Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Tuduh Tencent dan CATL Kolaborasi dengan Militer China 

ilustrasi bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)
Intinya sih...
  • Pentagon memasukkan 134 perusahaan, termasuk Tencent dan CATL, ke dalam daftar yang diduga bekerja sama dengan militer China.
  • Penempatan perusahaan dalam daftar ini tidak berarti larangan perdagangan langsung, namun memberikan peringatan kepada perusahaan AS untuk berhati-hati.
  • Keputusan ini mencerminkan ketegangan antara AS dan China serta menjadi salah satu tindakan AS untuk menghadapi ancaman terhadap keamanan nasionalnya.

Jakarta, IDN Times – Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali menyoroti perusahaan teknologi asal China. Kali ini, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) memasukkan sejumlah perusahaan besar, termasuk Tencent dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), ke dalam daftar perusahaan yang diduga bekerja sama dengan militer China.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi AS untuk membendung modernisasi militer China yang dianggap memanfaatkan teknologi sipil.

Pengumuman terbaru ini muncul dalam suasana hubungan yang tegang antara dua ekonomi terbesar dunia. Penambahan nama-nama baru ke dalam daftar tahunan ini, yang dikenal sebagai Section 1260H list, dilakukan pada awal Januari 2025.

1. AS tambahkan Tencent dan CATL ke daftar perusahaan terkait militer China

Menurut keterangan dari Pentagon, Tencent, perusahaan yang juga mengelola aplikasi pesan WeChat, dan CATL, produsen baterai besar dunia, masuk ke dalam daftar yang diterbitkan di Federal Register pada Selasa (7/1/2025). Total, daftar tersebut kini mencakup 134 perusahaan yang diduga memiliki keterkaitan dengan militer China.

“Penambahan perusahaan-perusahaan ini menjadi langkah penting untuk melindungi teknologi sensitif AS,” kata Craig Singleton, pakar dari Yayasan untuk Pertahanan Demokrasi (FDD), dilansir VOA News.

Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut dianggap mendukung modernisasi militer China.

Tencent dan CATL membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataan resmi, Tencent menyebut bahwa keputusan tersebut adalah “kesalahan yang jelas.”

“Kami bukan perusahaan militer atau pemasok. Daftar ini tidak berdampak pada operasional bisnis kami,” kata juru bicara Tencent kepada BBC.

Sementara itu, CATL menyatakan bahwa perusahaannya tidak terlibat dalam aktivitas terkait militer.

“Tuduhan ini melanggar prinsip kompetisi pasar dan aturan perdagangan internasional yang sering didukung AS sendiri,” ujar Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington.

2. Daftar ini bukan berarti larangan langsung

Penempatan perusahaan dalam daftar Section 1260H tidak berarti larangan perdagangan langsung, namun memberikan peringatan kepada perusahaan AS untuk berhati-hati. Tindakan ini juga dapat menekan Departemen Keuangan AS untuk memberlakukan sanksi lebih lanjut.

Sebagai langkah lanjutan, Pentagon disebut menghadapi tekanan dari sejumlah anggota parlemen AS untuk memasukkan beberapa nama perusahaan baru ke daftar tersebut, termasuk CATL. Hal ini dipicu oleh rencana perusahaan otomotif AS, Ford Motor, untuk mendirikan pabrik baterai di Michigan dengan lisensi teknologi dari CATL.

Dalam laporan NHK, Pentagon menjelaskan bahwa daftar ini merupakan bagian dari upaya untuk menyoroti dan melawan strategi military-civil fusion China, yang bertujuan mempercepat modernisasi militernya melalui teknologi sipil.

3. Respons pasar dan dampaknya terhadap reputasi perusahaan

Keputusan ini berdampak pada pasar saham. Saham Tencent yang diperdagangkan di Hong Kong tercatat turun hingga 7 persen pada Selasa (7/1/2025). CATL juga mengalami penurunan sebesar 4 persen pada hari yang sama.

Dilansir VOA News, dampak dari masuknya perusahaan dalam daftar ini dapat merugikan reputasi perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, langkah ini menjadi peringatan keras bagi entitas AS agar tidak melakukan bisnis dengan perusahaan yang diduga berkontribusi pada modernisasi militer China.

Namun, beberapa perusahaan yang masuk dalam daftar sebelumnya, seperti DJI dan Hesai Technologies, telah mengambil langkah hukum untuk melawan keputusan tersebut. Kedua perusahaan tersebut menggugat Pentagon pada tahun lalu, namun hingga kini masih berada dalam daftar yang diperbarui.

4. Hubungan AS dan China tetap memanas

Langkah ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara AS dan China. Selain daftar terbaru ini, Washington juga telah memberlakukan berbagai pembatasan terhadap perusahaan teknologi China lainnya dalam beberapa tahun terakhir.

Keputusan ini menjadi salah satu dari sekian banyak tindakan AS untuk menghadapi apa yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasionalnya. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda hubungan antara dua negara ini akan membaik dalam waktu dekat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us