang dan kesempatan yang memudahkan pekerjaan jurnalis.
"Tapi harus hati-hati karena ini seperti pisau bermata dua. Karena kalau jurnalis mengandalkan semata-mata pekerjaan, apalagi memanfaatkan AI untuk sepenuhnya dalam produksi konten, maka dari situ kita bisa terjebak memproduksi misinformasi dan disinformasi," kata Uni.
Ia mengatakan, AI sebenarnya merupakan kumpulan data informasi yang dipakai siapapun pengguna internet, termasuk media. Menurutnya, belum tentu isinya benar, karena sebagai jurnalis kita harus tetap verifikasi.
"Ini juga disiplin yang penting, itu adalah basic sebagai jurnalis yang harus tetap dijaga. Dan AI, atau generatif AI itu tidak bisa dijadikan sebagai konten jurnalistik, harus tetap (melalui) verifikasi," tegasnya.
2. AI bisa membawa masalah pada copyrights

Uni juga menjelaskan, AI bisa membawa masalah pada copyrights atau hak cipta, dan hal ini diatur dalam kode etik jurnalistik versi Dewan Pers. Copyrights ini merupakan isu yang penting dalam penggunakan AI.
"Karena itu adalah hasil dari dataset yang dikumpulkan berbagai macam yang memasok konten, termasuk media-media. Kalau kita mambil begitu saja, kemudian menerbitkannya, bisa jadi itu adalah milik atau hak paten media lain," terang Uni Lubis.
Ia menambahkan, Dewan Pers sudah membuat 'Penggunaan AI di Newsroom' yang menjadi pedoman jurnalis untuk menggunakan kecerdasan buatan tersebut.
3. FJPI makin dipercaya mitra karena berintegritas

Uni Lubis mengatakan, semakin bertambahnya tahun, FJPI semakin dipercaya oleh para mitranya, salah satunya Kedutaan Besar Australia, dan ABC International Development dari Australia.
"Itu menunjukkan bahwa FJPI semakin dipercaya, dan saya optimis bahwa kepercayaan itu akan terus berlangsung di kepengurusan baru," katanya.
Uni juga mengucapkan terima kasih kepada para anggota FJPI yang telah mendukungnya selama menjadi ketua forum tersebut. Ia berharap soliditas dan dukungan tersebut terus berlanjut di era kepengurusan berikutnya.