Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Mbah Harjo, Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua Indonesia

Mbah Hardjo saat ditemui, Minggu (26/5/2024). Dokumentasi Media Center
Mbah Hardjo saat ditemui, Minggu (26/5/2024). Dokumentasi Media Center
Intinya sih...
  • Hardjo Mislan, veteran perang 109 tahun, menjadi jemaah haji tertua saat ini
  • Ia menyisihkan uang pensiun dan hasil panen untuk menabung haji
  • Mbah Hardjo masih aktif turun ke sawah, mandiri dalam aktivitas sehari-hari di Makkah, bahkan memilih makan nasi ketimbang bubur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makkah, IDN Times - Kisah Hardjo Mislan (109) sampai di Baitullah menginspirasi banyak orang. Veteran perang asal Ponorogo ini akhirnya bisa melihat Ka'bah secara langsung setelah menanti selama lima tahun. Kini, Hardjo bahkan menyandang status sebagai jemaah haji tertua. 

Kepada Media Center Haji yang menemuinya di Hotel Al-Zhaer Plaza, Misfalah, Makkah Mbah Hardjo menceritakan perjalanan panjangnya hingga tiba di Tanah Suci.

"Rasane bungah, lego neng pikiran (rasanya senang, lega di pikiran)," kata Mbah Hardjo, Minggu (26/5/2024).

1. Mbah Hardjo mendaftar sejak 2019

Mbah Hardjo Mislan, jemaah haji lansia. (dok. MCH)
Mbah Hardjo Mislan, jemaah haji lansia. (dok. MCH)

Perasaan lega Mbah Hardjo adalah buah dari usaha kerasnya. Ia mengaku menyisihkan uang pensiun dan hasil panen untuk menabung haji. Pada Februari 2019, Mbah Hardjo pun membulatkan tekadnya untuk mendaftar.   

“Uangnya ditabung di koperasi dari hasil panen padi, jagung atau palawija,” ujarnya.

Mbah Hardjo tak sendiri, ia didampingi sang anak, Sirmad serta menantu dan besannya. Dua tahun lalu, tepatnya pada 24 November 2022, Samirah, istrinya mangkat. 

2. Di depan Ka'bah, Mbah Hardjo berdoa panjang umur

Mbah Hardjo Mislan, jemaah haji lansia. (dok. MCH)
Mbah Hardjo Mislan, jemaah haji lansia. (dok. MCH)

Pria kelahiran 2 Juli 1914 asal Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Ponorogo ini mengaku kuat berjalan sendiri. Namun, saat thawaf ia memilih menggunakan kursi roda.

Pikirane rasane penak numpake kursi roda (pikiran rasanya plong naik kursi roda), tinggal didorong,” ujarnya. Di depan Ka'bah, ia memanjatkan berbagai doa. Salah satunya adalah panjang umur.

Wajar jika ia ingin panjang umur, Mbah Hardjo masih ingin menikmati. Meski usianya sudah seabad lebih, ia masih kerap turun ke sawah. Ia juga menolak menjual sawahnya. "Sawah kuwi pusaka, warisan orang tua," katanya. 

3. Mbah Hardjo sangat mandiri

Mbah Hardjo Mislan, jemaah haji lansia. (dok. MCH)
Mbah Hardjo Mislan, jemaah haji lansia. (dok. MCH)

Keseharian Mbah Hardjo di Makkah juga tak menggambarkan usianya. Ia memilih makan nasi ketimbang bubur. Bahkan, ia pantang disuapi. Mbah Hardjo lebih suka makan sendiri. Bahkan mandi, salat, hingga memakai baju pun ia lakukan sendiri.

Ketua Kloter 19 SUB yang mendampingi Mbah Harjo, Nur Kholis juga memuji kemandirian Mbah Hardjo. “Sebenarnya standar pelayanan lansia kami siapkan semua. Semua fasilitas yang bisa membuat Mbah Harjo nyaman beraktivitas dan beribadah," kata dia. 

Namun, Mbah Harjo sering tidak mau memakainya. "Pokoknya Mbah Harjo mandiri,” terangnya.

Petugas pun mengatakan kerapkali menjadikannya sebagai contoh atau panutan saat semangat jemaah lainnya melonggar. "Saat jemaah mulai agak loyo semangatnya, saya selalu bilang, itu lo kaya Mbah Harjo, ayo semangat," imbuh Nur Kholis.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
Faiz Nashrillah
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us