AS Kehabisan Uang Sediakan Lebih Banyak Senjata untuk Ukraina

Jakarta, IDN Times- Amerika Serikat (AS) mengaku kehabisan uang dan waktu untuk menyediakan lebih banyak senjata bagi Ukraina. Gedung Putih pun mendesak kongres untuk segera menyetujui rencana pendanan dan dukungan tambahan.
Peringatan yang dikeluarkan pada Senin (4/12/2023) melalui surat kepada pemimpin Kongres menerangkan, pemerintah telah menghabiskan dana sekitar 111 milar dolar AS (Rp1,72 kuadriliun) untuk Ukraina.
“Saya ingin memperjelas, tanpa tindakan kongres, pada akhir tahun ini kita akan kehabisan sumber daya untuk membeli lebih banyak senjata dan peralatan untuk Ukraina dan untuk menyediakan peralatan dari persediaan militer AS,” kata Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, Shalanda Young.
1. Gedung Putih minta Kongres tindak lanjuti permintaan dana tambahan Oktober
Proposal dana terbaru diusulkan setelah Gedung Putih meminta Kongres menindaklanjuti permintaan dana tambahan sebesar 100 miliar dolar AS (Rp1.5 triliun) pada Oktober. Dana itu akan digunakan untuk memajukan keamanan nasional hingga mendukung sekutu dan mitra AS.
Permintaan disesuaikan dengan kebutuhan keamanan perbatasan, sekutu di Indo-Pasifik, Israel dan Ukraina. Anggaran 61 milar dolar AS (Rp945,8 miliar) mencangkup dana untuk Ukraina dan 30 miliar dolar AS (Rp465,1 miliar) untuk mengisi kembali peralatan Departemen Pertahanan.
Dalam surat Young untuk DPR dan Senat, dia mengatakan bahwa kegagalan untuk memberikan lebih banyak dana akan membuat Ukraina tertekan di medan perang dan membahayakan kemajuan yang telah mereka capai. Kegagalan pendanaan juga memungkinkan Rusia memperoleh kemenangan militer di Ukraina.
“Tidak ada dana ajaib yang tersedia untuk memenuhi momen ini. Kami kehabisan uang dan waktu,” kata Young.
2. Usulan dana Biden kurang disambut baik
Presiden AS Joe Biden telah meminta paket bantuan tambahan senilai 106 milar dolar AS (Rp1,64 kuadriiun) untuk Ukraina, Israel dan kebutuhan lainnya. Namun, paket tersebut tidak disambut baik oleh Capitol Hill.
“Kongres harus memutuskan apakah akan terus mendukung perjuangan kebebasan di Ukraina sebagai bagian dari koalisi 50 negara yang telah dibangun oleh Presiden Biden, atau apakah Kongres akan mengabaikan pelajaran yang telah kita dapat dari sejarah dan membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menang,” kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.
“Sesederhana itu. Ini adalah pilihan yang sulit dan kami berharap Kongres secara bipartisan akan membuat pilihan yang tepat,” tambahnya.
3. Kongres AS berada dalam ambang kesalahan
Senator Demokrat, Mark Warner, pekan lalu mengatakan bahwa Kongres AS berada di ambang membuat kesalahan yang fatal.
“Saya pikir jika Kongres tidak memberikan bantuan sebelum Natal, itu akan menjadi kesalahan bersejarah,” kata Warner.
“Israel akan memenangkan pertempurannya melawan Hamas tanpa bantuan AS. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina tidak akan menang, dan kita berada pada saat kritis dimana serangan Amerika Serikat setelah apa yang terjadi beberapa bulan lalu akan menjadi bencana yang tidak ada bandingannya," katanya.
Washington Post melaporkan, keraguan antara Washington dan Kiev mengenai operasi militer Rusia mungkin telah merusak momentum serangan balasan Ukraina yang telah digemborkan.
“Saat musim dingin mendekat, dan garis depan membeku, para pejabat militer paling senior di Ukraina mengakui bahwa perang telah menemui jalan buntu,” tulis Washington Post.