Dikenakan Tarif Resiprokal AS, China: Akan Kami Balas!

- AS menaikkan tarif impor China menjadi 54 persen, memicu ancaman balasan keras dari Beijing
- Yuan China merosot ke level terendah dalam tujuh pekan, dengan nilai yuan domestik turun ke 7,3060 per dolar
- Berbagai negara lain seperti Uni Eropa, Jepang, India, Vietnam, Thailand, Indonesia, Malaysia juga menerima tarif AS
Jakarta, IDN Times - China merespons keras tarif baru Amerika Serikat (AS) atas ekspor mereka. Beijing berjanji akan mengambil tindakan balasan untuk melindungi kepentingannya.
Impor China akan dikenakan tarif 34 persen di atas pungutan 20 persen yang sebelumnya dikenakan AS pada negara tersebut. Dengan demikian total tarif yang dikenakan AS ke China sebesar 54 persen.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan tarif dasar 10 persen atas semua impor ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi atas puluhan negara lain, termasuk juga Indonesia. Namun, tak hanya China dan Indonesia, sekutu dekat AS yakni Uni Eropa juga tak luput dari tarif baru tersebut.
1. China minta AS batalkan tindakan tarif sepihak tersebut

Kementerian Perdagangan China menuduh AS tidak mematuhi turan perdagangan internasional. Mereka menjanjikan tindakan balasan karena hal tersebut.
"China mendesak AS untuk segera membatalkan tindakan tarif sepihak dan menyelesaikan perbedaan dengan mitra dagang melalui dialog yang setara," kata kementerian tersebut.
Mereka menegaskan, Trump hanya memperburuk perang dagang dunia. Menurut China tak ada yang akan menang dari perang dagang ini.
"Tidak ada pemenang dalam perang dagang, dan tidak ada jalan keluar bagi proteksionisme," tegas China.
2. Yuan langsung merosot

Sementara itu, Yuan China merosot ke level terendah dalam tujuh pekan menyusul tarif baru AS. Tarif Trump ini hanya menambah tekanan depresiasi mata uang China tersebut.
Yuan dalam negeri jatuh ke 7,3060 per dolar, yang merupakan nilai terlemahnya sejak 13 Februari, sementara yuan luar negeri turun ke 7,3485 per dolar pada akhir sesi New York, level terendah sejak 3 Februari.
"Respons langsung kemungkinan akan melihat tekanan depresiasi lebih lanjut, tetapi kami berharap PBOC (bank sentral Tiongkok) akan melanjutkan tujuan stabilitas mata uangnya dan kami mempertahankan kisaran perkiraan 7,00 hingga 7,40 untuk tahun ini," kata Lynn Song, kepala ekonom untuk Tiongkok Raya di ING, dilansir dari Channel News Asia.
Menurutnya, China tidak mengharapkan devaluasi yang disengaja sebagai respons. Hal tersebut, kata Song, hanya akan mendorong tarif lebih lanjut dan akan membatalkan manfaat dari stabilitas mata uang.
3. Sekutu AS juga terkena tarif timbal balik AS

Sejumlah negara yang mendapat tarif timbal balik ini tak hanya lawan, tapi juga kawan. Selain China, ada sejumlah negara yang juga terkena tarif ini seperti Uni Eropa, Jepang, dan India masing-masing menerima tarif sebesar 20, 24, dan 26 persen.
Vietnam dikenai tarif sebesar 46 persen. Thailand, Indonesia, Malaysia, Kamboja, dan Myanmar dikenai tarif timbal balik antara 24 persen hingga 49 persen. Sementara itu, Brunei dikenai tarif sebesar 24 persen.
Trump mengatakan bahwa ia sangat baik dan hanya mengenakan setengah dari jumlah yang dikenakan pajak ekspor AS oleh negara-negara tersebut. Selebihnya, Trump mengatakan akan mengenakan tarif dasar sebesar 10 persen, termasuk Singapura dan Inggris.'
Tarif ini juga menyasar pelosok dunia - bahkan Kepulauan Heard dan McDonald yang tak berpenghuni pun dikenai tarif. Wilayah Australia di Samudra Hindia sub-Antartika dikenai tarif sebesar 10 persen atas semua ekspornya, meskipun kepulauan es itu tidak memiliki penduduk sama sekali - selain banyak anjing laut, penguin, dan burung lainnya.
Kepulauan Falkland milik Inggris menerima tarif sebesar 41 persen atas ekspor ke Amerika Serikat.