Serangan Udara Israel Kembali Hantam Lebanon Selatan

- Israel tetap bertahan di pos selatan Lebanon.
- Lebanon menyebut pelucutan senjata hampir rampung.
- Ketegangan diplomasi dan operasi militer terus berjalan.
Jakarta, IDN Times – Israel kembali melancarkan rentetan serangan udara ke wilayah selatan Lebanon dengan target yang diklaim sebagai milik Hizbullah. Aksi militer ini terjadi ketika tenggat akhir tahun untuk pelucutan senjata kelompok tersebut di kawasan selatan kian dekat. Sejumlah lembah di wilayah Nabatieh selatan menjadi sasaran serangan. Jet tempur Israel menghantam Houmin, Wadi Azza, dan Nimeiriya pada Rabu (24/12/2025) pagi.
Di tengah situasi tersebut, warga setempat melaporkan aktivitas pengawasan udara masih berlangsung. Drone Israel disebut tetap beroperasi di area selatan Lebanon serta Lembah Bekaa bagian timur setelah serangan selesai. Militer Israel menyatakan titik yang dihantam merupakan lokasi peluncuran roket dan infrastruktur militer Hizbullah. Sasaran itu disebut melanggar pemahaman yang berlaku antara Israel dan Lebanon.
Dalam periode sebelumnya, Israel juga berulang kali melakukan serangan serupa ke kawasan yang sama. Rangkaian aksi tersebut dinilai melanggar gencatan senjata yang telah berjalan lebih dari satu tahun. Kesepakatan itu sebelumnya mengakhiri pertempuran selama 13 bulan antara Israel dan Hizbullah.
1. Israel tetap bertahan di pos selatan Lebanon

Kesepakatan yang disetujui Amerika Serikat (AS) kemudian dijalankan oleh angkatan bersenjata Lebanon. Tentara Lebanon diberi mandat mensterilkan fasilitas, persenjataan, serta anggota Hizbullah dari wilayah selatan Sungai Litani. Kawasan tersebut berjarak sekitar 32 kilometer dari garis perbatasan dengan Israel.
Sesuai kesepakatan, pasukan Israel seharusnya telah ditarik dari wilayah Lebanon. Namun hingga kini, mereka masih menguasai lima pos di bagian selatan. Selain itu, patroli darat Israel dilaporkan masih sering dilakukan.
“Tidak akan ada ketenangan di Beirut, juga tidak ada ketertiban dan stabilitas di Lebanon, sampai keamanan negara Israel terjamin … Hizbullah: kami akan melucuti senjata mereka,” kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, kepada parlemen, dikutip dari The Guardian.
Di sisi lain, Israel tetap menyatakan proses pelucutan senjata belum mendekati akhir dan menuding Hizbullah berupaya memperkuat posisi di sepanjang perbatasan.
2. Lebanon menyebut pelucutan senjata hampir rampung

Dilansir dari Al Jazeera, pemerintah Lebanon menyatakan proses pelucutan senjata Hizbullah di wilayah selatan Sungai Litani hampir selesai. Langkah tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang dicapai dengan Israel. Pernyataan itu disampaikan oleh Perdana Menteri Nawaf Salam.
Kantor perdana menteri menjelaskan tahap awal pengumpulan senjata di wilayah selatan Sungai Litani tinggal menunggu penyelesaian akhir. Pemerintah Lebanon menyebut negara itu siap memasuki fase berikutnya. Tahap lanjutan mencakup pengambilalihan senjata di utara Sungai Litani sesuai rencana angkatan bersenjata yang mendapat mandat pemerintah.
Sejumlah pejabat Lebanon kembali menegaskan proses pelucutan senjata di wilayah selatan sudah mendekati tahap akhir. Mereka menyebut penghancuran gudang senjata lama Hizbullah terus dilakukan. Wakil Perdana Menteri Tarek Mitri menyatakan pemerintah hampir menuntaskan tugas tersebut, sementara Lebanon tetap mematuhi gencatan senjata di tengah pelanggaran yang terus dilakukan Israel.
3. Ketegangan diplomasi dan operas miiliter terus berjalan

Sebuah serangan drone Israel menewaskan tiga orang di dalam sebuah mobil sekitar 16 kilometer di selatan kota Saida. Lokasi tersebut berada jauh di utara Sungai Litani. Israel menyatakan salah satu korban merupakan perwira bintara angkatan bersenjata Lebanon yang juga tergabung dalam Hizbullah.
Israel menuding perwira tersebut terlibat dalam perencanaan serangan ke wilayahnya. Angkatan bersenjata Lebanon bersama Hizbullah membantah tuduhan tersebut. Menteri Pertahanan Lebanon Michel Menassa menyebut klaim itu sebagai serangan jahat terhadap institusi militer.
Di sisi lain, Hizbullah tetap menolak tekanan untuk menyerahkan senjata. Kelompok tersebut menilai tuntutan itu keliru selama Israel masih rutin melancarkan serangan udara ke wilayah Lebanon. Israel secara terbuka mendesak pemerintah Lebanon mematuhi seluruh isi gencatan senjata dan mengancam akan mengambil langkah yang dianggap perlu.
Sementara itu, pejabat dari kedua pihak terus menggelar pertemuan rutin di Naqoura, Lebanon selatan. Forum tersebut difokuskan pada pembahasan kelanjutan gencatan senjata. Pertemuan terbaru kembali melibatkan utusan sipil untuk kedua kalinya.
Keterlibatan utusan sipil memicu protes di Lebanon karena dinilai sebagai bentuk pengakuan tidak langsung terhadap Israel. Isu tersebut tetap sensitif dalam dinamika politik domestik. Para utusan itu membahas agenda nonmiliter, termasuk peluang kerja sama ekonomi dan rencana pemulangan pengungsi perang secara aman.
Israel menegaskan jalur diplomasi dengan Lebanon berjalan terpisah dari operasi militernya melawan Hizbullah. Kedua pendekatan tersebut diklaim tetap dijalankan secara bersamaan. Media Israel melaporkan bahwa rencana perluasan operasi terhadap Hizbullah di Lebanon akan menjadi salah satu topik dalam pertemuan mendatang antara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump.


















