RI Mau Borong 30 Kapal Selam Nirawak, Prabowo Pantau Langsung Uji Coba

- Kapal selam tanpa awak 100 persen buatan Indonesia
- Prabowo ikut pantau jarak jauh uji coba penembakan torpedo KSOT
- RI diklaim jadi negara keempat di dunia yang mampu produksi kapal selam nirawak
Jakarta, IDN Times – Kementerian Pertahanan (Kemhan) berencana memborong 30 unit Kapal Selam Otonom (KSOT) atau kapal selam nirawak buatan dalam negeri. Kapal-kapal tersebut akan dikerahkan untuk menjaga choke point atau titik sempit strategis di seluruh perairan Indonesia.
"Saya, Panglima TNI, kepala staf TNI AL, dan Direktur PT PAL (Surabaya) sudah mengadakan suatu evaluasi teknis. Kami menyimpulkan bahwa Kementerian Pertahanan melaporkan kepada Bapak Presiden dan selaku penentu persenjataan strategis dari TNI, bahwa kami memerlukan 30 unit kapal selam otonom (KSOT)," ujar Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Dermaga Komandaro Armada II TNI AL, dikutip dari keterangan video pada Jumat (31/10/2025).
Meski begitu, purnawirawan jenderal bintang empat itu tidak mengungkap lokasi kapal-kapal selam otonom ketika sudah rampung dibuat. Ia hanya menyebut kehadiran armada persenjataan nirawak di dalam organisasi TNI AL itu merupakan kekuatan tersendiri bagi Indonesia.
Sementara, Direktur PT PAL Indonesia, Kaharuddin Djenod mengatakan permintaan dari Kemhan bisa dipenuhi pada 2026. "Ya, di tahun 2026, seluruhnya akan terpenuhi. 30 unit (KSOT) akan dipenuhi," kata Kaharuddin.
Keinginan Kemhan untuk memborong 30 unit KSOT disampaikan usai digelar uji penembakan torpedo kapal selam otonom buatan PT PAL Indonesia. KSOT menyelam dengan kedalaman sekitar empat meter, lalu menembakan torpedo dengan jangkauan 100 sampai 150 meter.
1. Kapal selam tanpa awak merupakan 100 buatan Indonesia

Lebih lanjut Kaharuddin mengatakan KSOT merupakan 100 persen desain dan produksi PT PAL Indonesia. Bahkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) KSOT mencapai lebih dari 50 persen.
"Ini 100 persen desain anak Indonesia. Kemudian produksi juga seluruhnya dengan TKDN lebih dari 50 persen. Jadi, kami menggunakan alat-alat atau equipment yang dijual di pasaran dalam negeri, kemudian kami ubah menjadi military spec dan marine use," ujar Kaharuddin.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali pun mengakui keunggulan teknologi KSOT buatan PT PAL.
"Dari momen pelaksanaan uji coba tadi, ini sudah bagus. Artinya torpedo sudah bisa keluar dari peluncur. Setelah dia keluar dari peluncur, maka dia akan menjalankan programnya sendiri untuk mencari sasaran. Kalau sudah dilengkapi sensor maka dia akan mencari sasarannya sendiri," ujar Ali di lokasi yang sama.
2. Prabowo ikut pantau jarak jauh uji coba penembakan torpedo KSOT

Sjafrie juga mengatakan, uji coba penembakan torpedo turut dipantau Presiden Prabowo Subianto melalui sambungan telepon. Purnawirawan jenderal bintang empat itu langsung melaporkan hasil uji coba teknologi tersebut.
"Pak Presiden tadi mengikuti dan minta dilaporkan hasilnya. Saya baru saja melaporkan hasilnya," katanya.
Ia menambahkan Prabowo selaku Ketua Dewan Pertahanan Nasional (DPN) sangat memberi perhatian khusus terhadap pembangunan kekuatan TNI sampai level teknis.
“Kita semua ada di sini, tapi Pak Presiden dari Jakarta (ikut memantau). Pesannya (Presiden Prabowo) harus sukses dan harus berhasil. Ini adalah pekerjaan keras kita semuanya,” tutur dia.
3. RI diklaim jadi negara keempat di dunia yang mampu produksi kapal selam nirawak

Sjafrie menyebut Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang mampu memproduksi kapal selam otonomous (KSOT). Tiga negara lainnya adalah Amerika Serikat, China dan Rusia.
"Ini adalah kebanggaan kita bahwa anak bangsa bisa memproduksi alutsista yang setara dengan negara-negara global di bidang teknologi militer. Ini adalah kerja kersas kita semuanya dan 100 persen desain anak Indonesia," kata mantan Wakil Menhan di era kepemimpinan Presiden SBY itu.
Ia pun menambahkan teknologi otonom yang telah dihasilkan tidak tertutup kemungkinan bisa juga dikembangkan pada kapal atas permukaan. Oleh sebab itu, Sjafrie mengajak para teknokrat yang masih menempuh studi di luar negeri agar segera kembali ke Tanah Air dan ikut mengembangkan industri pertahanan Indonesia.
"Ini memerlukan dukungan dari semua pihak agar teknologi militer dapat kita bangun dan mendapatkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia. Kepada para teknokrat, kami ajak untuk ikut serta membangun teknologi militer yang ada di Indonesia," tutur dia.




















