Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RI Kena Dampak Tarif Trump AS, MPR: Perkuat Diplomasi Dagang

Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno sebut kejadian mobil RI 36 yang disorot publik harus jadi warning bagi pejabat. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Wakil Ketua MPR mendorong Indonesia memperkuat diplomasi perdagangan untuk menurunkan tarif impor AS dan mencegah dampak negatif bagi ekonomi.
  • Eddy Soeparno berharap Indonesia memperluas pasar ekspor, terutama ke negara BRICS dan emerging economy, serta tidak bergantung pada satu negara tujuan ekspor saja.
  • Presiden Donald Trump memberlakukan tarif baru sebesar 10 persen pada hampir semua barang impor yang masuk ke AS, termasuk kepada Indonesia sebagai balasan atas tarif yang dikenakan Indonesia ke AS.

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno, mendorong Indonesia memperkuat diplomasi perdagangan atau trade diplomacy usai terkena tarif impor baru oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Hal itu bertujuan untuk mencegah dampak negatif bagi ekonomi Indonesia.

“Kita harus proaktif dalam trade diplomacy untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS sebagai bagian dari upaya menurunkan tarif. Jangan sampai industri dalam negeri kita terdampak lebih dalam lagi," ujar Eddy dalam keterangannya, Jumat (4/4/2025).

"Gugurnya sejumlah pabik textil seperti Sritex, produsen sepatu olah raga serta elektronik merupakan pil pahit yang harus kita cegah ke depannya. Oleh karena itu menjalin dialog perdagangan secara dini merupakan upaya untuk mendapatkan pengecualian tarif atas sejumlah produk ekspor andalan Indonesia” sambungnya.

1. Penting untuk perluas pasar ekspor

Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno meyakini bergabung ke BRICS akan membawa peluang investasi yang besar. (Dok. MPR RI)

Menurutnya, penting bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor. Eddy menyebut, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah melakukan hal tersebut, salah satunya dengan bergabung menjadi anggota BRICS.

"Di awal pemerintahan, Presiden Prabowo sudah bergerak cepat dengan bergabung dan menjadi anggota tetap BRICS. Sekarang saatnya memanfaatkan status sebagai anggota tetap BRICS untuk memperluas pasar ekspor ke negara-negara emerging economy," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Eddy berharap Indonesia tak boleh tergantung pada satu negara tujuan ekspor saja.

"Indonesia tidak boleh kehilangan momentum untuk menumbuhkan kegiatan ekspornya ke negara BRICS maupun negara Timur Tengah lainnya agar neraca ekspor kita tidak terpengaruh ke depannya," bebernya.

Dia juga mendorong industri dalam negeri harus lebih kreatif agar bisa diminati oleh pasar internasional.

2. Tarif baru diumumkan langsung Donald Trump

Infografis Daftar Tarif resiprokal Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengumumkan langsung tarif baru sebesar 10 persen pada hampir semua barang impor yang masuk ke Negeri Paman Sam. Rupanya tak hanya itu, ia juga memberlakukan 'Tarif Timbal Balik' ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

"Ini deklarasi kemerdekaan ekonomi kami," ujar Trump, dikutip dari BBC, Kamis (3/4).

Langkah tersebut diambil Trump untuk mengurangi pajak dan membayar utang nasional AS.

Ia menampilkan bagan yang berisi negara yang akan dikenakan tarif, tarif yang dikenakan ke AS oleh negara tersebut, dan tarif yang akan dikenakan AS ke negara itu.

Tercatat tiga negara pertama ada China, Uni Eropa, dan Vietnam. China mengenakan tarif 67 persen bagi AS, dan AS memberikan tarif 34 persen. Sementara Vietnam memberi tarif ke AS 90 persen, dan AS mengenakan tarif 46 persen.

3. Indonesia kena 32 persen

Infografis Daftar Tarif resiprokal Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

Indonesia masuk dalam daftar AS tersebut. Indonesia mengenakan tarif sebesar 64 persen ke AS. Dan saat ini, AS menerapkan tarif sebesar 32 persen ke Indonesia.

Menurut Trump, negara lain memperlakukan AS dengan buruk karena mengenakan tarif yang tidak proporsional pada impor. Ia menegaskan, hal tersebut adalah sebuah kecurangan.

Karenanya, sebagai balasan, AS mengenakan tarif kira-kira setengah dari yang mereka kenakan ke negaranya.

"Jadi tarif tersebut tidak akan berlaku secara timbal balik. Saya bisa saja melakukan itu, tapi akan sulit bagi banyak negara, dan kita tidak ingin melakukannya," seru Trump.

Menurutnya, dalam hal perdagangan, kawan lebih buruk daripada lawan. Karenanya, sejumlah negara sekutu seperti Korea Selatan, Jepang, Uni Eropa, Inggris, dan lainnya juga dikenakan tarif timbal balik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us