17 Orang Terluka saat Latihan Militer di Paju dan Jeju Korsel

- Latihan pasukan cadangan untuk menjaga kesiapan tempur dasar
- Insiden ledakan serupa juga terjadi di Paju
- Presiden Korsel menyerukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut
Jakarta, IDN Times - Angkatan Udara Korea Selatan (Korsel) mengatakan sebuah detonator ranjau darat meledak baru-baru ini, saat latihan pasukan cadangan di pangkalan AU di Seogwipo, pulau selatan Jeju. Akibat insiden yang terjadi pada 10 September 2025 itu, sebanyak 7 orang terluka. Mereka adalah 6 prajurit cadangan dan 1 orang instruktur yang merupakan perwira bintara.
"Mereka semua mengalami luka ringan, seperti lecet dan telinga berdenging. Mereka dirawat di rumah sakit terdekat dan kemudian diperbolehkan pulang," kata AU Korsel pada Kamis (11/9/2025), dikutip dari Korea Herald.
Pangkalan AU tersebut telah meluncurkan penyelidikan melalui kantor inspekur jenderal komando tingkat atasnya, guna menentukan penyebab pasti dan keadaan ledakan tersebut.
1. Latihan pasukan cadangan untuk menjaga kesiapan tempur dasar

Dilansir Korea JoongAng Daily, detonator latihan yang memicu ledakan itu memiliki panjang 6 cm dan diameter 6,5 mm. Latihan pasukan cadangan adalah latihan militer wajib yang harus diikuti oleh setiap personel setelah menyelesaikan tugas aktif mereka.
Latihan yang biasanya diadakan 1-2 kali dalam setahun ini, bertujuan untuk menjaga kesiapan tempur dasar jika terjadi keadaan darurat nasional. Kegiatan mencakup penanganan senjata, gerakan taktis, dan simulasi skenario pertempuran di bawah pengawasan personel tugas aktif.
2. Insiden ledakan serupa juga terjadi di Paju
Di hari yang sama dengan insiden di Jeju, sebuah ledakan terjadi di unit artileri Angkatan Darat di kota Paju, Provinsi Gyeonggi. Dilaporkan, amunisi simulasi yang meledak saat latihan tanpa tembakan itu menyebabkan 10 tentara terluka, dua diantaranya mengalami luka serius.
Para korban diangkut dengan helikopter dan ambulans di Rumah Sakit Ibu Kota Angkatan Bersenjata di Provinsi Gyeonggi dan fasilitas medis di dekat unit tersebut.
Kecelakaan itu terjadi saat latihan rutin yang meibatkan howitzer swagerak K9. Menurut militer, peluru yang meledak bukanlah amunisi aktif. Peluru tersebut merupakan alat peledak simulasi yang digunakan dalam latihan untuk meniru efek ledakan sungguhan.
Perangkat itu biasanya bekerja dengan menyalakan satu dari 24 putaran latihan dengan sinyal listrik. Para pejabat mengatakan karena semua 10 tentara terluka pada saat yang sama, putaran itu diperkirakan meledak secara bersamaan alih-alih menembak satu per satu.
3. Presiden Korsel menyerukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut

Merespons dua insiden tersebut, polisi militer saat ini sedang menyelidiki penyebab pasti ledakan itu.
Presiden Korsel Lee Jae Myung juga menanggapi kedua insiden tersebut, dan menyampaikan simpati terdalamnya kepada anggota layanan yang terluka dan keluarga mereka.
"Militer harus menyelidiki insiden tersebut secara menyeluruh, mengidentifikasi penyebabnya, dan mengambil langkah-langkah konkret. Ini untuk memastikan kecelakaan serupa tidak terulang kembali terhadap mereka yang mengabdikan diri untuk mengabdi kepada negara," ujar Lee.
Disebutkan, negara bertanggung jawab atas perawatan anggota militer yang terluka dan perawatan keluarga mereka selama pelatihan. Pemerintah akan memastikan para prajurit yang terluka menerima perawatan medis terbaik dan akan melakukan segala yang dapat dilakukan untuk mendukung keluarga mereka.