Conclave Mulai 7 Mei, Ini Tahapan Pemilihan Paus Baru

Jakarta, IDN Times - Para kardinal telah memilih 7 Mei sebagai tanggal untuk memulai Conclave atau Konklaf dan memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik seluruh dunia. Vatikan mengungkapkan tanggal ini, sehingga conclave mulai 7 Mei 2025.
Selama berabad-abad, pemimpin Gereja Katolik telah dipilih dalam pertemuan yang sangat rahasia yang dikenal sebagai Conclave atau Konklaf. Artinya adalah 'dengan kunci' yang merupakan penghormatan kepada para kardinal yang dikurung sampai paus baru dipilih.
Para kardinal yang ditugaskan untuk memilih paus berikutnya mengikuti proses rumit yang berakar pada Abad Pertengahan. Namun, ritual seperti yang kita kenal sekarang telah direvisi oleh paus-paus berikutnya.
Sebagian besar buku aturan modern yang diikuti para kardinal dirombak oleh Yohanes Paulus II dalam konstitusi Apostolik tahun 1996 yang dikenal sebagai "Universi Dominici Gregis," dengan beberapa penyesuaian lebih lanjut oleh Benediktus XVI.
Setelah tanggal ditetapkan, para kardinal elektor menuju ke tempat konklaf - Kapel Sistina Vatikan. Seorang kandidat membutuhkan dua pertiga suara yang diberikan untuk dapat dipilih.
Dari sumpah yang khidmat hingga prosedur pemungutan suara yang rumit dan asap putih yang terkenal, berikut cara pemilihan paus baru sebagaimana proses yang telah berlangsung selama berabad-abad itu berlangsung, dikutip dari CNN.
1. Para Kardinal berkumpul
Para kardinal akan berkumpul. Mereka tidak berjalan di lantai, melainkan di atas panggung kayu tinggi yang dilapisi kain krem untuk melindungi marmer mosaik di bawahnya. Pada 2013, pemblokir sinyal dipasang untuk mencegah panggilan, teks, atau akses internet. Kapel Sistina ditutup total selama konklaf untuk menjamin kerahasiaan penuh.
Secara teknis, setiap pria Katolik dapat menjadi paus, meskipun dalam praktiknya, paus baru dipilih dari dan oleh Dewan Kardinal, seperti yang telah terjadi sejak 1379.
Meskipun saat ini ada lebih dari 250 kardinal di seluruh dunia, hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang diizinkan untuk memberikan suara. Jumlah kardinal yang memenuhi syarat adalah 135 orang.
Meskipun banyak kardinal tinggal dan bekerja di Vatikan, sebagian besar tersebar di seluruh dunia dan diharuskan untuk pergi ke Roma kecuali mereka terhalang oleh sakit atau halangan serius lainnya.
2. Prosesi ke Kapel Sistina
Pada hari pertama konklaf, para kardinal akan berkumpul untuk musa khusus di Basilika Santo Petrus. Biasanya misa ini berlangusng di pagi hari.
Kemudian pada sore hari, para kardinal berkumpul di Kapel Paulus dengan mengenakan pakaian paduan suara sebelum berjalan ke Kapel Sistina sambil menyanyikan 'Veni Creator'.
3. Sumpah kerahasiaan
Urutan pertama tugas para kardinal adalah mengambil sumpah kerahasiaan. "Dan saya (nama depan) Kardinal (nama belakang), berjanji, berikrar dan bersumpah. Semoga Tuhan menolong saya dan Injil Suci ini yang saya sentuh dengan tangan saya," demikian sumpah yang harus diucapkan para kardinal.
Mereka mengucapkan masing-masing, sesuai urutan senioritas. Kemudian pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan memberikan perintah 'Extra omnes' yang berarti mereka yang ekstra, pergi. Ini adalah terakhir kalinya kita melihat para kardinal sampai paus baru terpilih.
4. Pemungutan suara
Proses pemungutan suara dilakukan dalam sesi pagi dan sore. Sebanyak 9 kardinal dipilih secara acak untuk menjalankan peran tertentu di setiap sesi.
Para kardinal tersebut akan melakukan tugas yakni, 3 pengawas mengawasi pemungutan suara, 3 infirmarii mengumpulkan suara dari orang sakit, dan 3 revisi memverifikasi hasil pemungutan suara.
5. Menghitung surat suara
Setelah semua kardinal memberikan suara, tibalah waktunya pengawas untuk meninjau dan menghitung surat suara.
Pengawa menghitung suara yang diterima setiap individu, dan revisi memeriksa hasilnya. Jika seorang kandidat menerima dua pertiga dari total suara, ia akan menjadi paus berikutnya.
Sebanyak 4 pemungutan suara sehari dapat dilakukan, dengan 2 pemungutan di pagi hari dan 2 lainnya di sore, selama 4 hari pertama konklaf. Pada hari ke-5, pemungutan suara ditangguhkan untuk memberi waktu berdoa, refleksi yang tenang dan diskusi informal.
Pemungutan suara dilanjutkan tidak lebih dari sehari kemudian, dan berlanjut selama 7 putaran lagi sebelum jeda berikutnya. Jika kebuntuan berlanjut, para kardinal dapat memilih antara 2 kandidat utama dalam pemungutan suara sebelumnya, sesuai mayoritas absolut yang dibutuhkan.
6. Asap hasil konklaf
Bagi mereka yang ada di luar kapel, satu-satunya indikasi mengenai pemungutan suara berlangsung berasal dari pembakaran surat suara, yang dilakukan di tiap sesi. Praktik penggunaan asap untuk menandakan ahwa para kardinal telah memilih paus baru sudah ada sejak tahun 1800-an.
Namun, referensi pertama tentang asap putih atau hitam terjadi pada konklaf tahun 1903. Arti dari asap hitam adalah tidak ada kandidat yang menerima dua pertiga suara dari mayoritas pemilih. Sedangkan asap putih, para kardinal telah mencapai konsensus dan memilih paus baru.
7. Habemus Papam!
Kembali ke dalam Kapel Sistina, Dekan Dewan Kardinal, atau uskup kardinal paling senior, bertanya kepada kandidat terpilih apakah ia menerima pemilihannya dan nama kepausan apa yang ingin diambilnya.
Jika ia belum menjadi uskup, ia akan segera ditahbiskan. Paus terpilih kemudian berganti ke jubah kepausan tradisional di Ruang Air Mata – sebuah ruangan kecil di sebelah Kapel Sistina.
Ketika ia kembali, sebuah bagian dari Injil dibacakan dengan suara keras, sebuah doa dipanjatkan dan para kardinal memberi penghormatan. Sementara itu, Kardinal Protodeacon dari Dewan Kardinal muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan, berbicara dalam bahasa Latin, 'Annuntio vobis gaudium magnum; Habemus Papam!' yang berarti 'Saya mengumumkan kepada Anda sebuah sukacita besar; kita memiliki seorang Paus!'
8. Urbi et Orbi
Tak lama kemudian, paus baru melangkah ke balkon, dibingkai oleh tirai merah, dan menyampaikan berkat apostolik pertamanya, yang dikenal sebagai 'Urbi et Orbi' yakni 'Untuk kota dan dunia'. Ini mengakhiri proses konklaf yang rumit.
Beberapa hari ke depan, Paus baru akan menghadiri Misa pelantikannya, yang biasanya diadakan di Basilika Santo Petrus, sebelum memangku jabatannya sebagai kepala Gereja Katolik.