Trotoar di Jakarta Belum Ramah untuk Difabel

Sejumlah kendaraan masih parkir di trotoar

Jakarta, IDN Times - Penyandang disabilitas mengeluhkan trotoar di jalanan DKI Jakarta dinilai belum ramah bagi difabel, khususnya tuna netra. Sebab, jalur pedestrian di ibu kota belum semuanya dilengkapi dengan fasilitas pemandu atau guiding blocks.

“Trotoar di DKI Jakarta belum ramah bagi kami,” ujar penyandang tunanetra, Arli Hutabarat saat ditemui di tepi Jalan Taman Sari, Sawah Besar, Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (28/3).

Berikut penuturan Arli soal trotoar Jakarta yang belum ramah bagi kaum disabilitas.

1. Penyandang tunanetra terpaksa berjalan beriringan di trotoar

Trotoar di Jakarta Belum Ramah untuk DifabelIDN Times/Gregorius Aryodamar

Arli mengaku kesulitan menyusuri Jalan Taman Sari karena tidak ada blok yang memandu dia untuk menentukan arah. Akibatnya, dia harus berjalan dibantu dengan tongkat agar dapat mengetahui arah di depannya.

Berbeda dengan trotoar di Jalan MH Thamrin dan Jalan Sudirman, tepian Jalan Taman Sari tidak memiliki sarana pendukung untuk penyandang difabel. Akibatnya, beberapa penyandang tunanetra yang ditemui di Jalan Taman Sari pada Rabu siang harus berjalan beriringan agar tidak tersandung saat melangkah.

Baca Juga: Trotoar Jakarta Disorot The New York Times, Ini Penyebabnya!

2. Trotoar malah dipakai jadi lahan parkir kendaraan

Trotoar di Jakarta Belum Ramah untuk DifabelIDN Times/Akhmad Mustakim

Arli juga menyoroti fungsi trotoar yang kerap dipakai sebagai lahan parkir kendaraan dan jalur melintas sepeda motor. Bahkan, kata dia, sejumlah lubang bekas galian dibiarkan terbuka di beberapa trotoar di Jakarta.

“Walaupun ada trotoar yang memiliki fasilitas pendukung bagi difabel namun masih banyak juga ditemui kendaraan roda dua yang melintas di atas trotoar bahkan ada yang parkir,” kata Arli yang ditemui sambil memanggul kerupuk dagangannya.

3. Fasilitas pemandu disabilitas tak berfungsi optimal

Trotoar di Jakarta Belum Ramah untuk DifabelIDN Times/Gregorius Aryodamar

Senada dengan Arli, penyandang tunanetra lain, Arfin mengatakan trotoar yang telah dilengkapi fasilitas pemandu tidak berfungsi optimal karena masih digunakan sebagai jalur melintas kendaraan roda dua.

“Bagi kita tunanetra, percuma saja ada pemandu jalan di atas trotoar jika masih ada kendaraan roda dua yang melintas ataupun parkir di atas trotoar, karena itu membuat kita susah serta membahayakan bagi tuna netra,” ujar Arfin saat ditemui di tepi Jalan Taman Sari.

Ia mengatakan penyandang difabel tidak butuh dikasihani, tetapi perlu dihargai sebagaimana manusia pada umumnya.

4. Anggaran Rp400 miliar untuk pembangunan trotoar ibu kota

Trotoar di Jakarta Belum Ramah untuk DifabelIDN Times/Helmi Shemi

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan Rp400 miliar pada 2019 untuk membangun dan membenahi kondisi trotoar di ibu kota.

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus saat dihubungi di Jakarta, Rabu (27/3), mengatakan pembangunan fasilitas untuk pejalan kaki, khususnya penyandang difabel telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sejak 2016.

Namun, menurut Alfred, masalahnya terletak pada kurangnya keamanan dan kenyamanan mengakses trotoar walaupun sarana itu telah terbangun.

“Pemprov DKI Jakarta sudah membangun fasilitas bagi difabel sejak tahun 2016 yang lalu, namun pembangunan trotoar yang sudah nyaman tersebut tetapi belum aman untuk diakses karena masih banyaknya penyalahgunaan fungsi dari trotoar itu sendiri,” kata dia.

Dengan demikian, dia mengatakan perlu sinergitas antara Satpol PP dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta untuk menertibkan penyalahgunaan fungsi trotoar seperti penggunaan tepi jalan sebagai jalur roda dua, lahan parkir dan tempat berjualan.

Baca Juga: Trotoar Monas Dicat, Warga: "Bagus, Tapi Kelihatan Tidak Niat"

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya