Krisis Anggaran Memburuk, Program Kemanusiaan PBB Terancam Mandek

- PBB menghadapi krisis keuangan parah dengan total tunggakan 2,4 miliar dolar AS dari negara anggota baru dan lama.
- Amerika Serikat menjadi penunggak terbesar dengan utang 1,5 miliar dolar AS, diikuti oleh China, Rusia, dan Arab Saudi.
- Program kemanusiaan global terdampak, termasuk misi perdamaian PBB, layanan kesehatan di Afghanistan dan Sudan, serta penanggulangan HIV/AIDS di Tajikistan.
Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghadapi krisis keuangan parah yang mengancam kelangsungan berbagai program kemanusiaan global. Per 9 Mei, negara-negara anggota baru membayar 1,8 miliar dolar AS dari total anggaran rutin 3,7 miliar dolar AS tahun ini.
Total dana yang belum dibayar mencapai 2,4 miliar dolar AS, digabung dengan tunggakan lama. Dari keterangan resmi yang diterima IDN Times melalui Pusat Informasi PBB di Indonesia (UNIC), Amerika Serikat tercatat sebagai penunggak terbesar dengan utang 1,5 miliar dolar AS.
Jumlah tersebut merupakan dampak kebijakan penahanan dana era pemerintahan Trump. Lalu, Amerika Serikat disusul China (597 juta dolar AS), Rusia (72 juta dolar AS), dan Arab Saudi (42 juta dolar AS) juga belum melunasi kewajibannya.
Anggaran misi perdamaian PBB turut terdampak. Per 30 April, tunggakan mencapai 2,7 miliar dolar AS. Sekjen PBB Antonio Guterres mendorong reformasi lewat inisiatif “UN80” yang menargetkan efisiensi, termasuk kemungkinan pemangkasan 20 persen staf.
1. Nasib kesehatan ibu dan anak

Dalam keterangan resmi itu dijelaskan, badan PBB seperti UNFPA dan UNHCR memperingatkan dampak nyata di lapangan. Mereka menyoroti sejumlah layanan kesehatan buat ibu dan anak di Afghanistan yang terancam karena kekurangan dana.
Belum lagi perlindungan korban kekerasan seksual di Sudan dan bantuan buat 750 ribu pengungsi di Mozambik.
2. Program penanggulangan HIV/AIDS

Program penanggulangan HIV/AIDS juga tidak luput dari ancaman. Di Tajikistan, Direktur UNAIDS Aziza Hamidova mengungkapkan sekitar 60 persen dari dukungan dana untuk program HIV terancam hilang.
Sejumlah pusat layanan kesehatan sudah tutup, kegiatan sosialisasi dihentikan, dan akses terhadap tes serta konseling PrEP telah menurun drastis.
3. Kurangnya dana urusan kemanusiaan

Sementara, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) yang memimpin penanganan krisis global turut menyampaikan kekhawatirannya pada dampak besar dari kurangnya dana.
Di Sudan, hanya 13 persen dari total kebutuhan dana sebesar 4,2 miliar dolar AS yang sudah diterima. Akibatnya, sekitar 250 ribu anak harus putus sekolah. Di Kongo, kasus kekerasan berbasis gender melonjak hingga 38 persen, sementara layanan bantuan mulai ditutup.
Sementara di Haiti, upaya penanggulangan wabah kolera disebut terancam berhenti. Sementara itu di Ukraina, hanya 25 persen dari kebutuhan dana kemanusiaan yang sudah terpenuhi untuk tahun 2025, sehingga membahayakan keberlangsungan berbagai layanan penting.