Kemdiktisaintek: AI Hanya Olah Data Tak Bisa Kreatif dari Nol

- AI tidak bisa membuat sesuatu dari nol, hanya mengambil data yang sudah ada
- AI belum memiliki kreativitas, optimisme, dan hati nurani
- Penting bagi masyarakat untuk memastikan pengembangan AI bertanggung jawab dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan
Jakarta, IDN Times - Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek Karlisa Priandana mengungkapkan, artificial intelligence (AI) tak bisa membuat sesuatu dari nol. AI bisa membuat sesuatu karena mengambil dari data-data yang sudah ada. Berbeda dengan manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman.
"AI tidak akan pernah bisa membuat sesuatu dari nol. AI bisa membuat sesuatu karena mengambil dari data-data yang sudah ada, berbeda dengan manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Jadi, AI perlu selalu dituntun oleh manusia agar menjadi 'good AI', dari segi kemanusiaan atau etika," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025).
1. Ada tiga hal yang tak dimiliki oleh AI

Menurutnya, walaupun AI berkembang dengan pesat, terdapat tiga hal yang belum dimiliki oleh AI, yaitu kreativitas, optimisme, dan hati nurani.
Sehingga AI, kata dia, hanya alat untuk membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya dan perlu terus didampingi oleh manusia.
2. Pengembangan AI harus mengedepankan nilai kemanusian

Dia menjelaskan, Indonesia saat ini memasuki era kecerdasan buatan yang semakin canggih, penting bagi masyarakat untuk memastikan AI dikembangkan dan diterapkan secara bertanggung jawab, dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan cara ini, bisa dipastikan AI bakal berkembang jadi alat yang tak hanya efisien, namun juga adil, transparan, dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
3. Perhatikan sejumlah hal agar AI fokus pada kebaikan sosial dan etika

Dia mengatakan, untuk memastikan AI yang berfokus pada kebaikan sosial dan etika, perlu untuk memperhatikan sejumlah hal mulai dari prioritas nilai kemanusiaan hingga keadilan dan fokus pada berbagai manfaat sosial.
"Yaitu prioritaskan nilai kemanusiaan, human-in-the-loop, penyertaan etika AI dalam kurikulum pendidikan, transparansi dan akuntabilitas, regulasi terkait AI yang adaptif dan inklusif, keadilan dan fokus pada manfaat sosial, serta kolaborasi multidisiplin," katanya.