Calon Menhan AS Dukung Israel Habisi Seluruh Anggota Hamas

Jakarta, IDN Times - Pete Hegseth, calon menteri pertahanan yang diusulkan oleh presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump, menyatakan dukungan besarnya terhadap serangan militer Israel di Gaza. Ia bahkan mendukung Israel untuk membunuh setiap anggota Hamas.
“Saya seorang Kristen, dan saya sangat mendukung negara Israel dan pertahanan eksistensialnya. Saya mendukung Israel menghancurkan dan membunuh setiap anggota Hamas," kata Hegseth dalam sidang konfirmasi di Komite Angkatan Bersenjata Senat pada Selasa (14/1/2025). Sidang tersebut berfokus pada rekam jejaknya di masa lalu.
Hegseth, seorang tokoh televisi yang tidak punya pengalaman sebelumnya di pemerintahan, merupakan salah satu nominasi Trump yang paling kontroversial. Ia pernah menghadapi tuduhan pelecehan seksual dan penyalahgunaan alkohol, serta mengucapkan, "Bunuh semua Muslim" ketika dalam kondisi mabuk.
Ia juga dikritik karena mendukung pengampunan terhadap veteran AS yang dihukum atas kejahatan perang di Irak dan Afghanistan pada 2019.
1. Pernyataan Hegseth tuai kecaman keras
Sedikitnya tiga pengunjuk rasa ditahan karena menginterupsi jalannya sidang. Mereka menyebut Hegseth sebagai Zionis Kristen yang mendukung perang di Gaza.
Josephine Guilbeau, mantan perwira intelijen Angkatan Darat AS, dan Greg Stoker, mantan prajurit Angkatan Darat AS, termasuk di antara para pengunjuk rasa yang ditangkap pada awal sidang tersebut.
Guilbeau mengatakan bahwa ia terdorong untuk melakukan tindakan tersebut setelah setahun penuh mengirim email, telepon, dan upaya lainnya untuk mendesak Washington agar menghentikan dukungannya terhadap Israel.
"Saya tidak pernah memalingkan muka, tidak sekalipun. Saya tahu persis apa yang telah terjadi dan (para politisi) menolak mengakui kebenaran, dan mereka sedang menjatuhkan negara kami," ujarnya, dilansir dari The National.
2. Israel-Hamas sepakat lakukan gencatan senjata
Setelah 15 bulan perang, Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Kesepakatan tersebut, yang rencananya mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025), mencakup gencatan senjata awal selama 6 minggu, diikuti dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza. Sisa sandera yang ditawan oleh Hamas akan dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Namun, kesepakatan tersebut baru akan dianggap sah oleh Israel setelah disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah negara itu. Adapun rapat kabinet untuk pemungutan suara tersebut, yang dijadwalkan pada Kamis (16/1/2025), telah ditunda.
Sementara itu, kelompok garis keras dalam pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih berharap untuk menghentikan kesepakatan tersebut. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengatakan partainya hanya akan bertahan di pemerintahan jika Israel terus melanjutkan perang di Gaza sampai Hamas dikalahkan.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir juga mengancam akan mundur dari pemerintahan jika gencatan senjata disetujui.
3. Sebanyak 71 orang tewas akibat serangan Israel baru-baru ini
Berita tentang gencatan senjata ini langsung disambut suka cita oleh masyarakat Gaza. Beberapa dari mereka menyerukan agar kesepakatan itu dilaksanakan lebih cepat.
“Kami kehilangan rumah setiap jam. Kami menuntut agar kegembiraan ini tidak hilang, kegembiraan yang tergambar di wajah kami, jangan sia-siakan dengan menunda penerapan gencatan senjata hingga Minggu,” kata warga Gaza yang bernama Mahmoud Abu Wardeh, dilansir dari Reuters.
Sementara itu, serangan udara Israel terus berlanjut di Gaza pada Kamis, tak lama setelah kesepakatan senjata gencatan senjata diumumkan. Mahmoud Basal, juru bicara Layanan Darurat Sipil Palestina, melaporkan bahwa sedikitnya 71 warga Palestina tewas dan 200 lainnya terluka dalam serangan itu.
Menurut pihak berwenang Gaza, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 46 ribu warga Palestina dan memaksa sebagian besar populasi wilayah tersebut, yang berjumlah 2,3 juta jiwa, mengungsi.
Konflik ini berawal ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang dilaporkan menewaskan 1.139 orang dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya disandera.