Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tulisan di Senjata Replika Ledakan SMAN 72, KPAI: Anak Ini Cerdas

IMG-20251111-WA0035.jpg
Polda Metro Jaya ungkap motif aksi peledakan di SMAN 72 Jakarta. (IDN Times/Irfan Fathurohman)
Intinya sih...
  • Total ada tujuh tulisan yang ada di senjata replika, termasuk nama-nama pelaku penembakan massal di luar negeri.
  • Aksi ABH termasuk self-radicalism, dia mencoba sendiri mengakses konten-konten kekerasan tanpa bantuan dari pihak lain.
  • Sekolah harus awasi perubahan perilaku dan barang bawaan siswa serta memberikan atensi terhadap dugaan perundungan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sudah melakukan analisa pada tulisan-tulisan yang ada di senjata replika yang ditemukan dalam insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara. Senjata replika itu sudah dibawa pelaku peledakan yang berstatus anak berkonflik hukum (ABH) berinisial F ke masjid saat salat Jumat. Momen ini ditangkap oleh CCTV sekolah pada hari ledakan terjadi, Jumat (7/11/2025). Ternyata sederet tulisan yang ada di senjata replika itu adalah nama pelaku teror dan terlibat dalam teori-teori konspirasi.

Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimuna menyatakan, aksi ABH termasuk self-radicalism. artinya ABH betul-betul mencoba sendiri mengakses konten-konten itu tanpa bantuan dari pihak lain, atau terhubung, atau menjadi bagian.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi juga sudah memastikan ABH aktor peledak di SMAN 72 Jakarta Utara bertindak sendiri. Dia tidak tergabung dengan jaringan teror.

"Ya arahnya lebih kepada self-radikalisme, saya kira, bukan misalnya radikalisme kayak jaringan-jaringan teroris yang selama ini diurusi oleh Densus (88) atau BNPT," kata Margaret kepada IDN Times saat ditemui di kantor KPAI, Jakarta, dikutip Rabu (12/11/2025).

1. Deretan tulisan di senjata replika

IMG-20251111-WA0034.jpg
Pelaku ledakan SMAN 72 ditetapkan sebagai Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Margaret mengatakan, hal-hal itu bisa diakses ABH melalui media sosial. Total ada tujuh tulisan yang ada di senjata replika itu, yakni Brenton Tarrant, Alexandre Bissonnette, 14 Words, Fort Agartha, Natural Selection, Welcome to Hell, dan Luca Traini. Dari penelusuran IDN Times, Brenton Tarrant merupakan pelaku penembakan massal di masjid Selandia Baru pada 2019. Dia adalah pelaku penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019 yang menewaskan 51 orang.

Kemudian, Alexandre Bissonnette adalah pelaku penembakan di masjid Quebec, Kanada, 2017. Dia menyerang sebuah masjid di Quebec City, Kanada, pada 29 Januari 2017 silam, menewaskan enam orang dan melukai korban-korban lainnya.

Terdapat pula frasa "14 Words" yang dikenal sebagai slogan teroris domestik Amerika Serikat David Eden Lane, serta "For Agartha" yang berkaitan dengan teori konspirasi supremasi kulit putih. Simbol lain bertuliskan "Natural Selection" yang merujuk pada teori Darwin, dan "Luca Traini", pelaku penembakan bermotif neo-Nazi di Italia..

"Kalau terkait dengan penelusuran, ya kami menganalisanya dari tulisan yang ada di senjata itu. Kan ada sekitar tujuh tulisan. Tapi kan itu tulisan-tulisan merujuk pada peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi di luar negeri. Ada dua nama yang ditulis di situ. Alexandre Bissonnette, kemudian Brenton Tarrant, gitu ya. Tapi, saya meyakini apa yang dia lakukan itu terinspirasi oleh beberapa kejadian ini. Nah, bagaimana dia mendapatkan informasi terkait kejadian ini? Tentu melalui media sosial," kata dia.

2. Pelaku senang menonton konten bernuansa kekerasan

WhatsApp Image 2025-11-11 at 15.03.09.jpeg
Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Dia mengatakan, memang ada temuan ABH senang menonton konten bernuansa kekerasan.

"Sehingga kemudian ya sangat mungkin, karena itu kan sudah menjadi visinya. Menjadi visi, ah ini memang akses konten yang sesuai dengan yang disukai ya, yang disukai atau yang jadi visinya, kemudian itu menjadi lebih menginspirasi. Kalau saya mengatakan lebih dalam lagi, karena sampai ditulis," ujarnya.

Margaret menyatakan, dari fakta yang ada bisa disimpulkan jika sebenarnya ABH cukup cerdas. Pola yang muncul dalam senjata mainan tersebut menjadi buktinya.

"Tapi kan, dia mau menunjukkan sebenarnya. Saya mengatakan anak ini cukup cerdas sebenarnya. Karena apa, beberapa kejadian yang ditulis itu kan saling bertautan sebenarnya," kata dia.

3. Sekolah harus awasi perubahan perilaku dan barang bawaan siswa

WhatsApp Image 2025-11-11 at 15.03.09 (2).jpeg
Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Menyikapi adanya insiden ini dan dugaan adanya perundungan, KPAI mengatakan sekolah harusnya bisa memberikan atensi. Meski pada akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait kenapa bisa lolos bahan peledak masuk ke sekolah hingga pengawasan pada siswa.

"Berarti kalau mengacu dari situasi ini, lain waktu, dengan dasar dari kejadian ini, kalau ada anak-anak yang datang ke sekolah dengan barang bawaan yang tidak pada umumnya, berarti tidak bisa didiamkan. Mesti dicek, kecuali mungkin dia mau penampilan tertentu, atau mau ada acara tertentu yang memang harus bawa barang banyak, barang ganti misalnya. Oke itu ya. Tapi kalau misalkan tiba-tiba bawa seperti itu, berarti tidak boleh didiamkan. Itu satu," kata dia.

Dia juga mengatakan dari penelusuran di lapangam ada kasus-kasus di antara anak-anak. Misalnya, sempat ada informasi, anak ini dulunya sebenarnya ceria waktu kelas 10, tapi kelas 11 udah mulai pendiam, mulai menjadi agak pendiam. Hingga dugaan perundungan, dan itu harus ditelusuri lebih dalam.

"Terus kemudian ada yang bilang kalau anak itu suka menunjukkan tulisan, gambar, atau suka nonton yang kekerasan begitu. Itu nggak ada yang lapor. Tapi sepertinya antara teman ini ada yang tahu," katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Fenomena Memetic Violence Jadi Sorotan, Densus 88 Ungkap Ledakan SMAN 72

12 Nov 2025, 16:25 WIBNews