INFOGRAFIS: Kasus Anak Hilang yang Semakin Mencemaskan

Oleh Tarida Angelina dan Yetta Tondang
JAKARTA, Indonesia —Maraknya kasus penculikan anak yang dilakukan orang tua bukanlah hal baru dalam dunia kriminalitas. Kebanyakan kasus penculikan disebabkan oleh gagalnya salah satu pihak dalam mendapatkan hak asuh anak. Terbukti dengan banyaknya kasus penculikan anak yang terjadi di beberapa negara besar.
Baru-baru ini, kembali terjadi kasus penculikan serupa yang terjadi di Indonesia. Elizabeth Avalos, seorang ibu dari Argentina pergi ke Indonesia untuk mencari putri-nya, Alum, yang hilang sejak 8 bulan lalu. Diketahui Alum dibawa oleh ayahnya, Jorge Langone secara ilegal sejak Juni 2017. Saat ini, Elizabeth dibantu oleh Kedutaan Besar Argentina dalam proses pencarian putri semata wayangnya tersebut.
Elizabeth tak sendiri. Karena di belahan dunia lainnya, ada beberapa kasus penculikan anak yang melibatkan anggota keluarga atau orang tuanya sendiri.
Terjadi di Kanada pada Februari 2014. Gagalnya Robin Leanne Greenway-Trockstad mendapatkan hak asuh anak, memicunya untuk menculik sang anak, Treyson. Ia memboyong anaknya pergi ke berbagai negara. Meksiko, Guatemala, dan Belize menjadi negara yang Greenway-Trockstad kunjungi selama bertahun-tahun.
Melalui pencarian selama 3 tahun, Greenway-Trockstad dideportasi ke Amerika Serikat pada Agustus 2017 dan ditangkap, lalu sang istri dikembalikan ke Kanada. Sedangkan Treyson kembali ke Kanada dibawah pengawasan Global Affairs Canada, sebuah departemen di Kanada yang fokus mengenai perkara yang bersifat global.
Kasus serupa juga dialami oleh Andrew Thompson yang dibawa oleh sang ibu pada tahun 2010. Sang suami, Ken Thompson keluar dari pekerjaannya dan memutuskan untuk bersepeda mengelilingi benua Eropa di tahun 2010 demi mencari anaknya. Ken juga memakai baju dengan wajah anaknya dan membawa mainan favorit anaknya sepanjang berkeliling dari satu negara ke negara lainnya.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang, pada Januari 2011, Ken menemukan Andrew dengan sang ibu. Lalu mereka kembali ke negara Australia dan meminta penyelesaian secara tertutup dari media.
Kasus penculikan anak juga marak terjadi di Indonesia. Tahun 2016, Evelyn Tiandy, bocah berumur 8 tahun "diculik" oleh 4 orang yang tidak dikenal di sebuah supermarket . Sang ibu langsung melapor ke Polres Tangerang. Diketahui ternyata ayah kandung dari Evelyn yang mengambil anak tersebut.
Melewati berbagai proses, Polres Tangerang menyatakan bahwa kasus tersebut bukan kasus penculikan melainkan hanya persoalan keluarga mengenai hak asuh.
Angka fantastis
Apapun alasannya, kasus anak hilang kerap terjadi di seluruh penjuru dunia. Bahkan menurut riset yang digagas globalmissingkids.org, angka anak hilang di berbagai negara cukup fantastis. Menurut mereka, kurangnya pemahaman soal konsep "anak hilang" serta bagaimana banyak pihak merespon kasus seperti ini terkadang membuat kejadian serupa kerap terjadi.

Menurut International Centre for Missing and Exploited Children, untuk orang tua dan orang-orang terdekat harus sejak awal membiasakan anak mengetahui identitasnya sendiri. Setidaknya setiap anak yang sudah bisa berbicara dengan baik harus dibiasakan mengingat nama lengkap, alamat dan nomor telepon orang tua atau rumah.
Ajarkan juga anak untuk bijak menggunakan media sosial dan tidak membagi terlalu banyak hal di dunia maya. Selain itu, saat tengah berada di keramaian, usahakan tetap waspada dan fokus memperhatikan gerak-gerik anak. —Rappler.com