Ditahan Lama oleh Korea Utara, Turis Jepang Akan Dibebaskan

Tokyo, IDN Times - Seorang videografer berkewarganegaraan Jepang ditahan di Korea Utara karena diduga telah melanggar aturan. Kabar tentang penahanan Tomoyuki Sugimoto muncul pada awal bulan ini.
Pada Senin (27/8/2018), pemerintah Jepang mengatakan bahwa mereka mencoba untuk memastikan keamanan Mr Sugimoto, yang berkunjung sebagai seorang turis di Korea Utara dan ditahan atas tuduhan yang tidak spesifik.
1. Tuduhan terhadap Mr Sugimoto

Korean Central News Agency pada hari Minggu telah menyatakan bahwa Mr Sugimoto "dijaga di bawah kontrol" atas tindak kejahatan yang dilakukannya. Namun tidak menyebutkan dengan spesifik tindak kejahatan apa yang telah dilakukan tersebut.
Dilansir dari BBC, beberapa media mengabarkan bahwa Mr Sugimoto diduga telah merekam fasilitas militer. Turis yang datang ke Korea Utara dengan ketat akan dimonitor setiap waktu.
2. Mr Sugimoto kemungkinan akan bebas dari Korea Utara

Berdasarkan sumber diplomatik dari agensi surat kabar Kyodo, ada kabar bahwa Mr Sugimoto sekarang telah sampai di Tiongkok. Para penjabat Korea Utara telah memutuskan untuk membolehkan dan mengeluarkannya dari Korea Utara berdasarkan "pada prinsip kemanusiaan". Tidak disebutkan kapan dia akan dibebaskan, tetapi pembebasan tahanan biasanya terjadi segera setelah pernyataan yang demikian.
Jepang dan Korea Utara diketahui tidak memiliki hubungan diplomatik. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan pada konferensi pers sebelumnya pada hari Senin:
Pemerintah sedang berusaha keras, tetapi kami menahan diri untuk tidak berkomentar secara rinci karena sifat dari masalah ini.
3. Korea Utara beberapa kali menahan turis asing

Korea Utara dikabarkan memang sering menahan turis asing yang melanggar aturan. Seorang siswa Amerika Serikat, Otto Warmbier dipenjara karena mencuri tanda hotel. Dia dibebaskan, namun meninggal beberapa hari kemudian setelah sampai di rumah karena kerusakan parah pada otaknya.
Tiga warga Korea-Amerika juga dituduh melakukan kegiatan anti-negara dan ditahan selama lebih dari satu tahun. Mereka kemudian dibebaskan pada bulan Mei atas kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.