Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tagar KaburAjaDulu, Peluang atau Tantangan?

Ilustrasi media sosial. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Tagar KaburAjaDulu trending di media sosial
  • Tokoh-tokoh seperti Anies Baswedan dan pejabat negara memberikan tanggapan terkait fenomena tagar tersebut
  • Survei menunjukkan mayoritas responden yang mendukung tagar KaburAjaDulu adalah usia muda

Jakarta, IDN Times - Tagar KaburAjaDulu menjadi trending di media sosial. Hal itu karena publik tak puas dengan sejumlah kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Tagar KaburAjaDulu juga disusul dengan rentetan aksi unjuk rasa bertajuk "Indonesia Gelap". Unjuk rasa itu dimulai pada Senin (17/2/2025). Lalu, apakah Kabur Aja Dulu bisa menjadi solusi meningkatkan kualitas hidup, atau justru menjadi tantangan?

Sejumlah tokoh turut buka suara terkait #KaburAjaDulu.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengatakan, munculnya tagar KaburAjaDulu merupakan tantangan bagi pemerintah.

"Ini tantangan buat kita kalau memang itu adalah terkait dengan aspirasi mereka. Ayo pemerintah create better jobs, itu yang kemudian menjadi catatan kami dan concern kami," kata Yassierli di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Meski demikian, Yassierli mengatakan, tak masalah apabila ada warga Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Menurutnya, hal itu juga bisa meningkatkan skill masyarakat.

"Ya ini kan netizen terkait dengan kabur aja, memang di satu sisi saya lihat kesempatan kerja di luar memang ada ya. Jadi semangatnya bukan kabur sebenarnya," ucap dia.

"Jadi, kalau memang ingin untuk meningkatkan skill dan ada peluang kerja di luar negeri. Kemudian kembali ke Indonesia bisa membangun negeri, ya tidak masalah," sambungnya.

1. Anies sebut bisa jadi peluang

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (IDN Times/Santi Dewi)

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, turut berkomentar terkait fenomena tagar KaburAjaDulu. Komentar itu Anies sampaikan di sela kunjungannya ke Doha, Qatar. Anies menulis tweet, saat ini Indonesia membutuhkan banyak diaspora untuk mengharumkan bangsa ke penjuru dunia tanpa perlu meragukan nasionalismenya.

Menurut Anies, pergi ke luar negeri bisa saja menjadi peluang. Terlebih, kata dia, Indonesia butuh banyak diaspora.

"Kita butuh lebih banyak diaspora yang membawa nama Indonesia ke setiap penjuru dunia, mengharumkan bangsa lewat karya dan kontribusi mereka. Keberadaan mereka bukan kehilangan bagi Indonesia, tapi justru memperkuat posisi kita di dunia. Tak perlu ragukan nasionalisme mereka," ujar Anies dari salah satu rangkaian tweet-nya, Sabtu (22/2/2025), dikutip IDN Times atas izinnya.

Anies mengatakan, mereka yang saat ini bekerja di perusahaan global, berkarya di panggung dunia, berjuang di laboratorium internasional, bahkan meniti dari bawah, bukan meninggalkan Indonesia.

"Ingat! Mereka bukan meninggalkan Indonesia, tapi mereka justru membawa serta dan menghadirkan Indonesia ke hadapan dunia," kata Anies.

Dia mengatakan, mereka adalah duta bangsa yang diangkat bukan lewat surat keputusan, tapi lewat dedikasi dan kerja keras masing-masing.

"Kita butuh lebih banyak anak bangsa yang berani melangkah, menjadi wajah Indonesia, memperkuat soft power kita di berbagai belahan bumi," ucap dia.

Anies mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang besar, tetapi namanya belum sering disebut. Kiprah anak-anak bangsa, kata dia, belum banyak dibicarakan.

Ia pun mencontohkan restoran Vietnam, Thailand, dan Jepang yang tersebar di berbagai kota di dunia yang memperkenalkan kuliner hingga kebudayaan negara masing-masing. Sayangnya, restoran dan kuliner Indonesia belum bisa seterkenal mereka.

Termasuk keberadaan orang-orang dari negara lain di perusahaan besar dunia. Dia mengatakan, peran strategis orang-orang Indonesia di perusahaan dunia juga perlu lebih banyak lagi.

"Kita punya kekayaan rasa, perlu lebih agresif mengenalkannya pada dunia. Kita butuh lebih banyak orang Indonesia yang berperan strategis di perusahaan dunia. Bukan hanya di bisnis, tapi juga di panggung dunia," tulis Anies.

2. Persepsi publik terhadap #KaburAjaDulu

Infografis (IDN Times/Mardya Shakti)

Media Survei Nasional (Median) melakukan jajak pendapat untuk mengetahui persepsi publik terkait tagar KaburAjaDulu di media sosial. Median menggunakan kuesioner berbasis google form dengan 518 responden.

Survei dilakukan pada 21-22 Februari 2025 di 30 provinsi. Median dalam surveinya menggunakan rancangan non-probability sampling.

Pada survei tersebut, 85,7 persen pengguna media sosial mengaku tahu mengenai #KaburAjaDulu dan 53,7 persen di antaranya setuju dengan tagar tersebut.

Ada sejumlah hal yang menjadi alasan publik setuju dengan tagar KaburAjaDulu. Di urutan pertama karena lapangan kerja sulit, pemerintah kurang pedui rakyat, mencari kehidupan lebih baik, kecewa dengan kebijakan pemerintah hingga banyak koruptor di Indonesia.

Dalam survei tersebut, publik berusia lebih muda dominan setuju dengan tagar KaburAjaDulu. Untuk usia 17-19 tahun, 75 persen yang menyatakan setuju. Kemudian usia 20-29 tahun yang setuju ada 58,3 persen dan 30-39 tahun menyatakan setuju ada 58,2 persen.

Sementara, usia 40-49 tahun, 50-59 tahun dan 60 tahun ke atas menyatakan setuju kurang dari 47 persen.

Pengamat politik dari Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens, mengatakan munculnya tagar KaburAjaDulu bagian dari riak-riak demokrasi.

"Dan dalam berdemokrasi itu sah-sah sja, pemerintah dan menteri seharusnya merespons secara baik dan akal sehatnya digunakan, jangan sentimentil dan emosional," ucap Boni.

Boni mengatakan, pemerintah seharusnya bisa melihat tagar tersebut sebagai masukan yang positif untuk menjadi koreksi bersama. Dia kemudian meminta para pejabat negara memperbaiki cara berkomunikasi dengan masyarakat.

3. Respons Istana

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Sementara itu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, mempertanyakan warganet ingin kabur ke mana.

"Kabur ke mana?" tanya Hasan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (17/2/2025).

Hasan mengaku tak masalah apabila ada warga negara Indonesia yang ingin merantau ke luar negeri. Asalkan, memiliki skill yang cukup sebelum berangkat ke luar negeri.

"Tapi kalau mau merantau ke luar negeri ingat, harus punya skill. Karena kalau gak punya skill nanti gak bisa punya pekerjaan baik di luar negeri," ucap dia.

Yang kedua, kata dia, harus taat prosedur apabila ingin ke luar negeri. Sehingga tidak menjadi pendatang gelap.

"Supaya tidak jadi pendatang haram. Kalau orang mau merantau gak boleh dilarang," kata dia.

4. Anggota DPR sebut lebih baik di kampung sendiri

Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya merespons #KaburAjaDulu yang viral di media sosial. (IDN Times/Amir Faisol)

Sementara itu, anggota Komisi XIII DPR RI Willy Aditya, mengatakan Indonesia hanya mengenal satu status kewarganegaraan. Dia menilai, sah-sah saja bagi masyarakat yang memilih bekerja di luar negeri.

Namun, Willy mengutip sebuah peribahasa, hujan emas di kampung orang, hujan batu di kampung sendiri, lebih baik di kampung sendiri. 

"Untuk kemudian mencari kehidupan yang layak itu di mana saja bisa. Tapi kemudian bagaimana spirit pro-patria kita, patriot kita, atau maju-mundurnya bangsa ini, kita lahir di sini, sanak famili kita di sini, tentu menjadi moral obligation kita," kata Willy di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/2/2025).

Willy mengatakan, Bangsa Indonesia sejatinya bisa belajar dari Korea Selatan yang bisa bangkit setelah perang saudara berkepanjangan. Sektor Industri yang melaju pesat di negara itu tidak terlepas dari kontribusi para warga negara yang mengenyam pendidikan ke luar negeri.

Para diaspora Korea Selatan yang berada di luar negeri diundang untuk berperan dalam membangun negaranya sendiri. 

"Industri mereka itu tidak terlepas dari orang-orang Korea yang belajar di luar negeri, dan ketika negara yang mulai bersiap membangun industrinya mereka semua diundang. Jadi diaspora itu penting," kata dia.

5. Nusron pertanyakan jiwa patriotik

Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid (IDN Times/Ilman Nafi’an)

Sedangkan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, mempertanyakan jiwa patriotik warga negara soal ramai tagar KaburAjaDulu di media sosial. Menurutnya, setiap ada permasalahan, harus diselesaikan bersama.

"Ya, begini ya kalau ada kaburajadulu itu kan dia ini warga negara indonesia apa tidak. Kalau kita ini patriotik sejati, kalau emang ada masalah kita selesaikan bersama," ujar Nusron di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Menurutnya, hal itu merupakan sifat yang tidak menyelesaikan masalah bersama. Nusron mengatakan, hal itu merupakan bentuk tidak cinta Tanah Air.

"Ini berarti dia, ini masalah cinta kita terhadap Tanah Air. Ada masalah ayo kita selesaikan sama sama," kata dia.

Nusron mengatakan, pemerintah selama ini menerima masukan dan kritik dari berbagai pihak.

"Selama ini menutup mata, kemudian menutup telinga untuk kritikan masyarakat? Kan tidak," ucap dia.

"Kita ini pemerintah terbuka terhadap masukan, kalau emang benar ya benar. Kalau emang salah, ya salah," sambungnya.

Lebih lanjut, Nusron juga menyebut, kalau ada warga yang tak punya harapan pertanda kurang cinta Tanah Air.

"Kalau kemudian hopeless gitu seakan-akan KaburAjaDulu, itu menandakan, ya mohon maaf kurang cinta terhadap Tanah Air," ujar dia.

Nusron menyebut, jangan membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain.

"Kalau kata lagunya kan, ojo dibanding-bandingke dengan luar negeri, kan karakter Indonesia beda dengan luar negeri," kata dia.

6. Wamenaker malah minta KaburAjaDulu dan tak balik lagi

Wakil Menteri Tenaga Kerja, Immanuel Ebenezer menemui driver ojol yang demo menuntut THR pada Senin (17/2/2025). (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Berbeda dengan menterinya, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer Gerungan, justru meminta pihak yang ingin KaburAjaDulu untuk tidak kembali ke Indonesia.

"Mau kabur, kabur saja lah, kalau perlu jangan balik lagi," ujar pria yang akrab disapa Noel kepada jurnalis, Senin (17/2/2025).

Meski gelombang #KaburAjaDulu semakin ramai dibicarakan publik, Noel merasa tidak harus mempedulikan adanya tagar tersebut.

"Hashtag hashtag gak apa-apa lah masa hashtag kita peduliin," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Ilman Nafi'an
Sunariyah
Muhammad Ilman Nafi'an
EditorMuhammad Ilman Nafi'an
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us