Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Curhat ke Gubernur Jabar, Bantah Ikut Mulung Sisa Amunisi TNI

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Terpilih, Dedi Mulyadi (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Terpilih, Dedi Mulyadi (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Intinya sih...
  • Keluarga korban protes narasi warga sipil di area pemusnahan amunisi.
  • Anak korban membantah ayahnya masuk secara ilegal, sudah lama bekerja sama TNI AD.
  • Gubernur Dedi Mulyadi analogikan keterlibatan warga sipil sebagai kecelakaan kerja.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengunjungi RSUD Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Selasa (13/5/2025). Di sana ia mendengar curhatan dari keluarga korban yang protes terhadap narasi yang sudah terlanjur beredar soal keberadaan warga sipil di area pemusnahan amunisi yang tidak terpakai di Desa Sagara. 

Seorang warga mengaku, ayahnya sudah lama membantu TNI AD termasuk dalam aktivitas pemusnahan amunisi. "Saya meminta pertanggungjawabannya. Karena bapak saya di situ bukan seperti yang orang-orang pikirin. Bapak saya bukan mulung! Bapak saya di situ kerja sama tentara!" ujar anak korban ketika menyampaikan keluhannya ke Dedi di depan RSUD Pameungpeuk, Garut. 

Anak korban mengetahui hal itu lantaran sudah sejak sekolah ia menyaksikan ayahnya membantu TNI. "Sudah lama bapak saya (kerja sama TNI). Sudah ke mana-mana, sudah ke Manado, Makassar, Bali, Jakarta, Mabes Polri," kata anak korban. 

Keterangan yang disampaikan oleh anak perempuan korban berbeda dari apa yang disampaikan oleh Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi. Jenderal bintang dua itu menduga, warga sipil ikut menjadi korban karena memungut sisa amunisi yang sudah dimusnahkan. 

1. Keluarga bantah korban masuk secara ilegal ke area pemusnahan amunisi

Warga sipil diduga ikut membantu proses pemusnahan amunisi di Kabupaten Garut. (IDN Times/Istimewa)
Warga sipil diduga ikut membantu proses pemusnahan amunisi di Kabupaten Garut. (IDN Times/Istimewa)

Anggota keluarga korban juga membantah ayahnya masuk ke lokasi pemushanan amunisi di Desa Sagara secara ilegal. Ia justru ikut membantu TNI Angkatan Darat (AD) untuk memusnahkan amunisi yang sudah tidak terpakai. 

"Katanya banyak yang bilang kalau bapak saya ke situ nyelonong, ngelawan TNI, itu gak bener!" kata anak korban. 

Pernyataan anak korban tersebut sejalan dengan viralnya video sebelum terjadi ledakan amunisi di Desa Sagara. Dalam video yang viral itu, terlihat dua pria tanpa peralatan yang mumpuni tengah memukul amunisi di sebuah tenda. Mereka tidak terlihat mengenakan pakaian dinas TNI sehingga diduga merupakan warga sipil. 

Sedangkan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berusaha memahami runtutan pengakuan dari para keluarga korban. Dalam pandangannya, keterlibatan warga sipil dalam aktivitas pemusnahan amunisi sama seperti kecelakaan kerja di tempat lain. 

"Jadi, posisinya ini sudah biasa bekerja di situ, dan ini kategorinya adalah sedang melakukan pekerjaan. Ini kategorinya kecelakaan (kerja). Ini kayak orang lagi nyangkul kepancong, orang lagi melaut tenggelam, orang lagi nyetir (mengalami) tabrakan," tutur dia. 

2. Jenazah yang masih dalam keadaan utuh bisa dimakamkan hari ini

Sejumlah amunisi kedaluwarsa yang hendak dimusnahkan. (IDN Times/Istimewa)
Sejumlah amunisi kedaluwarsa yang hendak dimusnahkan. (IDN Times/Istimewa)

Sementara, pihak RSUD Pameungpeuk mengatakan bagi korban yang jenazahnya masih dalam keadaan utuh bisa dibawa pulang oleh keluarga untuk dimakamkan. Sedangkan, jenazah korban yang tidak utuh membutuhkan waktu lebih lama untuk proses identifikasi. 

"Jadi, butuh 12 hari kerja (untuk identifikasi jenazah yang tidak utuh) karena harus ditentukan DNA-nya, yang ini siapa namanya, identitasnya apa. Karena korbannya sudah (tidak utuh)," kata gubernur dari Partai Gerindra itu. 

3. Mabes TNI belum merespons perbedaan pernyataan

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi (Dok. Mabes TNI)
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi (Dok. Mabes TNI)

Sementara, IDN Times sudah menanyakan kepada Kapuspen Mabes TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi untuk meminta tanggapan atas pengakuan keluarga korban di Garut. Namun, hingga berita ini diturunkan, Kristomei belum memberikan respons. Sebelumnya, ia menduga sejumlah warga sipil ikut menjadi korban karena usai pemusnahan amunisi, mereka langsung mendekati titik ledakan untuk memungut sisa amunisi. 

Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Wahyu Yudhayana enggan mengomentari lebih jauh, soal penyebab adanya warga sipil di area pemusnahan amunisi di Desa Sagara. 

"Kita sebaiknya sama-sama menunggu hasil penyelidikan ya. Saya sendiri tidak bijak kalau sudah menyampaikan hasil penyelidikan. Selain itu, saya ingin menghormati warga Desa Sagara," kata Jenderal Bintang Satu itu kepada IDN Times melalui telepon, Senin kemarin. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Sunariyah Sunariyah
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us