Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jimly Asshiddiqie: Kayaknya Bener Gibran Pemilik Akun Fufufafa

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie ketika berbincang di program Real Talk by Uni Lubis di studio IDN Times. (IDN Times/Athif Aiman)
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie ketika berbincang di program Real Talk by Uni Lubis di studio IDN Times. (IDN Times/Athif Aiman)

Jakarta, IDN Times - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie, kali ini mengaku lebih yakin pemilik akun Kaskus dengan nama Fufufafa adalah Gibran Rakabuming Raka. Meski begitu, tetap tidak adil bila pelantikan Gibran dibatalkan karena perbuatannya di masa lalu. Tulisannya di Kaskus sudah diketik 10 tahun lalu. 

"Kayaknya bener (akun Fufufafa milik Gibran). Tapi awalnya saya tidak terlalu yakin. Namun, misalnya bener ya udahlah, itu kan sudah 10 tahun yang lalu," ujar Jimly ketika berbincang di program Real Talk with Uni Lubis yang tayang di YouTube IDN Times, Kamis (3/10/2024). 

Menurut pakar hukum tata negara itu, kualitas peradaban masyarakat Indonesia mengkritik secara personal, bukan menyangkut kebijakannya. Apa yang dialami Gibran saat ini merupakan bagian dari kampanye hitam. Oleh sebab itu, ia berharap masyarakat memaafkan apa yang ditulisnya 10 tahun lalu di media sosial. 

"Kan 10 tahun yang lalu dia (Gibran) masih muda. Jadi maksud saya seandainya itu benar (akun Fufufafa milik Gibran), ya sudahlah ini kan sebentar lagi mau pelantikan. Masak iya mau batalkan pelantikan presiden hanya gara-gara informasi di masa lalu," tutur Jimly. 

Di program itu, Jimly coba membangun argumen rasional bahwa sulit pelantikan Gibran dibatalkan karena serangan pribadi terhadap dirinya. Ia pun memahami argumen tersebut membuat banyak orang marah. Sehingga ia dianggap membela Gibran. 

"Makanya saya diberi gelar Profesor Fufufafa karena membela Gibran," imbuhnya. 

1. Budaya politik di Indonesia masih mengutamakan figur

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie ketika berbincang di program Real Talk by Uni Lubis di studio IDN Times. (IDN Times/Athif Aiman)
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie ketika berbincang di program Real Talk by Uni Lubis di studio IDN Times. (IDN Times/Athif Aiman)

Lebih lanjut, Jimly tak menampik bisa saja kemarahan publik sesungguhnya membuncah pada Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Tetapi akhirnya ikut melebar ke pihak lain, termasuk keluarganya. 

Dalam pandangannya, budaya politik di Indonesia masih feodal. Buktinya dalam memberikan dukungan mayoritas melihat figur. 

"Maka, kalau ada masalah, termasuk yang kecil-kecil yang disalahkan adalah Jokowi. Maka, makin banyak masalah, terus saja yang disalahkan Jokowi," tutur dia. 

Sebaliknya, ketika ada sejumlah prestasi yang dipuji adalah mantan Wali Kota Solo itu. Padahal, belum tentu prestasi tersebut bisa dicapai karena usaha Jokowi. 

"Jadi, kita itu selalu menunjuk kepada figur. Nah, ketika si figur utama ini dibenci, maka jadi ikut semua (kebenciannya)," kata Jimly. 

Namun, kata Jimly, yang tidak disadari oleh publik sebanyak apapun orang membenci Jokowi maka jumlah yang sama juga mencintainya. 

2. Jokowi diprediksi tak bisa cawe-cawe pemerintahan Prabowo

Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto saat ditemui usai upacara penurunan bendera di Istana Garuda IKN pada Sabtu (17/8/2024). (IDN Times/Ilman Nafi’an)
Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto saat ditemui usai upacara penurunan bendera di Istana Garuda IKN pada Sabtu (17/8/2024). (IDN Times/Ilman Nafi’an)

Di forum itu, Jimly mengaku yakin Jokowi tidak akan bisa cawe-cawe pemerintahan Prabowo Subianto usai lengser pada 20 Oktober mendatang. Sebab, Prabowo memiliki bacaan lengkap tentang suatu masalah. 

"Maka, staf atau orang-orang yang mendukung dia (Prabowo) adalah orang-orang yang memiliki pola pikir yang sama dengan dia," kata Jimly. 

Mantan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) itu pun berharap di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia bisa kembali menjadi pemain utama secara global. Hal tersebut sudah tercermin dari sejumlah kepala negara yang disambangi oleh Prabowo. Mereka memperlakukan Prabowo sudah tidak pada level Menteri Pertahanan melainkan presiden terpilih. 

"Itu terlihat ketika berkunjung ke China dan menemui Presiden Xi Jinping. Bertemu Presiden Putin di Rusia. Ketemu Presiden Erdogan, bahkan dia sampai mengantar ke mobil. Jadi memang temannya banyak yang sudah kenal lama. Apalagi kalau negaranya dekat dengan Indonesia, kayak Anwar Ibrahim. Itu teman sejak dulu," kata Jimly. 

3. Bila Jokowi terima tawaran ketua Wantimpres bisa memperkuat posisi Gibran

Presiden Jokowi meninjau Gudang Bulog dan salurkan bantuan pangan beras di Waikabubak, Sumba Barat, NTT, Rabu (2/10/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)
Presiden Jokowi meninjau Gudang Bulog dan salurkan bantuan pangan beras di Waikabubak, Sumba Barat, NTT, Rabu (2/10/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)

Jimly pun menilai seandainya Jokowi menerima posisi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), maka posisi putra sulungnya sebagai wakil presiden semakin kuat. Gibran tidak akan dianggap sekadar 'ban serep' bagi presiden. 

"Sehingga orang tidak bisa menafsirkan (Gibran) gak penting. Dia jadi kuat," kata dia. 

Namun, bisa saja yang muncul skenario lainnya yaitu Jokowi benar-benar pulang ke Solo usai tak lagi menjabat. Lalu, Gibran menjalankan tugas sebagai Wapres sesuai dengan aturan konstitusi. 

"Kemampuan dia (Gibran) pasti tumbuh. Jadi, orang kalau sudah duduk di Istanam, mau itu RI-1 atau RI-2, sebodoh-bodohnya orang, dia tidak ignorant. Dia tidak stupid, hanya tidak tahu saja," tutur Jimly. 

Gibran, kata Jimly, pasti akan memiliki pengetahuan jauh lebih banyak dibandingkan profesor mana pun. Sebab, sebagai wapres, ia memiliki akses ke berbagai informasi. 

"Mungkin di tahun pertama, dia masih belajar. Tapi, sesudahnya, dia akan tumbuh. Jadi saya rasa alamiah kalau Jokowi gak usah ikut cawe-cawe dan pulang kampung," imbuhnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Rochmanudin Wijaya
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us