Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Belgia Tolak Cabut Sanksi Israel Meski Ada Gencatan Senjata

bendera Belgia (unsplash.com/Boudewijn Huysmans)
bendera Belgia (unsplash.com/Boudewijn Huysmans)
Intinya sih...
  • Belgia siap bantu implementasi gencatan senjata
  • Pengumuman gencatan senjata setelah 2 tahun perang
  • Warga Gaza dan pemimpin dunia antusias dengan kabar tersebut
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Belgia menyambut baik pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Namun, Menteri Luar Negeri Maxime Prevot menegaskan bahwa sanksi terhadap Tel Aviv akan tetap berlaku.

Ia menilai masih terlalu dini untuk mencabut sanksi apa pun terhadap Israel. Ia menyebutkan bahwa beberapa di antaranya bahkan belum diterapkan.

“Kesepakatan telah dicapai. Baru kemarin, misalnya, saya senang akhirnya berhasil menutup celah dalam sistem yang memungkinkan transit senjata potensial ke Israel. Tidak ada lagi kemungkinan transit, tidak ada lagi barang dengan penggunaan ganda yang dapat dikirim ke Israel untuk tujuan militer,” tuturnya kepada RTL pada Kamis (9/10/2025).

1. Belgia siap bantu implementasi gencatan senjata

Prevot mengatakan bahwa prioritas utama Belgia adalah memastikan akses bantuan kemanusiaan di Gaza di tengah krisis kemanusiaan yang masih berlangsung. Mengenai kemungkinan pengakuan terhadap negara Palestina, ia mengatakan bahwa posisi Belgia bergantung pada peran Hamas di Gaza di masa depan.

"Kondisinya sudah jelas. Di satu sisi, pembebasan para sandera dan di sisi lain, fakta bahwa Hamas tidak akan memainkan peran apa pun dalam pemerintahan Palestina di masa depan," ujarnya.

Dalam pernyataan terpisah di platform media sosial X, menteri Belgia itu menggambarkan gencatan senjata tersebut sebagai langkah penting menuju perdamaian, pencabutan blokade bantuan, dan pembebasan sandera.

“Saya mendorong semua pihak untuk mempertahankan upaya mereka untuk benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk bergerak cepat menuju jalan perdamaian,” tulisnya, seraya menambahkan bahwa Belgia siap mendukung pelaksanaan rencana tersebut, dikutip dari Anadolu.

2. Pengumuman gencatan senjata tercapai setelah 2 tahun perang

Pernyataan tersebut disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan oleh AS.

“Ini berarti SEMUA sandera akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik Pasukan mereka sesuai kesepakatan,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya pada Rabu (8/10/2025) malam.

Berdasarkan tahap pertama gencatan senjata, Hamas dan faksi Palestina lainnya diharuskan membebaskan 20 sandera Israel yang diyakini masih hidup, dan menyerahkan jenazah 28 lainnya yang masih berada di Gaza. Sementara itu, Israel diwajibkan membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina berdasarkan daftar yang diberikan oleh Hamas. Daftar itu juga mencakup ratusan warga Gaza yang ditangkap oleh Israel sejak dimulainya perang pada Oktober 2023.

Pengumuman ini disampaikan setelah 3 hari perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel di kota Sharm el-Sheikh, Mesir. Pejabat senior dari Qatar, Turki, Mesir, dan AS turut bergabung dalam perundingan tersebut.

3. Warga Gaza dan pemimpin dunia antusias dengan kabar tersebut

Meski gencatan senjata belum mulai berlaku, kabar tersebut langsung disambut dengan suka cita di seluruh dunia. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa lembaganya siap untuk meningkatkan pengiriman bantuan dan meluncurkan upaya pemulihan dan rekonstruksi di Gaza.

Bagi masyarakat Gaza sendiri, kesepakatan ini memberikan jeda dari dua tahun serangan Israel dan pembatasan bantuan yang telah menewaskan lebih dari 67 ribu orang serta memicu kelaparan meluas.

“Warga bersorak begitu mendengar kabar gencatan senjata setelah lebih dari dua tahun penderitaan, kehancuran, pengungsian, dan janji-janji yang diingkari. Orang-orang dengan sangat berharap menantikan untuk dapat berkumpul kembali dengan orang-orang tercinta, bahkan hanya untuk memiliki waktu sejenak berduka atas apa yang telah mereka alami," kata koresponden Al Jazeera di Gaza, Tareq Abu Azzoum.

Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa kesepakatan ini masih jauh dari jaminan perdamaian abadi.

“Ini hanyalah kesepakatan untuk tahap pertama. Ini mencakup pertukaran sandera, penghentian pembunuhan massal yang selama ini terjadi di Gaza, dan memungkinkan masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan. Namun belum bisa dipastikan apakah genosida ini akan kembali terjadi dan apakah Israel benar-benar akan mengizinkan Gaza dibangun kembali?" ungkap analis politik Timur Tengah, Omar Baddar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Polda Metro Limpahkan Berkas Perkara Delpedro dkk ke Kejati DKI

10 Okt 2025, 16:02 WIBNews