Ayat Al-Qur'an Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW, Muslim Harus Tahu

Benarkah Maulid Nabi bid'ah?

Jakarta, IDN Times - Hari Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini diperingati pada 28 September. Biasanya, sejumlah umat Islam menggelar acara untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW. Caranya, dengan membaca sholawat dan diakhiri dengan makan bersama atau memberi besek.

Meski demikian, ada sejumlah orang yang menyatakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah bid'ah. Lalu, benarkah demikian? Yuk, cari tahu ayat Al-Qur'an tentang Maulid Nabi di bawah ini!

1. Ayat Al-Qur'an tentang Maulid Nabi

Ayat Al-Qur'an Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW, Muslim Harus Tahuilustrasi Al-Qur`an (pixabay.com/Pexels)

Dilansir dari laman unusia.ac.id, sebagian ulama mengacu pada ayat Al-Qur'an tentang Maulid Nabi Muhammad SAW berikut yang ada di surat Yunus ayat 58.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya (Nabi Muhammad SAW) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira. (QS.Yunus: 58)

Agar makin memahami peringatan Maulid Nabi, cari tahu informasi selengkapnya di bawah, yuk! Ketahui juga sejarah dan peringatan Maulid Nabi di zaman dulu.

Baca Juga: Kemenag Geser Libur Maulid Nabi Muhammad Jadi 20 Oktober 2021

2. Sejarah peringatan Maulid Nabi

Ayat Al-Qur'an Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW, Muslim Harus TahuIDN Times/Imam Rosidin

Syekh Hasan as-Sandubi dalam kitabnya Târîkhul Ihtifâl bil Maulidin Nabawi (tentang perayaan Maulid dari masa Nabi Muhammad SAW hingga sekarang), berdasarkan penuturannya, perayaan Maulid Nabi SAW bertepatan dengan masa Dinasti Fathimiyah.

Syekh Hasan menegaskan:

لَقَدْ دَلَّنِي البَحْثُ عَلَى أَنَّ الْفَاطِمِيِّيْنَ هُمْ أَوَّلُ مَنْ اِبْتَدَعَ فِكْرَةَ الْاِحْتِفَالِ بِذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِي

Artinya: “Sungguh telah menjadi penunjuk kepadaku, pembahasan (di atas), bahwa sungguh Dinasti Bani Fatimah merupakan kelompok pertama yang merealisasikan gagasan perayaan untuk mengingat kelahiran Nabi Muhammad.” (Hasan as-Sandubi, Tarikhul Ihtifal bil Maulidin Nabawi, [Matba’ah al-Istiqamah, cetakan pertama: 1980], halaman 60-65).

Peringatan Maulid Nabi terus berlanjut dan semakin pesat sampai Dinasti Fatimiyah runtuh. Lalu, umat Islam dipimpin ulama-ulama dan kerajaan yang berafiliasi pada Ahlussunnah wal Jamaah. Perayaan Maulid Nabi SAW terus berlanjut, dan pertama kalinya diperingati Sultan Nuruddin, penguasa Syiria, pada 511 H.

Sementara dalam catatan Sayyid al-Bakri, disebutkan pelopor kegiatan Maulid adalah seorang raja di daerah Irbil, Baghdad, al-Mudzhaffar Abu Sa’id. Kala itu, peringatan Maulid Nabi dilakukan masyarakat dari berbagai lapisan dengan berkumpul di suatu tempat. Mereka membaca Al-Qur'an, bersholawat, membaca sejarah singkat perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran agama Islam.

Catatan tersebut juga tertuang dalam kitab al-Bakri bin Muhammad Syatho, I`anah at-Thalibin, Juz II, halaman 364.

Baca Juga: Ini Alasan FPI Berani Gelar Maulid Nabi di Petamburan saat Pandemik

3. Alasan tidak ada kegiatan Maulid pada masa Rasulullah SAW dan sahabat

Ayat Al-Qur'an Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW, Muslim Harus TahuIlustrasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Ada sejumlah kelompok yang menganggap menggelar Maulid Nabi adalah bid'ah. Alasannya, karena pada zaman Nabi atau sahabat, tidak pernah ada kegiatan berkumpul untuk merayakan Maulid Nabi.

Sementara itu, menurut Syekh Hasan as-Sandubi, muhaqqiq dan peneliti senior naskah-naskah Islam asal Mesir, menjelaskan tentang perayaan maulid dari masa Nabi SAW sampai sekarang. Hal tersebut dijelaskannya dalam kitab Târîkhul Ihtifâl bil Maulidin Nabawi.

Dikutip dari nu.or.id, pada masa Rasulullah SAW hidup, umat Islam masih fokus pada perkembangan Islam, membumikan tauhid kepada Allah SWT, berdakwah, hingga mengangkat derajat manusia dari yang hina menjadi mulia.

Tak cuma itu, umat Islam juga berusaha menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah, serta ibadah-ibadah lainnya. Oleh karena itu, peringatan atau perayaan dalam rangka menghormati kelahiran Nabi Muhammad SAW belum terealisasi saat itu.

Begitu juga pada zaman Khulafa’ur Rasyidin, para sahabat belum juga berpikir perihal perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dikemas dengan kegiatan-kegiatan khusus. Mereka terus menanamkan keimanan setelah ditinggal wafat oleh Nabi Muhammad SAW.

Banyaknya orang yang murtad, para sahabat bertugas mengembalikan mereka pada agama yang benar. Selain itu, para sahabat juga melakukan upaya-upaya penyebaran Islam agar semakin pesat dan luas.

4. Peringatan Maulid Nabi mengandung manfaat dan faedah

Ayat Al-Qur'an Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW, Muslim Harus TahuIDN Times/Imam Rosidin

Soal Maulid Nabi, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani mengatakan:

وَالْحَاصِلُ اَنّ الْاِجْتِمَاعَ لِاَجْلِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ اَمْرٌ عَادِيٌّ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْعَادَاتِ الْخَيْرَةِ الصَّالِحَةِ الَّتِي تَشْتَمِلُ عَلَي مَنَافِعَ كَثِيْرَةٍ وَفَوَائِدَ تَعُوْدُ عَلَي النَّاسِ بِفَضْلٍ وَفِيْرٍ لِاَنَّهَا مَطْلُوْبَةٌ شَرْعًا بِاَفْرِادِهَا.

Artinya: Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi SAW merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali kepada manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan dalam syara’ dengan serangkaian pelaksanaannya. [Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mafahim Yajibu An-Tushahha, hal. 340]

Al Hafizh as-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan Maulid Nabi, beliau menjawab:

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ ﷺ

Artinya: Pada dasarnya peringatan maulid, berupa berkumpulnya orang, membaca Al-Qur'an, meriwayatkan hadis-hadis tentang permulaan sejarah Nabi dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah (perkara yang baik, meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Nabi) yang pelakunya akan memperoleh pahala, karena itu merupakan perbuatan mengagungkan Nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita dengan kelahiran Nabi yang mulia” (Disebutkan dalam karya beliau, Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid).

Itulah ayat Al-Qur'an tentang Maulid Nabi Muhammad SAW yang perlu muslim pahami. Semoga informasi ini menjawab pertanyaan dan kebingunganmu, ya.

Baca Juga: 4 Sunah Rasulullah Sebelum Tidur Agar Terhindar dari Bahaya

Topik:

  • Sunariyah
  • Septi Riyani
  • Rochmanudin
  • Ana Widiawati
  • Addina Zulfa Fa'izah

Berita Terkini Lainnya