7 Fakta Kaliningrad, Wilayah Rusia yang Terpisah dari Negara Induk

Jakarta, IDN Times - Konflik militer antar negara bisa berujung pada perjanjian politik yang rumit. Salah satunya menyangkut kekuasaan wilayah. Dalam Perang Dunia Kedua, Uni Soviet yang mengalahkan Jerman, merebut Konigsberg dan mengubahnya menjadi Kaliningrad.
Wilayah Kaliningrad tersebut, saat ini adalah bagian dari wilayah Federasi Rusia, tapi terpisah dari negara induk. Untuk kondisi seperti itu, Kaliningrad disebut eksklave Rusia, atau wilayah Rusia yang terpisah dari wilayah negara induknya.
Posisi Kaliningrad berada di pesisir Laut Baltik, terjepit di antara Polandia dan Lithuania. Jarak Kaliningrad ke ibu kota Moskow, lebih dari 1.200 kilometer. Orang-orang Kaliningrad lebih dekat jika bepergian ke negara Lithuania, Polandia atau Jerman dari pada ke negara induknya sendiri.
Berikut ini adalah tujuh fakta Kaliningrad, salah satu eksklave di dunia yang dimiliki oleh Federasi Rusia.
1. Uni Soviet merebut Kaliningrad dari Jerman

Kaliningrad awalnya adalah bagian dari Kerajaan Prusia dengan nama Koenigsberg. Setelah kekalahan dalam Perang Dunia Pertama, kerajaan tersebut berubah menjadi Republik Weimar atau secara resmi Reich Jerman.
Beberapa wilayah barat Jerman dikuasai Polandia dan wilayah Koenigsberg menjadi eksklave Jerman yang terpisah dari negara induknya. Ketika Perang Dunia Kedua terjadi, tentara Soviet berhasil merebut Koenigsberg pada April 1945 dan dimiliki Soviet setelah perjanjian Postdam dilakukan.
Menurut Reuters, pada tahun 1946, Koenigsberg diubah namanya oleh Soviet menjadi Kaliningrad untuk menghormati pemimpin Mikhail Kalinin. Uniknya, Kalinin disebut tak pernah benar-benar mengunjungi daerah tersebut.
2. Alasan utama Kaliningrad menjadi eksklave Rusia

Ketika Soviet menjadi salah satu negara yang mengalahkan Jerman, Kaliningrad belum menjadi eksklave. Itu karena Soviet juga menguasai Polandia dan Lithuania, yang dulu menjadi bagiannya. Oleh karena itu Kaliningrad masih terhubung wilayah Soviet.
Ketika Polandia merdeka pada tahun 1989, Soviet sudah diambang kehancuran. Kaliningrad saat itu masih terhubung dengan Lithuania wilayah Soviet. Pada 26 Desember 1991, Soviet akhirnya runtuh dan Lithuania memerdekakan diri pada 11 Maret 1990. Saat itulah Kaliningrad kemudian menjadi eksklave dari Federasi Rusia.
Jumlah populasi Kaliningrad, menurut Thought Co saat ini sekitar satu juta orang. Sekitar 400 ribu penduduk tinggal terpusat di daerah metropolitan dan sisanya tersebar. Sekitar seperlima Kaliningrad adalah wilayah yang masih berhutan.
3. Rusia menguasai Kaliningrad sebanyak dua kali

Luas wilayah Kaliningrad adalah 15.100 kilometer persegi. Wilayah ini hampir sama dengan provinsi Bangka Belitung di Indonesia, yang luasnya 16.424 kilometer persegi. Kaliningrad terbagi menjadi tiga distrik yakni Leningradsk, Moskovsky, dan Tsentralny.
Kota ini mulai berdiri pada tahun 1255, dibangun oleh para Ksatria Teutonik dengan benteng di sebuah bukit bernama Konigsberg. Dalam Perang Tujuh Tahun, Kekaisaran Rusia menguasai tempat itu pada tahun 1758.
Dikutip dari Study in Russia, pada tahun 1762, kota itu kembali dikuasai oleh Kerajaan Prusia. Tapi pada Perang Dunia, Kaliningrad kembali diambil oleh Tentara Merah yang akhirnya menguasainya sampai saat ini. Itu berarti Rusia mengambil Kaliningrad sebanyak dua kali dari Jerman.
4. Penduduk Kaliningrad perlu visa untuk pergi ke Rusia

Mungkin terdengar aneh jika seorang penduduk sebuah negara, perlu visa untuk mengunjungi tempat lain di negaranya sendiri. Tapi itu benar-benar terjadi bagi penduduk Kaliningrad.
Kaliningrad terhubung dalam jalur darat dengan kereta api ke Moskow. Tapi jalur kereta api tersebut itu melewati Lithuania dan Latvia. Ketika dua negara itu bergabung dengan Uni Eropa (UE), secara otomatis penduduk Kaliningrad perlu visa jika ingin pergi ke Rusia lewat jalur darat.
Dilansir The Guardian, karena letaknya yang bisa dibilang terisolasi secara geografis dari induk wilayah, penduduk di Kaliningrad lebih banyak yang memiliki paspor. Anna Alimpiyeva, seorang sosiolog, mencatat lebih dari 70 persen dari sekitar satu juta penduduk Kaliningrad punya paspor. Jika dibandingkan dengan angka nasional penduduk Rusia, itu jauh lebih banyak karena hanya sekitar 30 persen penduduk Rusia yang memiliki paspor.
Rusia pernah menjalin kerjasama jalur kereta dengan Lithuania sebagai daerah transit yang bebas visa untuk penduduk Kaliningrad jika ingin pergi ke Rusia.
5. Pusat industri mobil dan amber

Sebagai wilayah yang lebih dekat dengan dengan UE, industri di Kaliningrad bergerak lebih maju. Selain memiliki industri perikanan yang kecil, Kaliningrad juga memiliki industri perakitan dan distribusi mobil serta elektronik. Tujuan utamanya adalah untuk pasar Rusia.
Avtotor, sebuah perusahaan mobil Rusia, berpusat di Kaliningrad. Selain itu, ada juga perusahaan luar yang membangun pabriknya di Kaliningrad, yakni Kia Motors dan BMW.
Kia bekerjasama dengan Avtotor dalam memproduksi Carnival. Sedangkan BMW dikabarkan telah bekerjasama dengan Avtotor sejak tahun 1999. Produksi mobil BMW di Kaliningrad adalah X5, X6, X7 dan BMW 5-series.
Selain sebagai industri perakitan mobil, Kaliningrad juga pusat produksi amber yang digunakan untuk perhiasan dan dekorasi. Produksi amber dilakukan dengan pembukaan tambang terbuka pada kedalaman 12 hingga 50 meter. Ini salah satu produk andalan Kaliningrad.
6. Kaliningrad tempat tumbuh dua tokoh pemikir raksasa, Immanuel Kant dan Hannah Arendt

Jerman adalah negeri para pemikir dan filsuf. Negara itu banyak sekali melahirkan para pemikir besar dan filsuf yang hebat. Ketika masih Konigsberg bagian Jerman, Kaliningrad adalah tempat tumbuhnya dua tokoh pemikir raksasa dunia.
Tokoh pertama adalah Immanuel Kant dan tokoh yang agak terlupakan adalah Hannah Arendt. Kant adalah salah satu filsuf moral terbesar di dunia. Dia lahir dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di wilayah tersebut.
Kant lahir pada tahun 1724 ketika Kaliningrad menjadi bagian Kerjaan Prusia. Ketika wilayah itu direbut Kekaisaran Rusia, dia tidak mau meninggalkan lingkungannya. Dikutip dari The New European, Kant pernah berkata "kota seperti itu adalah tempat yang tepat untuk memperoleh pengetahuan tentang manusia dan dunia bahkan tanpa bepergian."
Filsuf lain yang pernah lahir di Kaliningrad adalah Hannah Arendt. Dia lahir pada 1906 di Hanover sebagai seirang Yahudi-Jerman. Dia adalah penulis The Origins of Totalitarianism, salah satu buku luar biasa yang masih menjadi bahan utama diskusi para pemikir saat ini, untuk melihat peristiwa akar kekerasan dalam sebuah masyarakat.
Pada usia tiga tahun, Arendt dibawa orang tuanya ke Kaliningrad yang saat itu masih bernama Konigsberg. Ketika Perang Dunia Pertama terjadi dan Tentara Merah mulai mendekati wilayah itu, dia dan keluarganya melarikan diri ke Berlin. Dia selamat dari peristiwa Holocaust, hidup dan meninggal di Amerika Serikat.
7. Kaliningrad adalah markas Armada Baltik Rusia

Selama dikuasai Rusia, Kaliningrad menjadi markas besar Armada Laut Baltik. Armada ini menguasai pangkalan angkatan laut Kronstadt dan Baltiysk. Sejak Soviet, Armada Baltik telah memiliki peran mempertahankan St. Petersburg dari gempuran Jerman.
Menurut Encyclopedia, pada pertengahan tahun 2000, armada tersebut memiliki sekitar 100 kapal tempur berbagai jenis, dengan dilengkapi total 112 pesawat. Ini diperkirakan termasuk tiga kapal penjelajah, dua kapal perusak dan 18 kapal fregat. Angkatan bersenjata yang ditempatkan di Armada Baltik, bahkan ukurannya disebut sebanding dengan seluruh tentara Polandia.
Sebagai wilayah yang terjepit di tengah negara-negra UE dan NATO, Rusia telah melengkapi Kaliningrad dengan sistem pertahanan rudal balistik jarak pendek Iskander pada tahun 2013. Rudal ini diketahui mampu membawa hulu ledak nuklir.
Penempatan rudal tersebut dilakukan sebagai tanggapan penyebaran rudal AS dan NATO di Eropa. Dikutip dari Deutsche Welle, pada tahun 2018 ketika ditanya tentang hal itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab "penyebaran satu senjata atau lainnya, penempatan unit militer dan sebagainya di wilayah Rusia, secara eksklusif merupakan masalah kedaulatan untuk Federasi Rusia."
"Rusia telah tidak pernah mengancam siapa pun. Tentu saja, Rusia memiliki hak berdaulat ini. Seharusnya tidak ada alasan bagi siapa pun untuk khawatir," ujar Peskov.