Kemenag Nilai Mutu Pesantren Bisa Dipercepat bila Dikelola Ditjen

- Arus digitalisasi dan ekonomi global menjadi tantangan pesantren
- UIN Lampung siap jadi mitra transformasi kelembagaan pesantren
- Ditjen Pesantren diharapkan bisa mendorong lima aras strategis
Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar halaqah pesantren di Universitas Raden Intan Universitas Islam Negeri (UIN). Dalam acara tersebut, dibahas mengenai pentingnya pembentukan Direktorat Jenderal (Ditjen).
Kasubdit Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning Direktorat Pesantren, Kementerian Agama, Yusi Damayanti, menjelaskan gagasan pembentukan Ditjen Pesantren sebenarnya sudah lama muncul dalam pembahasan kebijakan pendidikan Islam. Menurutnya, posisi pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan nasional memerlukan tata kelola yang lebih terintegrasi.
“Selama ini pengelolaan pesantren masih tersebar di berbagai direktorat sehingga koordinasinya belum optimal. Dengan adanya Ditjen Pesantren, afirmasi kebijakan, mutu pendidikan salafiyah, hingga layanan terhadap pesantren dapat berjalan lebih cepat dan terarah,” ujar Yusi dilansir laman resmi Ditjen Pendis Kemenag, dikutip Senin (17/11/2025).
Yusi menambahkan, pesantren merupakan sebuah ekosistem peradaban yang memiliki fungsi pendidikan, dakwah, pemberdayaan masyarakat, hingga penguatan karakter kebangsaan. Oleh karena itu, kebijakan harus beradaptasi dengan dinamika pesantren yang kini bersinggungan dengan isu ekonomi, digitalisasi, dan perluasan jaringan global.
1. Arus digitalisasi hingga ekonomi global menjadi tantangan pesantren

Dalam kesempatan itu, Rektor UIN Raden Intan Lampung Prof. Wan Jamaludin, membeberkan tantangan besar yang dihadapi pesantren saat ini, seperti arus digitalisasi, perubahan ekonomi global, dan pergeseran sosial-kultural masyarakat modern. Ia berpendapat, tradisi keilmuan pesantren yang kuat harus sejalan dengan adaptasi teknologi dan inovasi kurikulum.
“Pesantren perlu menjadi pusat inovasi pendidikan Islam. Pembentukan Ditjen Pesantren akan mempercepat integrasi itu melalui penguatan riset, digitalisasi, ekonomi pesantren, dan kemitraan strategis,” kata Jamaludin.
2. UIN Lampung siap jadi mitra transformasi kelembagaan pesantren

Jamaludin mengatakan, UIN Raden Intan siap menjadi mitra akademik dalam transformasi kelembagaan pesantren. Sementara itu, Pimpinan Ponpes Darul Ishlah Simpang 5 Lampung, KH. Sodiqul Amin, menekankan pentingnya menjaga tradisi keilmuan kitab kuning sambil tetap terbuka terhadap pembaruan metodologis.
Ia mengingatkan prinsip klasik pesantren "al-muhāfazhah ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah" sebagai landasan transformasi.
3. Ditjen Pesantren diharapkan bisa mendorong lima arah strategis

Menurutnya, kompleksitas tantangan keilmuan menuntut kehadiran Ditjen Pesantren untuk mendukung lima arah strategis, yakni modernisasi pembelajaran kitab kuning, penguatan kompetensi masyayikh dan asatidz, peningkatan mutu Ma'had Aly, digitalisasi khazanah kitab kuning nasional, serta integrasi ilmu keislaman dengan sains terapan.
“Jika lima fokus ini dijalankan, pesantren akan siap menjawab tantangan digital, sosial, hingga intelektual di masa depan,” ujar Sodiqul Amin.



















