IMS 2019: Jadi Produsen Kosmetik Halal Terbesar, Ini Tips dari Wardah 

Bagaimana Wardah menemukan peluang bisnis?

Jakarta, IDN Times - Siapa di antara kamu yang menggunakan kosmetik Wardah? Kosmetik yang fokus menyasar konsumen muslimah itu memang tengah naik daun di tanah air.

Tahun 2018 lalu, Wardah berhasil mencatatkan prestasi sebagai moisturizer atau pelembab nomor satu di Indonesia. Namun, untuk bisa mencapai prestasi itu tidak mudah.

Chief Marketing Officer PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, mengisahkan saat melakukan riset, ide untuk membuat kosmetik khusus Islami sempat ditolak oleh calon konsumen mereka.

"Saat diriset, kebanyakan orang justru bertanya ke kami untuk apa punya kosmetik halal? Kan tidak dimakan juga," kata Salman ketika berbicara di acara Indonesia Millennial Summit 2019 di Grandballroom Hotel Indonesia Kempinski pada Sabtu (19/1).

Padahal, ia pernah membaca riset lainnya, bahwa produk halal memiliki pangsa pasar yang besar termasuk di Indonesia. Salman kemudian mencoba menyiasatinya dengan tidak fokus ke bisnisnya dengan meraih label halal untuk kosmetiknya.

"Tetapi, kami fokus untuk bisa menampung para pekerja yang menggunakan hijab. Karena ketika itu sedikit perusahaan yang mau mempekerjakan karyawan berhijab, mungkin hal itu karena terpengaruh kultur perusahaan yang ada di luar negeri," kata dia lagi.

Dari sana, kemudian terbangun persepsi, bagi perempuan berhijab maka bisa bekerja di Wardah. Salman kemudian mulai melirik, perempuan berhijab juga peduli terhadap fashion yang mereka gunakan.

"Akhirnya kami kembangkan juga fashion untuk perempuan berhijab. Kami buat yang bagus. Begitu juga untuk kosmetik dan formulanya," tutur dia.

Ia secara fair mengakui Wardah memang bukan merek kosmetik halal pertama yang dibangun di Indonesia. Namun, Salman mengklaim Wardah merupakan kosmetik halal terbesar yang ada di Tanah Air.

Di bagian akhir, Salman kemudian membagikan tips bagi kamu yang ingin membuka usaha baru. Tipsnya yaitu kalau ingin membangun usaha, maka dimulailah dari mencari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

"Jadi, jangan fokus ke bisnisnya dulu. Apabila kita berhasil memberikan solusi atas kesulitan orang, maka di situ peluang bisnisnya," kata dia.

Acara IMS 2019 menghadirkan lebih dari 50 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial. Ajang millennial terbesar di Tanah Air ini dihadiri oleh 1.500-an pemimpin millennial.

Dalam IMS 2019, IDN Times juga meluncurkan Indonesia Millennial Report 2019. Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute bekerjasama dengan Alvara Research Center. Melalui survei yang melibatkan 1400-an responden di 12 kota ini, IDN Times menggali aspirasi dan DNA millennial Indonesia.

Survei ini sendiri dilakukan pada periode 20 Agustus-6 September 2018 dengan margin of error 2,62 persen.Simak hasilnya di IMS 2019, dan ikuti perkembangannya di situs kami, IDN Times.

Baca Juga: Winston Utomo: IMS Jadi Motor Penggerak Optimisme Indonesia  

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya