Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Assad Dituding Gunakan Senjata Kimia terhadap Warga Suriah

bendera Suriah (pexels.com/Engin Akyurt)
bendera Suriah (pexels.com/Engin Akyurt)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), pada Kamis (5/12/2024), menuding rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil Suriah saat merasa terancam. Tuduhan ini muncul seiring kemajuan pesat yang dicapai oleh pemberontak Suriah dalam sepekan terakhir, yang berhasil merebut beberapa kota yang dikuasai pemerintah.

“Sekelompok kecil negara yang hadir di majelis ini jelas lebih memilih untuk menyembunyikan kebenaran tentang penggunaan senjata kimia yang berulang kali dilakukan oleh rezim Assad terhadap rakyat Suriah,” kata Wakil utusan AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Robert Wood, dalam sesi Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah.

"Dalam situasi seperti yang kita hadapi hari ini, ketika rezim Assad merasa sangat terancam, penting untuk diingat bahwa rezim tersebut sebelumnya telah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri," tambahnya, seraya berjanji bahwa mereka yang terlibat dalam kejahatan tersebut akan dimintai pertanggungjawaban.

1. Rusia sebut tuduhan itu dibuat demi cemari reputasi Suriah dan sekutunya

Dilansir dari Anadolu, Wood, fakta mengenai penggunaan senjata kimia tersebut sudah jelas, meskipun rezim dan para pendukungnya berusaha mendistorsi kebenaran.

“Saat ini, ketika kami melihat rezim dan para pendukungnya meningkatkan serangan terhadap warga sipil di Aleppo dan Idlib. Pesan kami sederhana, mata komunitas internasional tertuju pada Anda dan akan tetap tertuju pada Anda sampai keadilan dan akuntabilitas tercapai,” ujarnya, seraya meminta agar Dewan Keamanan terus menangani masalah terkait senjata kimia di Suriah.

Pekan ini, White Helmet, organisasi pertahanan sipil Suriah yang beroperasi di wilayah yang dikuasai oposisi, juga telah memperingatkan tentang risiko penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil dalam upaya menghentikan pemberontak.

Rezim Assad juga disebut mengaku telah melanjutkan produksi dan pengembangan senjata kimia, menurut laporan dari Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Namun, Dmitry Polyanskiy, wakil utusan Rusia untuk PBB, menuduh OPCW mengikuti semua perintah Barat demi mencemari reputasi Suriah dan sekutunya. Ia menyebut organisasi itu didirikan secara tidak sah untuk membuat kebohongan secara profesional.

"Barat terus berbohong, mengubah jaringan kebohongan ini menjadi simpul besar alih-alih melakukan penyelidikan yang jujur dan objektif di OPCW," kata Polyanskiy.

2. Penggunaan senjata kimia merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional

Penasihat untuk Misi Permanen Turki di PBB, Erman Cetin, mengatakan bahwa penggunaan senjata kimia di Suriah merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan martabat manusia sekaligus menghalangi prospek untuk mengakhiri konflik.

“Komunitas internasional harus terus menekan Damaskus untuk sepenuhnya mematuhi kewajibannya berdasarkan konvensi dan bekerja sama tanpa syarat dengan OPCW,” kata Cetin.

Ia menambahkan, Turki sangat mengutuk penggunaan senjata kimia di mana pun dan kapan pun, dan berjanji untuk memberikan dukungan yang diperlukan kepada PBB dan OPCW untuk meningkatkan upaya pelarangan senjata tersebut.

Nidal Shikhani, direktur jenderal Pusat Dokumentasi Pelanggaran Kimia Suriah (CVDCS), menyebut senjata kimia telah mengubah kehidupan warga Suriah menjadi seperti neraka.

“Penggunaan senjata tersebut telah menyebabkan cacat saat melahirkan dan trauma psikologis pada para korban, selain kematian hewan dan kerusakan tanah,” ungkapnya, seraya mendesak strategi baru untuk menyingkirkan senjata pemusnah massal dan memastikan akuntabilitas pengguna senjata tersebut.

3. Pemberontak berhasil merebut kota Hama

Di Suriah utara, para pemberontak berhasil merebut kota Hama usai militer menarik pasukannya pada Kamis. Ini merupakan kemenangan terbaru bagi oposisi sejak mereka melancarkan serangan kilat 8 hari lalu sekaligus pukulan besar terhadap Presiden Assad.

Tentara Suriah menyatakan bahwa mereka menarik pasukannya usai terjadi bentrokan sengit di Hama. Tentara kini ditempatkan di luar kota untuk melindungi warga sipil dan mencegah pertempuran di perkotaan.

Tayangan televisi memperlihatkan para pemberontak berparade di Hama hingga malam hari, diiringi dengan tembakan perayaan. Rekaman lainnya menunjukkan para tahanan keluar dari penjara setelah dibebaskan oleh pemberontak.

Komandan pemberontak mengatakan bahwa mereka siap bergerak ke selatan menuju Homs, sebuah kota yang menghubungkan ibu kota Damaskus dengan wilayah utara.

"Waktunya telah tiba,” kata pemberontak dalam sebuah pernyataan, seraya mengajak penduduk Homs untuk bangkit dalam revolusi. 

Usai merebut kota Aleppo pekan lalu, pemberontak terus maju ke selatan dari wilayah mereka di barat laut Suriah. Pertempuran berlangsung sengit di desa-desa sekitar Hama selama 2 hari, namun begitu pemberontak memasuki kota, pertempuran segera berakhir dalam dalam hitungan jam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us