Kesetaraan Gender di Tempat Kerja Butuh Investasi-Komitmen Perusahaan

Jakarta, IDN Times - Mendorong kesetaraan gender di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab perempuan, tapi juga butuh komitmen serius dan investasi berkelanjutan dari perusahaan.
Salah satu indikator dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) adalah semua orang, apapun gendernya, mendapatkan manfaat dari pembangunan. Namun budaya patriarki yang mengakar, menumbuhkan cara pandang, norma, bahkan kebijakan yang bias gender, sehingga terus menjadi hambatan untuk mencapai tujuan ini.
Program Manager Indonesian Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Zelda Lupsita mengatakan, komitmen kepemimpinan perusahaan sangat penting dalam perjalanan mencapai kesetaraan gender di tempat kerja.
"Perusahaan harus memulai dengan komitmen yang berasal dari top leadership. Setelah itu, perusahaan melakukan peninjauan kebijakan yang ada, apakah sudah inklusif atau masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Lebih lanjut, melakukan edukasi kepada seluruh karyawan agar memiliki persepsi yang sama tentang pentingnya kesetaraan gender di tempat kerja," kata dia dalam Diskusi Equity Talk bertemakan "Invest in Women, Invest in All" di Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2024)
1. Secara global hanya 29 persen perempuan yang jadi pemimpin senior

Laporan Grant Thornton International pada 2019 menunjukkan, hanya 29 persen perempuan yang menjadi pemimpin senior secara global. Angka ini hanya naik 10 persen dalam 15 tahun terakhir. Selain itu, hanya ada 15 persen perempuan yang menjadi CEO di dunia.
Posisi senior yang paling banyak dijabat perempuan adalah direktur sumber daya manusia, yaitu 43 persen.
2. Meningkatkan kepemimpinan perempuan menguntungkan semua pihak

Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Faiz mengatakan, perspektif perempuan di posisi pengambilan keputusan sangat penting untuk memastikan isu yang berdampak bagi perempuan, seperti pekerjaan perawatan tak berbayar, masuk dalam kebijakan di dunia kerja. Mengurangi pekerjaan perawatan tak berbayar berpotensi menciptakan hampir 300 juta lapangan kerja pada tahun 2035.
“Meningkatkan kepemimpinan perempuan tidak hanya menjadikan dunia bisnis lebih inklusif, tetapi juga menguntungkan bagi semua,” kata Dwi.
3. Mendorong peran laki-laki dalam kesetaraan gender

Dalam upaya mencapai kesetaraan gender, Aliansi Laki-Laki Baru (ALB) mempromosikan perubahan nilai-nilai patriarki lewat pendidikan dan budaya.
Koordinator Nasional ALB, Wawan Suwandi, menekankan pentingnya peran laki-laki dalam membangun cara pandang yang tidak diskriminatif. Dalam dunia kerja, ALB mendorong laki-laki untuk menjadi mitra kerja yang setara dengan perempuan, menekankan bahwa kesetaraan bukanlah ancaman, melainkan sebuah keuntungan bagi semua.
”Dalam dunia kerja laki-laki tidak perlu merasa malu memiliki posisi setara dengan perempuan. Selain perempuan bukan ancaman, mereka merupakan mitra kerja yang dapat diandalkan. Menganggap perempuan tidak pantas bekerja di ranah publik, justru seperti menunjukan sikap inferior dan meragukan kualitas diri,” kata Wawan.
4. Blueprint mencapai keadilan gender di tempat kerja

Dalam kesempatan ini, Unilever Indonesia telah menyampaikan blue print untuk mencapai keadilan gender di tempat kerja lewat berbagai kebijakan perusahaan dan inisiatif korporat maupun brand-brand mereka.
“Bagi kami, keadilan gender adalah pilar penting dari sebuah perusahaan. Mengimplementasikan equity atau keadilan di lingkungan kerja artinya membangun lingkungan dan budaya yang sehat, yang dapat membantu talenta-talenta dari berbagai latar belakang, kemampuan, keunikan dan kebutuhan punya kesempatan yang sama untuk berkembang,” ujar Human Resources Director Unilever Indonesia
Diskusi Equity Talk bertemakan "Invest in Women, Invest in All" menjadi bagian dari upaya mendorong kesetaraan gender yang diselenggarakan oleh Magdalene.co bekerjasama dengan Unilever Indonesia, sebagai bagian dari perayaan International Women’s Day.