Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dampak Perang Dingin, Tetap Membayangi meski sudah 3 Dekade Berlalu

ilustrasi kubu Uni Soviet dalam Perang Dingin (commons.m.wikimedia.org/The Central Intelligence Agency)
ilustrasi kubu Uni Soviet dalam Perang Dingin (commons.m.wikimedia.org/The Central Intelligence Agency)
Intinya sih...
  • Dampak ekonomi: Rusia dan negara eks-Uni Soviet mengalami masa transisi berat setelah perang, dengan anggaran militer dipangkas drastis.
  • Dampak politik global: Amerika Serikat menjadi satu-satunya adidaya global, memperluas keterlibatan militernya dan memiliki aliansi dengan lebih dari 50 negara.
  • Dampak sosial dan keamanan: Runtuhnya pengaruh Soviet memicu konflik baru di beberapa wilayah, sementara perlombaan senjata nuklir masih berlanjut hingga kini.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Perseteruan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet setelah Perang Dunia II yang dikenal sebagai Perang Dingin menjadi salah satu konflik geopolitik paling berpengaruh dalam sejarah modern. Dikutip dari Britannica, persaingan kedua negara adidaya ini tidak terjadi melalui perang langsung, tetapi lewat pertarungan politik, ekonomi, militer, dan propaganda yang berlangsung hingga tahun 1991.

Istilah “Perang Dingin” pertama kali diperkenalkan oleh George Orwell pada 1945 untuk menggambarkan kebuntuan nuklir antara kekuatan besar dunia yang sama-sama memiliki senjata pemusnah massal.

Meningkatnya ketegangan sejak 1947-1948, ketika Amerika Serikat membantu negara-negara Barat dan Soviet membentuk rezim komunis di Eropa Timur, memperkuat pembelahan dunia menjadi dua blok besar. Meskipun minim pertempuran langsung, dampaknya sangat luas dan berkelanjutan bagi ekonomi, politik, dan keamanan global hingga dekade setelahnya.

1. Dampak ekonomi

ilustrasi angkatan udara Amerika Serikat dalam Perang Dingin (commons.m.wikimedia.org/U.S. Air Force)
ilustrasi angkatan udara Amerika Serikat dalam Perang Dingin (commons.m.wikimedia.org/U.S. Air Force)

Setelah Perang Dingin berakhir pada 1991, Rusia dan negara-negara eks-Uni Soviet menghadapi masa transisi yang berat. Anggaran militer dipangkas drastis, menyebabkan industri pertahanan runtuh dan jutaan pekerja kehilangan pekerjaan. Kondisi ini memperparah ketidakstabilan ekonomi dan sosial, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada sektor industri-militer.

Memasuki 1990-an, Rusia mengalami krisis finansial akut, bahkan lebih parah dibanding Depresi Besar di AS dan Jerman. Namun, setelah 1998, perekonomian Rusia mulai pulih dan pada 2005 kembali mencapai tingkat PDB per kapita setara 1989. Meski begitu, ketimpangan sosial tetap menjadi warisan berat periode pasca-Uni Soviet.

2. Dampak politik global

ilustrasi peta perang dingin (commons.wikimedia.org/Sémhur)
ilustrasi peta perang dingin (commons.wikimedia.org/Sémhur)

Berakhirnya Perang Dingin menjadikan Amerika Serikat sebagai satu-satunya adidaya global. AS memperluas keterlibatan militernya, memiliki aliansi dengan lebih dari 50 negara, serta menempatkan 1,5 juta tentara di luar negeri pada 1989. Kondisi ini membentuk komitmen permanen terhadap industri pertahanan besar dan penelitian militer skala masif.

Pengeluaran militer AS selama Perang Dingin mencapai 8–9 triliun dolar. Selain perang besar seperti Korea dan Vietnam yang menewaskan hampir 100 ribu tentara AS, berbagai perang proksi juga memakan jutaan korban jiwa di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Usai Perang Dingin, perang proksi menurun tajam, tetapi jejak konflik tersebut masih membekas hingga kini.

3. Dampak sosial dan keamanan

keruntuhan tembok Berlin (theguardian.com/Andree Kaiser)
keruntuhan tembok Berlin (theguardian.com/Andree Kaiser)

Runtuhnya pengaruh Soviet memicu ledakan konflik baru di beberapa wilayah, terutama di Eropa Timur dan Balkan, seperti perang di bekas Yugoslavia. Banyak negara yang kehilangan kendali negara menghadapi konflik etnis dan perang saudara, sementara negara-negara Eropa Timur lainnya justru memasuki fase demokratisasi dan pertumbuhan ekonomi.

Meski Perang Dingin resmi berakhir dengan runtuhnya Tembok Berlin, pembubaran Pakta Warsawa, dan bubarnya Uni Soviet, perlombaan senjata tidak sepenuhnya berhenti. Negara-negara nuklir tetap mempertahankan atau meningkatkan arsenal mereka, sementara beberapa negara baru mulai mengembangkan teknologi nuklir. Risiko terorisme nuklir masih menjadi perhatian global, meski hingga kini belum ada insiden besar berkat upaya organisasi anti teror internasional.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Buronan KPK Paulus Tannos Minta Status Tersangka Dicabut

24 Nov 2025, 15:03 WIBNews