Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Try Sutrisno, Ajudan Soeharto yang Jadi Wapres RI

Try Sutrisno saat memberikan pesan di Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada Selasa (17/8/2021). (youtube.com/Sekretariat Presiden)
Try Sutrisno saat memberikan pesan di Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada Selasa (17/8/2021). (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Jakarta, IDN Times - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Try Sutrisno, dikabarkan tengah terbaring dan dirawat di rumah sakit.

Ajudan Try Sutrisno, Sunarya, menyebutkan Try dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Dia memastikan kondisinya saat ini kian membaik.

"Alhamdulillah beliau sudah baik sehat di RSPAD," kata Sunarya saat dihubungi IDN Times, Sabtu (17/12/2022).

Sunarya menjelaskan mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tersebut hanya mengalami kecapaian. Try masih menunggu izin pulang dari tim dokter yang merawat.

Wakil Presiden ke-6 RI ini, termasuk salah satu wakil presiden yang berasal dari kalangan militer. Berikut sepak terjang Try Sutrisno di dunia militer, atau sebelum menjadi wakil presiden.

1. Try Sutrisno menjadi Wakil Presiden Soeharto

Presiden ke-2 RI Soeharto. (Dok. Arsip Nasional RI)
Presiden ke-2 RI Soeharto. (Dok. Arsip Nasional RI)

Dilansir dari laman tni.mil.id, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) masa bakti 1992-1997 melalui Sidang Umumnya pada 1993, memilih Try Sutrisno menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Soeharto, presiden terpilih saat itu.

Fraksi ABRI MPR-RI yang lebih dahulu mencalonkannya, mendahului pilihan terbuka dari Presiden Soeharto ketika itu. Suatu hal yang tidak lazim pada era Orde Baru itu. Konon, Presiden Soeharto merasa di-fait accompli.

Wakil Presiden RI (1993-1998) ini dikenal sebagai seorang negarawan yang jujur, bersahaja, loyal, berdedikasi tinggi dan berpendirian teguh. Putra terbaik bangsa ini juga bukanlah seorang yang haus jabatan (ambisius) yang mau menghalalkan segala cara untuk meraih jabatan tertentu.

Pada 1998, tugasnya sebagai Wapres berakhir, dan kemudian digantikan BJ. Habibie pada Sidang Umum MPR 1998.

2. Try Sutrisno pernah menjadi ajudan Soeharto

Try Sutrisno saat memberikan pesan di Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada Selasa (17/8/2021). (youtube.com/Sekretariat Presiden)
Try Sutrisno saat memberikan pesan di Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada Selasa (17/8/2021). (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Pada 1956, Try Sutrisno diterima menjadi taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Pengalaman militer Try Sutrisno pertama pada 1957, ketika ia berperang melawan Pemberontakan PRRI.

Pada 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto. Pada saat inilah karier suami dari Tuti Sutiawati yang dinikahinya pada 21 Januari 1961 itu semakin meroket kariernya. Pada 1978, Try diangkat ke posisi Kepala Komando Daerah Staf di Kodam XVI /Udayana.

Setahun kemudian, Try menjadi Panglima Daerah Kodam IV/Sriwijaya, dan empat tahun kemudian, ia diangkat sebagai Panglima Daerah Kodam V/Jaya dan ditempatkan di Jakarta.

Agustus 1985, pangkat Try dinaikkan lagi menjadi Letjen TNI sekaligus diangkat sebagai Wakasad, mendampingi KSAD Jenderal TNI Rudhini ketika itu.

Tak lama menjabat sebagai Wakasad, pada Juni 1986 atau 10 bulan sejak diangkat menjadi Wakasad, Try pun kemudian diangkat menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Rudhini.

Selama menjadi KSAD, yang hanya sekitar satu setengah tahun, karena pada awal 1988 Try dipromosikan menjadi Pangab, menggantikan Jenderal TNI LB. Moerdani.

3. Try Sutrisno jadi Panglima TNI

Pameran foto Komnas HAM (IDN Times/Lia Hutasoit)
Pameran foto Komnas HAM (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jenderal kelahiran Surabaya, 15 November 1935 ini, akhirnya memimpin ABRI (sekarang Panglima TNI), sejak 1988 hingga 1993. Ketika itu, ABRI terdiri dari institusi TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Polri. Banyak peristiwa penting yang patut dicatat selama kepemimpinannya, seperti meletusnya kembali pemberontakan Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di Aceh pada pertengahan 1989, menyusul dibubarkannya Kodam I/Iskandarmuda.

GPK separatis Aceh tersebut merupakan kelanjutan (kambuhan) dari Gerakan Pengacau Liar Hasan Tiro (GPLHT) yang lahir pada 1976, dan telah berhasil ditumpas pada 1982. Selama Try memimpin, banyak peristiwa separatis yang terjadi, di antaranya peristiwa Santa qruz, GPK di Aceh dan juga peristiwa Tanjung Priok.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us