Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Influencer dan New Media Ubah Wajah Informasi Publik

IMG_20251023_143410_461.jpg
Diskusi Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 bertema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (Dok. AMSI)
Intinya sih...
  • Pengaruh opini publik kini dipegang influencer
  • Definisi new media masih kabur, tapi dampaknya nyata
  • Era homeless media: influencer bisa jadi media baru
  • Jurnalis perlu percaya diri jadi influencer
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Kehadiran new media dan influencer dinilai telah menggeser cara publik mengonsumsi informasi sekaligus membentuk opini di ruang digital.

Dalam salah satu sesi diskusi Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 bertema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025), sejumlah tokoh media sepakat bahwa batas antara media konvensional, media baru, dan influencer kini semakin kabur.


1. Influencer bisa pengaruhi media dan publik secara bersamaan

IMG_20251023_140653_554.jpg
Diskusi Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 bertema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (Dok. AMSI)

Head of Project BBC Media Action Indonesia Helena Rea menilai, opini publik kini lebih mudah terbentuk melalui konten para influencer.

“Opini publik mulai bergeser. Sekarang influencer bisa mempengaruhi media dan publik secara bersamaan,“ ujarnya.

Menurutnya, media tradisional masih menghadapi tantangan besar untuk beradaptasi dengan format dan kebutuhan audiens masa kini.


2. Definisi new media masih kabur, tapi dampaknya nyata

IMG_20251023_143219_427.jpg
Diskusi Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 bertema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (Dok. AMSI)

Anggota Dewan Pers Rosarita Niken Widiastuti menilai, istilah new media hingga kini belum memiliki definisi baku. Namun secara praktik, ruang ini diisi oleh para influencer yang aktif menyiarkan informasi layaknya media.

“Influencer kini bisa mempengaruhi persepsi publik. Mereka punya kedekatan emosional dengan audiens yang kadang tidak dimiliki media arus utama,” katanya.


3. Era homeless media: influencer bisa jadi media baru

IMG_20251023_132000_920.jpg
Diskusi Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 bertema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (Dok. AMSI)

CEO Good News From Indonesia (GNFI) Wahyu Aji menyebut, new media saat ini berpusat pada platform media sosial. Ia memperkirakan influencer tanpa “rumah media” atau homeless media suatu saat akan bermigrasi ke situs web dan berkembang menjadi media arus utama.

“Kami belajar dari kebutuhan audiens. Mereka tidak hanya ingin berita, tapi juga konten berbasis hobi, kuliner, hingga hal-hal lokal. New media bisa menyajikan informasi dengan cara yang lebih santai dan sesuai selera publik,” jelasnya.

Wahyu Aji menambahkan, kecepatan arus informasi menjadi tantangan besar bagi new media.

“Respons terhadap informasi begitu cepat, dan kami terpacu memproduksi konten lagi. Di situ kadang muncul masalah, seperti kurang bijak dalam memframing berita dari media mainstream,” tuturnya.

4. Jurnalis perlu percaya diri jadi influencer

IMG_20251023_140653_554.jpg
Diskusi Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 bertema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (Dok. AMSI)

COO KapanLagi Youniverse (KLY) Wenseslaus Manggut menyoroti bahwa batas antara jurnalis dan influencer kini makin tipis. Menurutnya, jika jurnalis berbicara langsung ke publik, pengaruhnya justru bisa lebih besar.

“Wartawan yang berpengalaman di satu bidang sebenarnya bisa jadi influencer, tapi banyak yang kurang percaya diri untuk tampil. Padahal, ketika orang yang paham bicara langsung ke publik, pengaruhnya bisa jauh lebih kuat,” ujarnya.

Para narasumber sepakat bahwa kolaborasi antara media arus utama, new media, dan influencer harus terus dibangun. Tujuannya agar ekosistem informasi di era digital tetap kredibel, sehat, dan bertanggung jawab.

Share
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Bogor Buka Forum Investasi, Lahan Tak Boleh Asal Dibangun

23 Okt 2025, 23:18 WIBNews